Inisiatif Adalah Faktor Kunci dari Perubahan - Oleh: Dr H Sugeng Listiyo Prabowo, M. Pd, Wakil Rektor II

Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke 60 di Bandung yang diselenggarakan tanggal 19 – 24 April 2015 telah usai, konferensi tersebut tidak kurang diikuti oleh 72 negara di Asia dan Afrika. Dari 72 negara tersebut, 36 Kepala Negara hadir memenuhi undangan KAA tersebut, keseluruhan peserta diluar delegasi Indonesia mencapai 3600 orang. Dengan liputan lebih dari 1300 media massa di seluruh dunia. Dalam pertemuan ke 60 tersebut tema yang diangkat adalah Advancing south – south cooperation. Hasil dari konferensi tersebut sangat membanggakan kita sebagai bangsa yang menginisiasi pertemuan tersebut yang pada dasarnya meliputi tiga hal, yaitu: 1) Pesan Bandung, 2) Deklarasi penguatan kemitraan strategis baru Asia Afrika, dan 3) Deklarasi kemerdekaan Palestina. Kebanggan tersebut utamanya adalah pada kemampuan kita sebagai bangsa dalam memotori suatu gerakan besar yang bertujuan untuk meningkatnya kemaslahatan umat manusia di dunia. Tidak sekedar bangsa kita sendiri, tetapi umat manusia yang mencapai lebih dari setengah penduduk dunia.

 

Konferensi Asia Afrika pertama kali diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Perdana Menteri Indonesia Mr Ali Sastroamijoyo. Gagasan menyelenggarakan konferensi Asia Afrika tersebut didasarkan karena adanya keprihatinan para pemimpin Indonesia akan bergejolaknya dunia, khususnya di benua Asia dan Afrika. Keamanan dunia yang tidak stabil tersebut dikarenakan negara-negara yang terletak di bagian selatan dunia ini sebagian besar baru saja merdeka dari penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa yang ada di utara. Oleh karena kondisi tersebut, banyak negara-negara di belahan selatan dunia tersebut kemudian meningkatkan perjuangan mereka untuk menuntaskan kemerdekaan atau untuk mendapatkan kemerdekaan bagi negara-negara yang belum merdeka. Indonesia sendiri saat memiliki gagasan ini telah merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang yang hampir 360 tahun, tetapi masih ada wilayah Indonesia yang diduduki oleh Belanda, yaitu Kepulauan Papua atau Irian Jaya. Kondisi dunia yang bergejolak tersebut kemudian diperparah pula oleh perang dingin yang dilakukan oleh dua negara besar yang ingin menguasasi dunia melalui ideologinya yaitu Amerika dan Rusia.

 

Atas gagasan tersebut kemudian terjadilah serangkaian pertemuan untuk mewujudkan gagasan tersebut menjadi kenyataan. Diawali dengan pertemuan di Colombo Sri Langka, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di Bogor. Gagasan konferensi Asia Afrika akhirnya terlaksana pada tanggal 18 – 25 April 1955 yang dihadiri oleh 29 negara dan 6 diantaranya adalah negara-negara Afrika. Konferensi ini dibuka oleh Presiden Soekarno, yang pidatonya kemudian menginspirasi banyak negara-negara selatan untuk mengukuhkan diri dan tetap berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Bahkan penulis pernah berkunjung ke satu negara di Afrika yaitu Aljazair. Begitu berterima kasihnya negara Aljazair atas konferensi Asia Afrika tersebut, sehingga nama Presiden Soekarno dan nama kota Bandung jauh lebih dikenal dari pada nama Indonesia. Saat itu Aljazair masih dalam perjuangan atas penjajahan Perancis. Namun dengan diundangnya Aljazair tersebut menghadiri Konferensi Asia Afrika maka banyak negara memberikan pengakuan akan kemeredekaan Aljazair, yang kemudian memicu kemerdekaan Aljazair terhadap penjajahan Perancis.

 

Pada saat para pemimpin Indonesia menggagas Konferensi Asia Afrika tersebut mungkin tidak terfikir bahwa konferensi tersebut dikemudian hari memberikan dampak yang luar biasa. Dampak kemanusiaan yang sangat global, yaitu memerdekakan orang dari penjajahan, meningkatnya wibawa bangsa-bangsa Asia Afrika yang baru keluar dari penjajahan, Kesetaraan dalam Hak Asasi Manusia, dan tatanan dunia yang lebih damai. Dampak yang menjangkau dan berpengaruh terhadap lebih dari separuh penduduk dunia.

 

Dampak yang sebegitu besar tersebut tidak akan terjadi jika tidak ada gagasan pada beberapa pemimpin Indonesia, Mr Ali Sastroamijoyo, Presiden Soekarno, dan juga mungkin bebera orang yang sering berdiskusi dengan Presiden dan Perdana Menteri. Gagasan tersebut kemudian dijadikan pendorong untuk berubah menjadi inisiatif. Inisiatif kemudian dilengkapi dengan berbagai sumber daya sehingga kemudian menjadi tindakan nyata, dari tindakan nyata tersebut kemudian membuahkan berbagai macam hasil, apakah itu kesepakatan, kebijakan, strategi, atau tindakan-tindakan lain yang lebih detail.

 

Gagasan dan inisiatif adalah pokok pangkal dari hampir semua tindakan. Gagasan tanpa inisiatif tidak akan menjadi apa-apa, tetapi tanpa gagasan, inisiatif juga sulit untuk dapat terlaksana dan terfokus. Inisiatiflah yang membuat perubahan dunia. Walaupun tidak semua orang memiliki gagasan, tetapi mewujudkannya menjadi inisiatif adalah pekerjaan yang jauh lebih sulit, karena inisiatif selalu didorong oleh kesadaran diri sendiri dan motivasi dari dalam diri sendiri. Adanya inisiatiflah yang membuat orang bergerak mendahului orang lain, dan kemudian menyelesaikan masalah lebih cepat, atau bahkan mengembangkan diri lebih cepat dari orang lain.

 

Seorang siswa di kelas, yang ketika melihat papan tulisnya kotor dan kemudian tanpa disuruh membersihkan papan tulis tersebut merupakan contoh adanya inisiatif yang perlu terus menerus ditumbuhkan dalam pendidikan. Seorang siswa lain, yang melihat bahwa ada tukang parkir sekolah yang memiliki kesulitan dengan sandalnya dan kemudian membelikannya tanpa harus disuruh, juga merupakan contoh lain dari kecerdasan siswa yang terus menerus harus diajarkan dan dikembangkan. Seiring dengan pertumbuhan anak, maka akan tumbuh pula gagasan-gagasan besarnya, dan jika inisiatif telah terbiasa dalam diri anak maka dikemudian hari anak-anak tersebut akan memiliki kemampuan potensial untuk selalu mewujudkan gagasan-gagasannya tersebut dalam merubah dunia. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Mr Ali Sastroamijoyo dan Presiden Soekarno.

 

Gagasan besar dan inisiatif memang tidak dimiliki oleh semua orang, karena didalamnya ada keberanian yang kuat untuk meyakinkan diri sendiri dan juga orang lain. Bahkan seringkali harus menghadapi pengorbanan, berbagai cemoohan, dan mungkin juga ancaman fisik. Namun, seringkali hal itulah yang menjadi resiko para pembaharu. Dikemudian hari dunia pasti akan berterima kasih pada keberanian para pengambil inisiatif. (uin-malang.ac.id)

BERITA TERKAIT

Tidak Ada Pihak yang Menolak Hasil Putusan Sidang MK

  Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia   Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…

Investor Dukung Putusan MK dan Penetapan Hasil Pemilu 2024

  Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik   Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024

  Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi   Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…

BERITA LAINNYA DI Opini

Tidak Ada Pihak yang Menolak Hasil Putusan Sidang MK

  Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia   Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…

Investor Dukung Putusan MK dan Penetapan Hasil Pemilu 2024

  Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik   Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024

  Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi   Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…