Sepanjang Tiga Bulan Pertama Tahun Ini - Kinerja Beberapa Sektor Industri Mengecewakan

NERACA

Jakarta - Ketua Umum Apindo Hariyadi B. Sukamdani mengatakan kinerja beberapa sektor industri pada tiga bulan pertama 2015 mengecewakan. Sektor-sektor usaha yang mengalami pertumbuhan nengatif antara lain industri otomotif turun 20 persen, sektor properti negatif 40 persen, sektor perhotelan minus 40 persen, dan retail terkoreksi 25 persen.

“Bahkan sektor yang biasanya paling kuat sebetulnya dalam menghadapai masalah krisis (perekonomian) seperti makanan dan minuman juga turun juga sampai 10 persen,” katanya di Jakarta, Rabu (29/4).

Kondisi demikian membuat Hariyadi pesimistis pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Hariyadi berharap pemerintah segera merealisasikan belanja infrastruktur agar dapat menggerakkan perekonomian ke depan.

Hariyadi menilai kebijakan makro pemerintah pada saat diimplementasikan tidak seperti yang diharapkan. Dia mencontohkan realisasi penerimaan pajak yang turun 5,6 persen pada kuartal I 2015, dengan hanya membukukan pemasukan Rp 198,2 triliun. Hal ini dinilai tidak sinkron dengan ambisi belanja negara yang mencapai hampir  Rp 2.000 triliun sepanjang tahun ini. “Dengan ambisi belanja yang sedemikian besar tapi kenyataan bahwa kuartal pertama saja kita penerimaan pajaknya lebih kecil dari tahun lalu berarti ada yang perlu disinkronkan,” katanya.

Selain itu, Hariyadi juga tidak melihat konsistensi pemerintah dalam meimplementasikan kebijakan. Misalnya dalam implementasi rencana pembangunan pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat yang batal sebelum dieksekusi.

“Kita tahu bahwa dari zaman pak SBY (Mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono), pelabuhan Cilamaya jadi satu prioritas untuk dibangun. Katanya tidak dibatalkan, tapi dipindahkan (lokasinya). Itu kan sama saja mulai dari nol,” ujarnya ketus.

Disisi lain, Inspektur Jenderal selaku Pelaksana Tugas (Plt) Sekertaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Syarif Hidayat mengatakan hingga saat ini target pertumbuhan industri nasional belum diubah karena rasa optimis dapat mencapainya masih ada. Akan tetapi, koreksi target pertumbuhan itu bisa saja terjadi dengan kondisi perekonomian saat ini, melihat treri perkembangan dunia, nilai tukar rupiah, fluktuasi harga minyak dan hingga kini target industri masih 6,8%.

"Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2019, manufaktur ditargetkan tumbuh 6,8%. Namun, melihat perkembangan saat ini, target tersebut bisa saja dikoreksi. Tapi kami targetkan pertumbuhan industri bisa di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor-sektor penyumbang pertumbuhan terbesar masih makanan dan minuman (mamin)," kata dia.

Lebih lanjut Syarif mengatakan pemerintah harus optimistis: Kalau tidak, bisa-bisa sektor usaha kita jadi pesimistis. Saya yakin, tahun depan, investasi akan menjadi penopang pertumbuhan sektor manufaktur dalamnegeri. "Yang penting adalah menyediakan energi dengan harga murah,termasuk infrastruktur pendukung lainnya. Karena, investasi itu istilahnya ada guna ada semut," kata dia.

Syarif menyatakan, pemerintah berambisi menambah populasi industri skala besar sedang di dalam negeri sekitar 9 ribu unit dalam lima tahun mendatang. Jumlah tenaga kerja yang diserap sekitar 3 juta orang Sebanyak 50% industri baru diarahkan tumbuh di luar Jawa. Selain itu, Kemenperin berencana memacu tumbuhnya industri skala kecil di Tanah Air sekitar 20 ribu unit selama 2015-2019.

Target-target tersebut, kata dia, ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Penetapan target tersebut berdasarkan perhitungan logis. "Target itu kami tetapkan untuk dicapai dalam RPJM 2015-2019. Sekarang, populasi industri besar sedang kita sekitar 24 ribu unit. Selama ini, setiap tahun, penambahan sekitar 1.000 unit terealisasi, sehingga itu bukan target tidak realistis," kata Syarif.

Dia mengatakan, Kemenperin akan mendorong investasi industri baru di berb agai sektor. D engan target tersebut, kata dia, kontribusi sektor industri terhadap PDB nasional akan melonjak. Be "Investasi terus kita dorong di sektor-sektor penopang pertumbuhan terbesar sektor manufaktur, yakni industri makanan, minuman, dan tembakau, penghiliran berbasis sumber daya alam (SDA) seperti sektor agro dan tambang mineral. Kami juga tetap fokus mendorong investasi dan pertumbuhan industri padat karya, seperti elektronika dan tekstil," kata Syarif.

Penambahan industri-industri baru itu diharapkan bisa lebih meningkat dengan berbagai insentif yang diberikan pemerintah. Sebab dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo jumlah industri besar sedang diharapkan mencapai 33 ribu unit usaha. "Perlu kerja keras untuk mencapai target itu," sebutnya.

Dia mengatakan, Kemenperin akan mendorong investasi industri baru di berbagai sektor. Dengan target tersebut, kata dia, kontribusi sektor industri terhadap PDB (product domestic bruto) nasional akan melonjak."Investasi terus kita dorong di sektor-sektor penopang pertumbuhan terbesar sektor manufaktur," tuturnya.

Syarif menyebut, beberapa sektor industri masih potensial untuk menambah investasi seperti sektor industri makanan minuman, dan tembakau, industri berbasis sumber daya alam (SDA) seperti agro dan mineral tambang."Tapi kami juga tetap akan fokus mendorong investasi dan pertumbuhan industri padat karya seperti elektronika dan tekstil," sambungnya.

Dia mengatakan hingga saat ini target pertumbuhan industri nasional belum diubah karena rasa optimis masih dapat mencapainya. Akan tetapi, koreksi target pertumbuhan itu bisa saja terjadi jika kondisi perekonomian semakin memburuk.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…