Kuartal I-2015 - Pertumbuhan Industri Mamin Olahan Tak Sesuai Target

NERACA

Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman mengatakan pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) olahan nasional mencapai 3% pada kuartal I tahun ini, jauh di bawah periode yang sama tahun lalu sebesar 9,5%.

“Pertumbuhan itu juga di bawah target yang dipatok sebesar 4% hingga 5%. Perlambatan pertumbuhan industri mamin berpotensi menggerus pertumbuhan industri manufaktur secara keseluruhan karena industri mamin merupakan cabang industri pemasok produk domestik bruto (PDB) terbesar,” kata Adhi di Jakarta, Rabu (29/4).

Kuartal I tahun ini, menurut Adhi, merupakan periode yang berat bagi industri manufaktur nasional, termasuk mamin. Industri tertekan oleh faktor luar negeri dan domestik. “Hampir semua cabang industri manufaktur tahun ini tertekan. Ada beberapa faktor yang menekan kinerja industri mamin, antara lain kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), lesunya pasar ekspor, pelemahan daya beli masyarakat akibat merosotnya harga komoditas, dan depresiasi rupiah terhadap dolar AS,” paparnya.

Adhi menilai, pelemahan rupiah sangat memberatkan industri mamin, karena membuat biaya produksi membengkak. “Saat ini, sebagian besar bahan baku mamin masih diimpor menggunakan dolar AS. Sebagai contoh, sebanyak 100% gula dan terigu serta 70% kedelai, susu dan jus buah industri mamin diimpor,” ujarnya.

Adhi menambahkan, harus ada penguatan industri hulu untuk jangka panjang, sehingga industri mamin tidak bergantung pada bahan baku impor. “Ini akan membuat industri mamin lebih kuat dalam menghadapi gejolak kurs,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Adhi juga mengatakan nilai investasi di industri pengolahan makanan dan minuman diprediksi tumbuh sampai 22 persen. "Kami memperkirakan investasi tahun depan mencapai Rp 55 triliun, meningkat dibandingkan proyeksi tahun ini Rp 45 triliun," ujar Adhi.

Adhi melihat porsi penanaman modal asing (PMA) akan mendominasi investasi di industri makanan dan minuman pada tahun depan.Komposisinya diperkirakan 60 persen PMA dan 40 persen berasal dari perusahaan dalam negeri (penanaman modal dalam negeri/PMDN).

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi daya tarik investasi di Indonesia. Antara lain stabilitas politik yang membaik, momentum pertumbuhan ekonomi yang terjaga di atas 5 persen, jumlah populasi yang tinggi dan terus bertambah, serta lalu lintas barang dan jasa yang semakin bebas di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. "Minggu lalu ada beberapa investor Asia Timur, Jepang, dan Korea Selatan yang datang langsung ke Indonesia untuk berkonsultasi dengan GAPMMI membahas investasi," kata Adhi.

Jumlah calon investor asing yang berminat menanamkan modalnya masih akan bertambah, karena menurut Adhi pada November nanti akan menyusul datang ke Indonesia sekitar 15 investor asal Jepang yang tertarik menanamkan modal di beragam industri pangan. "Mereka tertarik masuk ke pengolahan beras, roti, bumbu-bumbuan, jagung, dan sayuran siap saji. Jumlahnya kemungkinan bertambah menjadi 20-30 investor," katanya.

Menurut Adhi perusahaan makanan dan minuman asal Jepang dalam dua tahun terakhir memang gencar melebarkan sayap bisnisnya ke Indonesia. Terakhir, ada 10 perusahaan besar asal Jepang yang masuk ke sektor makanan dan minuman. "Perusahaan Jepang yang telah merealisasikan investasinya antara Iain Suntory, Asahi, Glico, Morinaga, Ito En, UHA, Mitsubishi, Yamazaki, dan Kanematsu," ujar Adhi.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal langsung pada selama periode Januari-September 2014 mencapai Rp 342,7 triliun atau tumbuh 16,8 persen dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu Rp 293,3 triliun. Investasi langsung di industri pengolahan makanan berkontribusi 11,9 persen atau sebesar Rp 40,7 triliun. Komposisinya adalah PMDN sebesar Rp 14 triliun, sedangkan PMA US$ 2,5 miliar.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…