Mal Tingkatkan Ekonomi Masyatakat Sekitar - Alphonzus Widjaja, Wakil Sekjen Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia

Perkembangan bisnis mal di Indonesia sudah kian pesatnya, kini tak hanya di kota-kota besar saja, setingkat kabupaten pun telah memiliki mal.  

NERACA

Super sibuk, mungkin itu adalah gambaran dari sosok Alphonzus Widjaja. Dari satu meeting ke meeting lainnya, dari satu mal ke mal lain, selalu mengisi hari-harinya sebagai Wakil Sekjen Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI). Bayangkan, dalam satu hari saja setidaknya ada empat hingga lima pertemuan meeting dilaluinya dengan berbagai kalangan.

Meski demikian, Alphonzus Widjaja tetap bersemangat kala melakukan sesi tanya jawab dengan awak redaksi Harian Ekonomi Neraca awal pekan lalu. Ya, dia sangat bersemangat kala menjabarkan mengenai perkembangan bisnis mal di Indonesia saat ini.

Menurut dia, kebutuhan akan mal terus meningkat dari tahun ke tahun, karena mal itu bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan belanja yang hura-hura saja, juga menyediakan kebutuhan pokok, sandang pangan. Secara fungsi pun, mal terus berkembang tak lagi hanya untuk kebutuhan belanja. Tetapi sudah menjadi tempat rekreasi, tempat meeting dan lain sebagainya. Fungsinya sudah berubah menjadi fungsi sosial budaya dan edukasi.

“Jadi sepanjang perekonomian berjalan mal akan terus berkembang, karena sangat di butuhkan. Industri manufakturing umpamanya, kemana mereka melempar produknya? Tentu saja salah satunya ke mal,” jawab pria yang akrab di sapa Alphonz itu.

Karenanya, perkembangan mal yang sangat dibutuhkan ini sudah merambah seluruh daerah-daerah di Indonesia. Saat ini, tidak hanya di kota-kota besar saja di tingkat kabupaten pun kini sudah mulai dibangun  mal.

“Di Kediri, Sampit, Pangkalan Bun sudah ada mal. Kalau di daerah tuntutan tidak seperti Jakarta dan kota besar lainnya, fungsi mal di daerah masih murni kebutuhan belanja, jadi dalam menciptakan mal di daerah tidak sekompleks di Jakarta,” kata dia.

Sebab, kalau di Jakarta dalam menciptakan sebuah mal harus pula memikirkan konsep mal yang akan diciptakan, harus lebih dari sekedar tempat belanja, kalau hanya berfungsi sebagai tempat belanja saja akan kalah bersaing. Di sinilah letak kehebatan developer sebuah mal, mereka mampu menyediakan mal yang unik, dan menarik.

Memang dalam perkembangannya setiap suatu pembangunan atau bisnis ada sisi positif dan negatifnya. Pembangunan mal pun demikian, tetapi kita harus melihat sesuatu secara objektif. Artinya, kita harus melihat lebih besar mana sisi positif dan negatif dari dibangunnya sebuah mal.

Maklum pembangunan mal belakangan ini selalu mendapat kritik hebat khsusnya dari LSM lingkungan hidup, tetapi Alphonz menilai sebaiknya keberadaan mal itu dinilai secara objektif. Ya, meunrut dia, sebelum memberi cap pada sebuah mal lihat dulu positif negatifnya.

“Itu kan bisa dlihat dulu gangguan lingkungan hidup sampai sejau mana, tinggal ditata saja, bukan malah di cap mal-nya merusak lingkungan. Memang ada beberapa yang kurang mematuhi aturan, tetapi jangan di generalisir semua mal banyak kekurangan dan merusak alam,” kata dia menyanggah.

Dengan kata lain, dibalik keberadaan sebuah mal terdapat beberapa keuntungan luar biasa. Menurut dia, dengan adanya mal perekomian bisa tumbuh, tenaga kerja mampu diserap dengan baik. Tak hanya itu pekerja informal juga mampu mengais rezeki dari keberadaan sebuah mal.

“Kita harus lihat keberadaan mal itu dari manfaatnya, dengan adanya mal di suatu daerah kan menjadikan perekonomian suatu daerah itu tumbuh, selain itu juga dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, belum lagi pedagang makanan di luar mal, dan usaha kos-kosan untuk pekerja di mal, itu kan membuat perekonomian tumbuh,” tegas Alphonz.

Selain itu, lanjut dia, keberadaan mal juga tidak mematikan pasar-pasar di sekitar. Pasalnya, jualan mereka berbeda. Barang-barang yang mereka tawarkan berbeda, jadi terlalu berlebihan jika mengatakan keberadaan mal membuat pasar-pasar mati. Intinya, lagi-lagi dia mengingatkan keberadaan mal harus dilihat dari sisi positif dan negatifnya.

Membuat Wisata Belanja

Dengan banyaknya mal yang ada di Indonesia bukan tidak mungkin nantinya, Indonesia akan menjadi tujuan wisata belanja dunia. Khususnya daerah ibukota DKI Jakarta, ke depan bisa saja wilayah ini menjadi seperti wisata belanja Singapura.

Hanya saja, Alphonz menggaris bawahi, jika ingin menjadi tujuan wisata belanja bukan hanya tanggungjawab pengelola mal. Karena untuk menjaring turis, mulai dari penerbangan, jalan, hotel harus diperbaiki. Sehingga dalam hal ini pihaknya (mal) tidak bisa sendiri melakukan tanpa adanya dukungan dari pemerintah Indonesia.

Karena banyak kaitannya untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata belanja. Dan saat ini, Alphonz mengatakan kalau Indonesia sudah pada track yang benar menuju ke sana. Hanya saja perjalanannya memang masih panjang.

Singapura, negara kecil yang mengandalkan wisata belanja mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya. Karenanya wisatawan pun menjadi tertarik, salah satunya adanya refund pajak, dan proses pencairannya di air port begitu mudah. Intinya, pengelola pusat perbelanjaan Indonesia butuh andil pemerintah layaknya pemerintah Singapura.

“Kalau kita mau menuju sana harus ada dukungan dari pemerintah. Di Singapura misalnya, kita belanja, datang ke sebuah toko tinggal minta form refund lalu cairkan tax refund-nya di air port, langsung cair, sangat-sangat simpel. Padahal dengan adanya refund tersebut belum tentu menjadikan harga barang yang dibeli jadi lebih murah, tetapi secara psikologis itu akan membuat orang tertarik untuk belanja, dan upaya seperti itu kan butuh bantuan pemerintah,” sebut dia.

Hobi "Blusukan"

Sebagai, Wakil Sekjen APPBI, traveling adalah tugas keseharian Alphonzus Widjaja. Tetapi tak unik rasanya jika traveling hanya sekedar traveling tanpa melakukan hal unik lainnya. Ya, Alphonz biasa “blusukan” saat traveling ke berbagai daerah, baik ketika traveling di dalam negeri maupun saat traveling ke luar negeri.

Aksi “blusukan” memang bukan masalah kala dia bepergian sendiri, tetapi ketika mengajak istri maka jadi masalah. Maklum saja, saat di mal dia sering terpisah dengan sang istri untuk “blusukan” ke berbagai area di mal. Baik itu parkiran, bahkan ke tempat pengelolaan limbah. Hanya untuk tahu bagaimana konsep yang diusung oleh mal tersebut.

“Makanya saya tidak punya mal favorite dan yang tidak, semua mal adalah tempat saya belajar, saya bahkan sempat ke loading dock mereka, hanya untuk mencari tahu bagaimana konsep yang diusung sebuah mal, karena saya senang menganalisa, bagaimana mal ini bisa sukses dan bagaimana mal ini bisa gagal,” jelas pria yang juga gemar membaca buku ini.

Usut punya usut, ternyata aksinya itu dikarenakan dia ingin mempunyai mal sendiri suatu hari nanti. Dan dia ingin membuat konsep yang baru dalam mal yang dikelolanya nanti. Sayangnya dia belum mau menjabarkan kapan dan bagaimana mal yang akan dibangunnya.

“Baru cita-cita saja, masak jadi karyawan terus, karena investasi untuk membuat mal itu tidak kecil, untuk bangunan saja tidak kurang dari Rp500 miliar, itu baru bangunan saja belum investasi di  tanahnya,” tutup dia.    

BERITA TERKAIT

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…

BERITA LAINNYA DI

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…