Pantauan YLKI - 68% Minimarket Masih Jual Rokok ke Anak-anak

NERACA

Jakarta - Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menemukan masih banyak toko ritel atau minimarket yang menjual rokok kepada anak-anak di bawah usia 18 tahun. Berdasarkan pantauan yang dilakukan YLKI pada Februari hingga Maret 2015, ditemukan 68% pegawai toko ritel tetap melayani anak-anak yang membeli rokok. Hanya 32% yang menolak.

Pemantauan itu dilakukan di empat kota yaitu Medan, Jakarta, Yogyakarta, dan Denpasar. Persaingan yang tinggi di antara para pedagang menjadi alasan pedagang menjual rokok kepada anak-anak. Bila tidak menjual, maka anak-anak akan berpindah ke kios lain yang mau menjual rokok kepada mereka.

"Kami minta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meningkatkan pengawasan ke lapangan sehingga tidak ada lagi produsen dan ritel yang melanggar peraturan. Penegakan hukum juga harus dilakukan secara tegas," kata Tulus, di Jakarta, Rabu (29/4).

Tulus juga meminta agar Kementerian Kesehatan benar-benar peduli terhadap dampak mematikan bahaya rokok karena terkait dengan daya saing manusia. "Selama ini selalu digaungkan soal bonus demografi. Bila semuanya terpapar rokok, apakah masih bisa disebut bonus? Jangan-jangan nanti jadi bencana demografi?" ujarnya.

Bila rokok terus dibiarkan didistribusikan secara bebas, kata Tulus, akan semakin merugikan pemerintah dan masyarakat luas karena biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh rokok. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bila pada 2010 jumlah perokok (dibandingkan jumlah populasi Indonesia) adalah 34,7 persen, pada 2013 meningkat menjadi 36,3 persen.

"Dari persentase itu, sebanyak 302 miliar batang dikonsumsi. Jika per batang harganya Rp 700, maka sekitar Rp 211,4 triliun telah dibakar menjadi asap rokok," kata Tulus. Sementara, menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional, rokok dikonsumsi terbanyak nomor dua, setelah beras. "Bahkan, di kalangan masyarakat miskin perkotaan, rokok menduduki peringkat pertama, mengalahkan beras," kata Tulus.

Temuan lainnya datang dari Yogyakarta. Sekretaris Lembaga Konsumen Yogyakarta Dwi Priyono menemukan adanya anak-anak yang menjual rokok karena disuruh orangtua. "Ada kejadian di mana sang ibu takut dengan gambar mengerikan pada bungkus rokok sehingga meminta anaknya saja yang menjual rokok," kata Priyono.

Di sisi lain, Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Kartono Mohamad berpendapat pemasangan gambar mengerikan pada bungkus rokok dinilai cukup efektif untuk mencegah pengonsumsian rokok oleh anak-anak. "Namun, bentuknya hanyalah peringatan agar orang yang mau mencoba rokok tersebut berpikir dua kali," kata Kartono.

Namun, Kartono menilai pemasangan peringatan kesehatan bergambar yang mengerikan tersebut masih belum cukup untuk mengerem konsumsi rokok di Indonesia. Pasalnya, kebijakan itu sendiri masih sering dilanggar oleh produsen rokok. "Seharusnya, ada kebijakan lainnya. Selama ini pemerintah telah dilecehkan oleh produsen rokok yang tidak mematuhi aturan itu. Pemerintah takut kepada produsen rokok karena uang produsen rokok banyak," kata Kartono.

sementara itu PT H.M Sampoerna Tbk sepanjang kuartal I pada tahun 2015 telah menjual sebanyak 27,7 miliar batang rokok. Berdasarkan paparan publik tahunan kinerja kuartal pertama 2015 yang dipandu oleh Paul Janelle Presiden Direktur PT H.M Sampoerna, penjualan rokok bersih (tidak termasuk cukai) perseroan tercatat tumbuh 11,6 persen dibandingkan tahun 2014.

"Penjualan bersih PT Sampoerna pada kuartal I 2015 mencapai Rp11,9 Triliun. Volume penjualan ini naik 8,6 persen dibanding kuartal I tahun 2014," terang dia.

Beban pokok penjualan (tidak termasuk cukai) dari PT H.M Sampoerna naik 11,3 persen dari Rp5,81 Triliun pada kuartal I tahun 2014 menjadi Rp6,47 Triliun pada kuartal I tahun 2015. Dalam pemaparannya, Jean menuturkan laba bersih perseroan tercatat tumbuh 5,2 persen dari Rp2,75 Triliun pada kuartal I tahun 2014 menjadi Rp2,90 Triliun pada kuartal I 2015.

Penjualan terbesar PT H.M Sampoerna Tbk pada kuartal I 2015 terjadi pada rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang terjual 18 miliar batang. Penjualan pada kuartal I 2015 ini naik dari penjualan sebelumnya yaitu pada kuartal I 2014 yaitu 15,5 miliar batang.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…