Jaga Kepercayaan Publik

 

Masyarakat dan kalangan ekonom hingga kini terus mempertanyakan mengapa Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuannya (BI Rate) di level 7,5%, bahkan ada yang menyebutnya level bunga tertinggi se-dunia. Pasalnya, indikator data makro ekonomi yang dirilis BPS maupun BI sendiri menunjukkan penurunan di tengah perlambatan ekonomi Indonesia saat ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014, dengan tahun dasar 2010 sebesar 5,02%. Ini berarti tidak sesuai dengan target pemerintah, yang mematok pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 mencapai 5,5%. Bahkan Menkeu Bambang PS Brodjonegoro mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 diperkirakan tidak mencapai5%. Ini betul-betul warning buat pemerintahan Jokowi-JK saat ini.

Data BPS juga mengungkapkan terjadi penurunan PDB per kapita yang semula US$ 3.751,38 (2012) menurun menjadi US$ 3.669,75(2013) dan merosot lagi menjadi US$3.531,45 pada 2014. Hanya akibat depresiasi rupiah terhadap dolar AS pada periode tersebut, angka PDB per kapita seolah-olah terjadi peningkatan (semu) dari  Rp 35,11 juta (2012) menjadi Rp 38,28 juta (2013 dan Rp 41, 18 juta (2014).

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2015 kendati menunjukkan perbaikan sedikit di tengah tekanan defisit transaksi berjalan (current account) yang meningkat. Surplus NPI meningkat dari US$1,4 miliar pada triwulan I-2015 belum bisa menutup defisit transaksi berjalan yang diperkirakan masih di atas US$24 miliar.

Membaiknya kinerja NPI ini ditopang oleh adanya peningkatan yang cukup signifikan pada transaksi modal dan finansial jika dibandingkan dengan triwulan I-2015, sehingga dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan yang melebar sesuai pola musimannya.

Jumlah cadangan devisa saat ini US$111,5 miliar masih cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 5-6 bulan, dan berada di atas standar kecukupan internasional.

Terkait kinerja transaksi berjalan, ia menekankan, kinerja transaksi berjalan triwulan II-2015 diperkirakan masih yang sama dengan tahun sebelumnya, meskipun mengalami peningkatan defisit dibanding triwulan sebelumnya. Defisit transaksi berjalan pada 2014 mencapai US$16 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$10,1 miliar.

Di sisi lain, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui, “ Sulit bagi BI menyesuaikan BI Rate untuk mendorong pertumbuhan.  Bukannya BI suka bunga tinggi. Akan tetapi, saat BI Rate turun, investor akan lari,” ujarnya di Semarang, pekan lalu.

Memang benar, idealnya suku bunga rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena suku bunga rendah akan merangsang pelaku usaha mengambil kredit perbankan untuk melakukan kegiatan usaha. Namun, di tengah kondisi global yang tak menentu saat ini, BI tampaknya sulit untuk menurunkan suku bunga acuannya tersebut.

Apalagi kita sekarang dihadapkan pada ketidakpastian kebijakan bank sentral AS (The Fed) dan perlambatan mitra dagang utama Indonesia, serta persoalan internal dalam negeri terkait kepastian hukum, saatnya para pemimpin di negeri ini memiliki sense of crisis yang tinggi.

Kita merasakan sudah ada penurunan daya beli di kalangan masyarakat menengah ke bawah, terutama dampak dari kenaikan harga barang-barang, BBM, listrik dan faktor kenaikan akibat administered prices, sehingga membuat kapasitas konsumsi domestik lambat terserap oleh masyarakat. Untuk itu, pemerintah harus menjaga tertib komunikasi publik baik di dalam maupun luar negeri, supaya kepercayaan tetap tinggi di mata publik. Semoga!

BERITA TERKAIT

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…