Jadi Kunci Kemandirian Ekonomi - Pemerintah Harus Lindungi Industri Sawit Nasional

NERACA

Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, industri sawit nasional harus dilindungi oleh pemerintah, karena industri tersebut menjadi salah satu kunci kemandirian ekonomi. "Industri sawit nasional harus berkembang dan harus menjadi lebih baik lagi. Ini menjadi tugas pemerintah," katanya di Jakarta, Selasa (28/4).

Menurut Luhut, kelapa sawit harus menjadi komoditas unggulan strategis mengingat andil yang besar bagi perekonomian nasional.Oleh karena itu ia mengaku sejak menjabat Menteri Perdagangan di era Pemerintahan Gus Dur terus mendorong perkembangan kelapa sawit dan industri sawit nasional."Kalau ada kementerian yang menghambat perkembangan industri sawit nasional, kita 'buldoser' saja," tegasnya.

Dia lebih lanjut minta pengurus GAPKI agar tidak ragu berkoordinasi dengan pemerintah' khususnya dengan kementerian terkait agar industri sawit terus berkembang dan kesejahteraan petani kelapa sawit terus meningkat.

Sebelumnya Ketua Umum GAPKI yang baru, Joko Supriyono yang juga Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk mengemukakan, salah satu program kerja GAPKI periode 2015-2018 adalah memperkuat kerjasama dengan pemerintah, apalagi Presiden Jokowi mematok target peningkatan ekspor 300 persen hingga tahun 2019.

Menurut Joko, produksi minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya pada akhir 2014 mencapai 31,5 juta ton dan tetap mengukuhkan posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Sementara itu, lanjutnya, jumlah tenaga kerja, petani, serta pihak lain dalam mata rantai industri kelapa sawit mencapai lebih dari lima juta orang, sedangkan sumbangan devisa ekspor produk minyak sawit mentah dan turunannya pada periode yang sama mencapai sekitar 21 miliar dolar AS.

Sekedar informasi Industri minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Indonesia akan berada di ambang krisis apabila dalam enam bulan mendatang tidak ada keseriusan dari pemerintah untuk mengimplementasikan biofuel (bahan bakar hayati).

Hal ini, mengindikasikan sekitar 43 persen dari total produksi Indonesia, yaitu para petani yang akan menjadi korbannya. Analis sawit dari Godrej International Ltd, Dorab E. Mistry, mengatakan bahwa pemerintah Indonesia sampai saat ini, masih kurang serius dalam melaksanakan kebijakan biofuel.

"Pemerintah Indonesia hanya meminta kepada Pertamina untuk meningkatkan penggunaan biofuel. Seharusnya, pemerintah Indonesia harus lebih keras dengan mengambil kebijakan yang lebih tegas untuk mendorong pemakaian biofuel dalam negeri," ujarnya di gelaran 10th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2015 Price Outlook di Bandung, Jumat, 28 November 2014.

Ketegasan tersebut, katanya, menjadi salah satu faktor dalam penyerapan pasokan minyak kelapa sawit. Apalagi pasar minyak sawit masih terkendali pada persyaratan yang berkenaan dengan keberlanjutan di negara Eropa dan Amerika."Kalau biofuel meningkat maka permintaan terhadap minyak sawit akan meningkat dan mendorong harga naik," ucapnya.

Harga CPO 2015

Selain itu, sebanyak tiga analis memproyeksikan harga CPO pada tahun 2015, Analis Godrej International Ltd, Dorab E. Mistry. Mengenai harga, Dorab meramalkan, harga minyak sawit tahun depan akan berkisar di kisaran 2.300-2.500 ringgit per ton."Tergantung pada sejumlah kondisi, termasuk pelaksanaan kebijakan biofuel di negara-negara pengekspor dan importir minyak sawit," katanya.

Adapun kondisi-kondisi yang dimaksudkannya adalah menyangkut kondisi di Brazil dan Argentina sebagai produsen minyak kedelai terbesar dunia, permintaan minyak sawit di Tiongkok dan India, harga minyak mentah yang memiliki kedekatan dengan minyak sawit dan pelaksanaan biofuel.

Analis LMC International Ltd, James Fry .Mengatakan, harga minyak sawit akan berhubungan dengan harga minyak mentah di pasar dunia.Dia menyebutkan, kalau harga minyak mentah berada di US$80 per barel maka harga CPO sebesar US$665 per ton dan PKO US$780. Akan tetapi, jika harga minyak mentah US$70 per barel maka harga CPO US$595 dan PKO US$720.Kemudian, harga CPO akan mencapai US$520 per ton serta PKO sebesar US$695, dengan catatan harga minyak mentah sebesar US$60 per barel.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), M. Fadhil Hasan memperkirakan produksi minyak sawit akan mencapai 32,5 juta ton di 2015 dengan harganya berada di kisaran US$740-800 per ton.

Menurut dia, faktor menurunnya permintaan dan tingkat produksi yang cenderung tidak akan mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi faktor penentu harga minyak sawit tahun mendatang. "Namun, dengan adanya program biodiesel yang lebih baik, akan mampu mendorong harga tersebut tercapai," tambahnya.

BERITA TERKAIT

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…