IHSG Awal Pekan Masih Tren Menguat

NERACA

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) diakhir pekan kemarin, berhasil ditutup menguat ditengah hambatan aksi jual investor asing. Syukurnya, derasnya perburuan aksi beli investor domestik mampu menopang penguatan indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI) jatuh lebih dalam.

Kata analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, ekspektasi positif data makro ekonomi domestik yang sedianya akan dipublikasikan pada pekan ini atau pada 1 April 2015 menjadi salah satu pemicu IHSG BEI mengalami penguatan pada akhir pekan kemarin,”Inflasi diperkirakan masih rendah meski sempat terjadi kenaikan harga beras pada bulan Maret ini, respon pemerintah dinilai cukup baik dalam mengintervensi kebutuhan pokok," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Di sisi lain, lanjut dia, neraca perdagangan Indonesia juga diperkirakan masih mencatatkan nilai surplus meski tidak terlalu signifikan, hal itu didukung dari beberapa data yang sudah dipublikasikan seperti cadangan devisa Februari yang mencatatkan pertumbuhan.

Dirinya menambahkan, beberapa laporan keuangan emiten yang telah dipublikasikan baik BUMN maupun swasta yang mayoritas mencatatkan pertumbuhan mendorong pelaku pasar kembali melakukan masuk ke pasar untuk melakukan beli.

Selain sentimen fundamental, menurut dia, faktor teknikal juga mendukung untuk indeks BEI kembali mencatatkan penguatan. Setelah harga saham-saham di dalam negeri mengalami tekanan, sebagian investor kembali melakukan akumulasi beli sehingga mendorong IHSG BEI bergerak positif,”Akumulasi sentimen di dalam negeri, ditambah dengan bursa saham regional yang juga positif menopang IHSG BEI," katanya.

Berikutnya, indeks BEI Senin awal perkan diperkirakan masih dalam tren menguat. Sementara kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan dipicu potensi kenaikan inflasi dan kenaikan BI Rate bisa menjadi penghambat laju indeks BEI.

Menutup perdagangan akhir pekan, IHSG menguat 28,054 poin (0,52%) ke level 5.396,854. Sementara Indeks LQ45 naik 5,493 poin (0,59%) ke level 937,507. Dana asing belum berhenti mengalir keluar lantai bursa. Transaksi investor asing hingga sore tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 582,858 miliar di seluruh pasar.

Perdagangan berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 179.792 kali dengan volume 5,894 miliar lembar saham senilai Rp 5,32 triliun. Sebanyak 176 saham naik, 103 turun, dan 93 saham stagnan. Bursa-bursa di Asia menutup perdagangan akhir pekan dengan mixed. Beberapa masih bisa menguat didorong naiknya harga-harga komoditas.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya adalah Delta Jakarta (DLTA) naik Rp 4.000 ke Rp 277.000, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.650 ke Rp 49.750, Maskapai Reasuransi (MREI) naik Rp 650 ke Rp 3.255, dan Matahari (LPPF) naik Rp 600 ke Rp 18.600. Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Mitra Keluarga (MIKA) turun Rp 375 ke Rp 21.800, Asuransi Bintang (ASBI) turun Rp 145 ke Rp 465, Indomobil (IMAS) turun Rp 140 ke Rp 3.850, dan Link Net (LINK) turun Rp 125 ke Rp 6.100.

Perdagangan sesi pertama, IHSG ditutup naik 18,395 poin (0,34%) ke level 5.387,195. Sementara Indeks LQ45 menguat 4,634 poin (0,50%) ke level 936,648. Indeks naik sampai ke titik tertingginya di 5.388,827 berkat penguatan saham-saham unggulan. Investor asing konsisten untuk tetap melepas saham.
Perdagangan berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 97.683 kali dengan volume 2,808 miliar lembar saham senilai Rp 2,251 triliun. Sebanyak 148 saham naik, 100 turun, dan 84 saham stagnan. Bursa-bursa regional siang rata-rata masih menguat, kecuali pasar saham Hong Kong. Naiknya harga-harga komoditas dunia memberi sentimen positif.

Diawal perdagangan, IHSG dibuka melemah sebesar 16,05 poin atau 0,30% menjadi 5.352,74. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan (indeks LQ45) turun 4,07 poin (0,48%) ke level 927,93,”Sentimen domestik yang relatif positif cenderung tertutupi oleh sentimen eksternal sehingga kembali membebani laju IHSG BEI," kata Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah.

Dia mengemukakan, adanya pernyataan Presiden the Fed bagian Atlanta Dennis Lockhart bahwa kenaikan suku bunga cukup mungkin terjadi di bulan September mendatang menjadi salah satu sentimen negatif di pasar saham.

Selain itu, lanjut dia, pasar juga sedang menanti keputusan pemerintah Yunani mengenai dana talangan. Jika pemerintah Yunani berkomitmen sesuai yang diinginkan Uni Eropa, akan memberikan dampak positif bagi pasar saham,”Diharapkan Yunani dapat meyakinkan pihak kreditur bahwa pihaknya akan menjalankan reformasi ekonomi," katanya.

Sentimen lainnya, lanjut dia, Rusia tengah dihadapi tingkat inflasi yang tinggi di tengah kelesuan ekonominya seiring harga-harga produk konsumen semakin tidak terjangkau khususnya untuk bahan pangan. Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng dibuka melemah 40,35 poin (0,16%) ke 24.456,73, indeks Bursa Nikkei naik 100,94 poin (0,52%) ke 19.572,05, dan Straits Times menguat 9,72 poin (0,26%) ke posisi 3.440,64. (bani)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…