Indonesia Ikut Serta Seafood Expo di Boston - Amerika Serikat Jadi Tujuan Utama Ekspor Hasil Perikanan

NERACA

Jakarta – Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P. Hutagalung menjelaskan, Amerika Serikat (AS) merupakan pasar produk perikanan yang sangat menarik karena 90% dari produk yang dikonsumsi berasal dari impor. Pada 2014 lalu, impor produk seafood AS mencapai US$ 21,9 miliar, dengan komoditas utama udang, salmon, tuna, kakap, kepiting dan rajungan, lobster dan tilapia. Berdasarkan data Comtrade, urutan pemasok produk seafood ke AS tahun 2014: China (US$ 3,1 miliar), Canada (US$ 2,8 miliar) dan Indonesia (US$ 1,9 miliar).

Menurut Saut, pada tahun 2014, pangsa pasar udang Indonesia ke Amerika menempati posisi kedua setelah India, karena pasokan dari Cina, Thailand, Vietnam mengalami gangguan. Porsi udang Indonesia sebesar 19% ke pasar AS dalam volume yaitu 107 ribu ton dari total impor udang AS sekitar 570 ribu ton. Adapun ekspor kepiting dan rajungan dari Indonesia juga menempati posisi sebagai salah satu supplier utama dengan share sebesar hampir 20% dalam nilai yaitu US$ 277 juta dari total impor rajungan AS sebesar US$ 1,4 miliar.

Sementara itu, berdasarkan data BPS, nilai ekspor  hasil perikanan tahun 2014 mencapai US$ 4,6 miliar, meningkat sekitar 9% dari US$ 4,2 miliar di tahun 2013. Ekspor ke AS tahun 2014 sebesar US$ 1,84 miliar dari US$ 1,33 miliar, atau meningkat sebesar 27%. Komoditas utama ekspor ke AS tahun 2014 adalah udang dengan volume 107.424 ton senilai US$ 1,28 miliar, kepiting dan rajungan  dengan volume 10.833 ton senilai US$ 277 juta, dan tuna dengan volume 22.000 ton dengan nilai sebesar US$ 128 juta.

“AS merupakan pasar ekspor terbesar bagi komoditas udang serta kepiting dan rajungan Indonesia. Peningkatan ekspor udang  dari tahun 2013 ke 2014 dari sisi volume sebesar 30,16% dan dari sisi nilai sebesar 45,44%. Adapun peningkatan dari tahun 2013 ke 2014 untuk kepiting dan rajungan dari sisi volume sebesar 5,50% dan dari sisi nilai sebesar 45,89%,” kata Saut di Jakarta, Kamis (19/3).

Seafood Expo

Seafood Expo North America (SENA), diselenggarakan di Boston, AS, 15 -  17 Maret 2015. SENA merupakan pameran tahunan seafood terbesar di Amerika, yang diikuti oleh lebih dari 1500 perusahaan  serta berasal lebih dari 100 negara. Indonesia berpartisipasi pada pameran tersebut untuk memperkuat penetrasi pasar karena AS merupakan pasar yang penting. Pavilliun Indonesia  Nomor 2833  dan 2933 diikuti oleh 14 perusahaan yakni:  1. PT. Indu Manis, 2. PT. Dharma Samudera, 3. PT.  CP Prima,  4. PT. Tuna Permata Rezeki, 5. PT.  Inti Lautan Fajar Abadi, 6. PT.  Samudera Mandiri Sentosa, 7. PT. Bahari Biru Nusantara, 8. PT. Sekar Bumi, 9. PT.  Fresh On Time, 10.PT. Indokom, 11. PT. Alam Jaya,12.  PT. Benua Agri Sejahtera, 13. PT. Awindo International, 14. PT.  Wirontono Baru. Terdapat 1 (satu) perusahaan  yakni  PT Toba Surimi yang membuka booth secara mandiri.

Dijelaskan Saut, produk yang banyak diminati adalah tuna, udang, gurita, kakap merah, mahi-mahi, tuna kaleng, oilfish, swordfish, wahoo, tenggiri, crab dan value added. Adapun tren produk yang perlu diantisipasi oleh pelaku Indonesia diantaranya adalah tuna dalam pouch ukuran hingga 3 Kg dimana sebelumnya kemasan yang digunakan adalah kaleng dan tuna saku yang digunakan jaringan food service. Perkiraan nilai transaksi selama pameran berlangsung untuk 6 bulan kedepan adalah sebesar US$46 juta.

Dirjen Saut juga menjelaskan, di sela  waktu pameran, Delegasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, mensosialisasikan kebijakan pemerintah Indonesia dalam hal penanggulangan IUU Fishing dan sustainability sebagaimana Permen KP nomor 56 dan 57 tahun 2014 serta Permen KP nomor 1 dan 2 tahun 2015. Hal ini sejalan dengan rancangan kebijakan pemerintah AS yang bermaksud untuk mengeliminir produk hasil IUUF di pasar AS sebagaimana tertuang dalam US Presidential Task Force on Combating IUU Fishing and Seafood Fraud.

“Delegasi KKP bersama dengan KBRI Washington DC dan KJRI New York melakukan dialog dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA)-Badan yang juga menangani bidang perikanan. Terkait topik tersebut, Indonesia menyoroti kemungkinan penerapan dari kebijakan tersebut agar tidak menjadi hambatan perdagangan di kemudian hari khususnya bagi para nelayan kecil yang menjadi mayoritas produsen Indonesia,” ungkapnya.

“Terhadap isu Seafood Fraud, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah pelabelan nama species dimana diberikan nama berbeda untuk jenis ikan tertentu, misalnya kakap sawo diberikan nama sebagai kakap merah (scarlet) serta patin Vietnam diberikan nama grouper,” tambahnya.

Antisipasi Hambatan

Delegasi KKP, lanjut Saut, mengadakan pertemuan dengan presiden National Fisheries Institute (NFI) guna membicarakan perkembangan ekspor impor produk perikanan di AS. Hal yang perlu mendapat perhatian karena dapat berpotensi menjadi hambatan perdagangan antara lain adalah traceability terkait dengan IUUF dan masalah tenaga kerja dimana mulai disorot dugaan “perbudakan” di kapal penangkap ikan yang beroperasi di Asia Tenggara.

Mengingat bahwa sustainability telah menjadi persyaratan pasar, sambungnya, KKP bekerjasama dengan Sustainable Fisheries Partnership (SFP) mengadakan Roundtable Supplier Meeting dengan topic khusus “Perikanan Berkelanjutan” yang diikuti antara lain oleh importer utama AS dan eksportir Indonesia khususnya untuk produk tuna, kakap merah dan rajungan.

“Hal ini sejalan dengan kebijakan KKP yang mengedepankan prinsip-prinsip perikanan berkelanjutan. Pada kesempatan tersebut, KKP menjelaskan kebijakan pemerintah terkait sustainability dan penanggulangan IUU Fishing. Selain itu, pembicara lainnnya adalah PT. Intimas Surya sebagai pelaku usaha perikanan Indonesia yang telah melakukan Fisheries Improvement Program (FIP) dan Cannon Fish mewakili para buyer AS yang telah berkomitmen untuk hanya membeli produk yang sustainable,” papar Saut.

Hadir dalam pertemuan tersebut buyers utama AS seperti Cannon Fish, Amacore, Hilo Fish, Apicda, Quirch Foods, Lusamerica, Open Seas, North Atlantic Inc, Walmart dan Sea Delight. Dari hasil pengamatan selama pameran, terdapat importer AS yang menawarkan produk dari Indonesia yang sudah memenuhi kriteria sustainability antara lain Wicked Tuna dan Cannon Fish khusus produk tuna. Perusahaan tersebut memamerkan produk yang berasal dari PT. Intimas Surya.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…