Rupiah Melemah Produsen Obat Menjerit

 

NERACA

Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) , memaksa produsen farmasi untuk menekan beban perseroan dengan melakukan efisiensi. Hal ini sangat beralasan, karena sebagian besar bahan baku farmasi masih mengandalkan impor yang menggunakan transaksi dalam bentuk dollar AS dan juga sebagian perusahaan masih memiliki utang dalam bentuk dollar.

Menyikap hal tersebut, PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) menyatakan akan melakukan tiga langkah untuk menghadapi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Kata Direktur Utama Kimia Farma, Rusdi Rosman, langkah pertama adalah meningkatkan nilai ekspor ke-17 negara,

”Berdasarkan laporan keuangan, ekspor ke-17 negara sebesar 5,8% terhadap total penjualan," ujarnya di Jakarta, Rabu (8/4).

Kedua, perseroan berusaha mencari sumber bahan baku murah yang disepakati lebih menguntungkan. Impor bahan baku selama satu tahun sekitar Rp350 miliar. ”Menghemat mencari sumber bahan baku yang diproduksi perseroan, dengan harga lebih murah," ujarnya.

"Dampak pelemahan rupiah terhadap profitabilitas belum bisa kami perkirakan, tapi kemungkinan pelemahan baru akan terasa di kuartal II karena pada awal tahun kami masih memiliki stok bahan baku yang bisa digunakan untuk 3-4 bulan ke depan," katanya.

Ketiga, menjual dan memproduksi produk dengan margin besar. Karena itu, perusahaan farmasi plat merah ini akan mendongkrak penjualan dari produk obat nongenerik. ”Artinya, potensi laba perseroan meningkat dengan penjualan dari produk bermargin besar," tuturnya.

Tahun ini, perseroan bakal membagikan dividen sebesar Rp 46,924 miliar. Dividen ini setara 20% dari total laba bersih tahun buku 2014 sebesar Rp 234,625 miliar. Disebutkan, dividen tersebut setara Rp 8,44 per lembar saham,”Mengusulkan Rp 23,462 miliar atau 10% dari laba bersih, atau Rp 4,22 per saham sebagai dividen tunai sesuai ketentuan yang berlaku," kata Rusdi.

Keputusan pembagian dividen ini mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST). Selain itu, perseroan juga mengusulkan sebanyak 90% laba yang setara Rp 211,163 miliar akan digunakan sebagai laba ditahan untuk kepentingan perusahaan. Usulan ini ternyata tidak diterima pemegang saham. Para investor meminta dividen dinaikan jadi 20% dari total laba bersih tahun lalu.

”Kemudian usul dari para pemegang saham untuk menaikkan dividen 20%, dan disetujui para pemegang saham, sisanya 80% untuk kinerja perseroan," ujarnya. 

 

BERITA TERKAIT

Di Tengah Ancaman Boikot, Danone Terus Disoal

Nama perusahaan multinasional asal Prancis, Danone terus bikin geger. Danone dan banyak perusahaan multinasional lainnya  dikecam di seluruh dunia karena aktif…

Khong Guan Luncurkan Biscuits House di KidZania

Memperkenalkan lebih dekat lagi biskuit Khong Guan kepada anak-anak sejak dini sebagai biscuit legendaris di Indonesia, Khong Guan Group Indonesia…

KUR, Energi Baru Bagi UKM di Sulsel

Semangat kewirausahaan tampaknya semakin membara di Sulawesi Selatan. Tengok saja, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulsel,…

BERITA LAINNYA DI Peluang Usaha

Di Tengah Ancaman Boikot, Danone Terus Disoal

Nama perusahaan multinasional asal Prancis, Danone terus bikin geger. Danone dan banyak perusahaan multinasional lainnya  dikecam di seluruh dunia karena aktif…

Khong Guan Luncurkan Biscuits House di KidZania

Memperkenalkan lebih dekat lagi biskuit Khong Guan kepada anak-anak sejak dini sebagai biscuit legendaris di Indonesia, Khong Guan Group Indonesia…

KUR, Energi Baru Bagi UKM di Sulsel

Semangat kewirausahaan tampaknya semakin membara di Sulawesi Selatan. Tengok saja, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulsel,…