Kapan Beli Obligasi ?

 

Oleh : Tumpal Sihombing

Bond Practitioner & Lecturer

Judul adalah pertanyaan yang sering diucapkan oleh investor ? Ada juga pertanyaan seperti “kapan sebaiknya dijual ?” Perihal kapan waktunya obligasi yang dimiliki untuk dibeli atau dijual adalah pertimbangan dalam ranah teknikal yang berhorizon jangka pendek. Namun terlepas dari apapun pertimbangannya (teknikal dan/atau fundamental), tujuan investor  adalah “bagaimana agar saya untung ?”

Secara umum, manfaat berinvestasi obligasi dapat dilihat dari 2(dua) hal yang biasa diperoleh investor, yaitu (1) kupon yang regular (kecuali obligasi zero coupon bond; (2) potensi keuntungan dari capital gain (selisih positif antara harga jual versus harga beli). Untuk poin 1, kupon yang diperoleh oleh investor secara umum memiliki tingkat imbal hasil yang lebih tinggi daripada suku bunga deposito (pasar uang). Sebagai contoh, jika suku bunga BI saat ini adalah 7,.50%, maka secara umum rentang suku bunga deposito yang dijajakan oleh industri perbankan (funding) di industri jasa keuangan adalah 7,50% < deposito < 7,50 %+ spread.

Dibandingkan dengan nilai deposit tersebut, kupon yang ditawarkan oleh obligasi di pasar modal secara umum lebih tinggi tingkat imbal hasilnya. Selain itu, pajak terhadap bunga yang dikenakan di pasar uang secara umum adalah 20%. Sementara untuk obligasi, pajak penghasilan diatur dalam PP 16 tahun 2009. Berdasarkan PP ini besaran tarif kupon adalah 15% bagi wajib pajak(WP) dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), dan 20% atau sesuai tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda bagi WP luar negeri selain BUT dari jumlah bruto bunga sesuai periode kepemilikan obligasi. Artinya dari perspektif imbal hasil dan perlakuan pajak, rerata bunga yang diterima oleh investor obligasi lebih tinggi daripada deposan di pasar uang. Namun perlu dipahami bahwa ini adalah efek obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah, dimana risikonya walau dikategorikan risk-free, namun relatif lebih tinggi daripada risiko instrumen pasar uang.

Capital gain adalah keuntungan lain yang berpotensi dinikmati oleh investor obligasi. Sebagai ilustrasi, seorang investor memiliki data lengkap perihal laju inflasi dan tren suku bunga acuan. Dari pengamatannya terhadap tren suku bunga, dia menyimpulkan BI Rate akan turun dalam jangka pendek. Secara umum yield (imbal hasil) obligasi memiliki tren inline dengan suku bunga acuan (walaupun tak selalu demikian). Artinya, investor memprediksi bahwa dengan probabilitas penurunan suku bunga dalam jangka pendek, maka yield memiliki peluang turun dalam periode yang sama.

Teknisnya, saat yield turun, harga naik. Seandainya sang investor membeli di harga (ask price) 98,50 (at diskon) dan ternyata beberapa waktu kemudian (jangka pendek), bank sentral memutuskan untuk menurunkan suku bunga, maka harga obligasi tersebut ternyata naik signifikan menjadi (mis) 101,50 (bid price)-102,00 (ask price). Jika kondisinya seperti ilustrasi, maka investor bisa saja merealisasi keuntungan (capital gain jika jual) sebesar selisih harga (101.50 - 98.50). Kapan beli/jual obligasi? Ini relatif bagi setiap investor, tergantung pada objektif dan horizon investasinya.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…