Mendengar dan Melihat: Faktor Penting dalam Kepemimpinan - Oleh: Dr H Sugeng Listiyo Prabowo, M. Pd, Wakil Rektor II UIN Malang

Dalam berbagai penelitian dan kajian-kajian ilmiah tentang organisasi dan manajemen akan diketemukan hubungan antara kepemimpinan dan pengembangan organisasi. Kemampuan pemimpin akan berdampak pada pengembangan organisasi, juga sebaliknya ketidakmampuan pemimpin akan berpengaruh terhadap kemunduran organisasi, bahkan juga kehancuran dan kebangkutannya. Namun pertanyaannya adalah dimanakah letak hubungan tersebut? Apakah pada kemampuan manajerialnya?, kemampuan human relationnya?, kemampuanenterpreneurshipnya?, kemampuan melihat masa depannya?, atau kemampuan melihat kenyataan, Dalam literatur manajemen dan kepemimpinan semuanya berpengaruh. Namun dimanakah yang paling esensial/ pokok?

 

Kemampuan human relation merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Apakah orang tersebut rekan kerja, partner, atasan, atau juga bawahan. Dengan human relation yang baik, seorang pemimpin akan lebih mampu mempengaruhi orang lain, dengan kemampuan mempengaruhi, maka kepemimpinan akan menjadi lebih mudah dan lebih bertahan lama, karena dengan dipengaruhi timbul pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan jika dilakukan pemaksaan.

 

Kemampuan enterpreneurship merupakan kemampuan pemimpin memberikan nilai tambah terhadap proses manajerial yang dilakukan dan kemudian berdampak pada timbulnya sumber-sumber resources alternatif. Dengan kemampuan ini pemimpin akan membawa organisasi menjadi lebih lincah, lebih cepat berkembang, lebih mampu memberikan fasilitas bagi seluruh komponen organisasi, dan lebih mampu menghasilkan produk-produk dan layanan alternatif.

 

Kemampuan manajerial merupakan jenis kemampuan yang sangat kompleks yang harus dimiliki pemimpin organisasi, kemampuan tersebut meliputi kemampuan yang termasuk dalam fungsi-fungsi manajemen, yaitu kemampuan yang sekurang-kurangnya meliputi kemampuan dalam merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengendalikan. Untuk dapat memiliki kemampuan ini diperlukan berbagai kemampuan dasar dan “seni” yang cukup memadai, sehingga untuk menjadi manajer yang cukup baik tidak dapat dilakukan langsung setelah lulus sekolah kemudian menjadi manajer, tetapi diperlukan waktu yang cukup panjang untuk dapat mempraktekan dan mengasah berbagi “seni” dalam manajemen sampai mampu menjadi manajer yang baik. Dari proses pengasahan seni dalam manajemen tersebut kemudian akan tumbuh berbagai kemampuan-kemampuan penting yang akan sangat membantu pemimpin dalam meningkatkan efektifitasnya dalam proses kepemimpinan. Kemampuan-kemampuan penting tersebut salah satunya adalah kemampuan human relation dan enterpreneurship.

 

Mungkin saja beberapa kemampuan penting tidak begitu terasah dengan baik ketika seseorang mulai meniti karir dalam organisasi. Namun demikian, beberapa kemampuan tersebut dapat menggunakan orang lain atau lembaga lain untuk melakukannya. Atau dengan kata lain, pemimpin dapat membentuk tim ahli untuk menangani beberapa pekerjaan-pekerjaan yang tidak begitu terasa ketika seseorang berproses menjadi pemimpin.

 

Satu hal penting dari faktor kepemimpinan yang sangat penting dan pasti akan menentukan berkembang dan runtuhnya organisasi adalah kemampuannya mengetahui dan memahami organisasinya saat ini dan keinginannya pada masa yang akan datang. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang tidak dapat digantikan oleh orang lain. Karena kemampuan ini merupakan kemampuan individu yang diterapkan diorganisasi. Jika kemampuan ini diberikan kepada orang lain, dan kemudian orang yang bukan pemimpin formal tersebut mempengaruhi organisasi, maka orang tersebut adalah pemimpin yang sesungguhnya, sedangkan orang yang berada dalam kepemimpinan formal akan menjadi “boneka” saja. Itulah sebabnya terdapat istilah yang disebut dengan “pemimpin boneka”.

 

Begitu pentingnya kemampuan ini, sehingga setiap pemimpin akan ditentukan oleh kemampuannya dalam kaitan dengan dua hal ini, yaitu kemampuan melihat masa depan dan kemampuan mengetahui dan memahami organisasinya. Kedua kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang bersumber dari kemampuan untuk dapat melihat dan memahami kenyataan. Memahami kenyataan adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang ada dalam dirinya sendiri dan apa yang ada dalam organisasi. Untuk mengetahui ini maka pemimpin harus memiliki kepekaan terhadap apa yang terjadi di organisasinya. Itulah sebabnya kemudian berkembang sistem informasi manajemen, yaitu suatu cabang ilmu terapan yang mempelajari tentang bagaimana sebuah sistem informasi dialirkan kepada pimpinan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Seiring dengan perkembangan teknologi berbasis komputer dan jaringan, ilmu ini kemudian mampu menyajikan berbagai informasi dengan cepat, akurat dan mobile. Sehingga pemimpin dapat mengambil keputusan dimanapun berada.

 

Mengetahui dan memahami kenyataan juga merupakan dasar untuk dapat melihat jauh kedepan. Seseorang tidak akan mampu bercita-cita tentang masa depannya jika orang tersebut tidak memiliki pemahaman tentang dirinya dan kondisinya pada saat ini. Kesadaran tentang masa depan dibangun dari pemahamannya dan kesadarannya pada kondisi saat ini. Oleh karena itulah ungkapan yang sering dikemukakan para ahli manajemen adalah masa depan selalu diawali dari saat ini.

 

Namun demikian, kepemimpinan dengan berbagai kekuasaan dan wewenang yang melingkupinya seringkali juga mampu merubah para pemimpin menjadi hilang arah, keras kepala, dan sombong sehingga kemudian lebih mengedepankan kemauan dan egonya dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi. Gengsi akibat bertahun-tahun menjadi pemimpin dapat menutupi kenyataan-kenyataan yang terjadi, apalagi jika kenyataan-kenyataan tersebut adalah kenyataan yang buruk, gengsi dari pemimpin akan mencarikan sejuta pembenaran untuk dapat menjadikan suatu kenyataan buruk tersebut menjadi suatu kewajaran. Akibatnya pemimpin tidak mampu lagi melihat kebenaran. Jika hal ini terjadi maka keputusan-keputusan yang diambil oleh pemimpin merupakan keputusan yang melenceng, atau mungkin keputusan yang salah arah, atau bahkan pemimpin tidak lagi membuat keputusan, karena pembenaran-pembenaran yang dilakukan akibat gengsi yang menutupinya tadi. Perilaku pemimpin akan berubah dari membuat keputusan mendasarkan fakta-fakta yang terjadi, menjadi membuat alasan-alasan pembenaran dari gengsi yang menutupinya dari kenyataan. Jika perilaku pemimpin sudah tidak mampu melihat kenyataan maka organisasi jenis apapun yang dipimpinnya akan hancur dan bangkrut. Karena organisasi memiliki pemimpin yang jelek. (uin-malang.ac.id) 

BERITA TERKAIT

Pertahankan Sinergitas dan Situasi Kondusif Jelang Putusan Sidang MK

  Oleh: Kalista Luthfi Hawa, Mahasiswa Fakultas Hukum PTS   Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tengah menarik perhatian publik menjelang putusan…

Pemerintah Bangun IKN dengan Berdayakan Masyarakat Lokal

  Oleh: Saidi Muhammad, Pengamat Sosial dan Budaya   Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur bukan hanya tentang…

Ekonomi Mudik 2024: Perputaran Dana Besar Namun Minim Layanan Publik

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom UPN Veteran Jakarta   Pergerakan ekonomi dalam Mudik 2024 melibatkan dana besar…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pertahankan Sinergitas dan Situasi Kondusif Jelang Putusan Sidang MK

  Oleh: Kalista Luthfi Hawa, Mahasiswa Fakultas Hukum PTS   Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tengah menarik perhatian publik menjelang putusan…

Pemerintah Bangun IKN dengan Berdayakan Masyarakat Lokal

  Oleh: Saidi Muhammad, Pengamat Sosial dan Budaya   Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur bukan hanya tentang…

Ekonomi Mudik 2024: Perputaran Dana Besar Namun Minim Layanan Publik

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom UPN Veteran Jakarta   Pergerakan ekonomi dalam Mudik 2024 melibatkan dana besar…