Antara Mengajar dan Mendidik Berekonomi - Oleh: Prof Dr H Imam Suprayogo, Dosen PTN

Beberapa hari terakhir ini, pikiran saya tergoda oleh pertanyaan terkait persoalan yang sebenarnya sederhana, yaitu mengapa para lulusan sekolah menengah dan bahkan hingga perguruan tinggi masih tampak belum mampu menyelesaikan problem yang sebenarnya erat kaitannya dengan ilmu yang dipelajarinya. Seharusnya lulusan sekolah kejuruan di bidang ekonomi dan apalagi sarjana ekonomi misalnya, mampu menangkap peluang-peluang ekonomi dan memanfaatkannya. Akan tetapi pada kenyataannya kemampuan seperti itu masih belum dimilikinya.

Sarjana ekonomi ketika diajak berbicara tentang ekonomi, sekalipun tidak selalu memuaskan, terasa nyambung dan bahkan menguasai. Namun ketika diajak mengembangkan ekonomi ternyata masih gagap. Pada tataran praktis, kemampuan mereka terasa masih belum menggambarkan gelar yang disandangnya. Dengan demikian kependekarannya tentang ekonomi masih belum secara utuh tampak. Padahal yang bersangkutan sudah bergelar master ekonomi.

Hasil pengamatan seperti itu banyak ditemukan. Sudah barang tentu, siapapun yang pernah menjadi guru atau dosen, akan bertanya, apa yang menjadikan mereka itu seolah-olah belum memiliki pengetahuan dan wawasan praktis terkait ekonomi, sebagaimana gelar dan ijazah yang disandangnya. Apakah yang demikian itu disebabkan oleh karena kesalahan lembaga pendidikan tempat belajarnya, ataukah oleh karena kemampuan yang bersangkutan dalam mengembangkan potensi dirinya masih terbatas.

Pada saat melakukan perenungan itu, saya teringat dua konsep berbeda tetapi dianggap sama, yaitu antara pengajaran dan pendidikan. Mengajarkan ekonomi bisa ditempuh dengan cara memberikan berbagai teori yang terkait dengan bidang itu. Bagi perguruan tinggi Islam, mereka akan menambah dengan memberikan penjelasan dari ayat-ayat al Qur'an dan hadits nabi yang terkait dengan ekonomi. Melalui cara itu, maka mahasiswa ekonomi akan mengenal dan bahkan hafal teori-teori ekonomi dan sekaligus juga ayat-ayat al Qur'an dan hadits nabi terkait dengan bidang itu.

Dengan demikian itu, para mahasiswa fakultas ekonomi dimaksud ketika diajak bicara tentang teori-teori ekonomi, maka akan terasa memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Mereka telah berhasil menginventarisasi berbagai teori ekonomi secara luas. Akan tetapi, anehnya tatkala diajak berbicara tentang ekonomi pada tataran praktis, mereka ternyata masih tampak berkekurangan.

Kenyataan seperti yang dimaksudkan itu, mengajaran saya pada dua konsep yang bersinggungan, yaitu antara pengajaran dan pendidikan berekonomi. Pengajaran ekonomi lebih menekankan pada kemampuan menganalisis, sementara itu pendidikan ekonomi membawa mahasiswa agar memiliki jiwa, semangat, dan minat pada kegiatan praktis berekonomi. Dengan demikian antara pengajaran ekonomi dan pendidikan berekonomi memiliki jarak yang sedemikian jelas. Namun sebenarnya, keduanya bisa didekatkan dan bahkan dikompromikan. Sarjana yang mengerti tentang teori ekonomi dan mampu menganalisisnya, juga seharusnya memiliki pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan dalam kegiatan ekonomi.

Jika keduanya tidak dipadukan, rasanya menjadi aneh, seorang yang disebut pakar ekonomi tetapi asing dari kegiatan ekonomi. Demikian pula sebaliknya, seorang yang sehari-hari bergelut di bidang ekonomi, tetapi misalnya tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang sehari-hari digeluti itu. Kita seringkali bertemu dengan orang-orang sebagai pelaku ekonomi, ternyata juga memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam di bidang tersebut. Maka sebenarnya antar keduanya tidak perlu dipisahkan, dan andaikan masih terpisah di antara keduanya, maka perlu segera disatukan.

Tidak seharusnya antara mengajar dan mendidik menjadi dua wilayah yang benar-benar berbeda. Jika di antara keduanya terdapat perbedaan, maka hal itu seharusnya hanyalah digunakan untuk memperjelas masing-masing konsep itu. Sebab jika hal itu dipisahkan, maka akan menjadi terasa aneh. Seorang ahli ekonomi tidak mampu mengembangkan ekonomi. Atau bahkan, seorang ahli peternakan tidak mengerti seluk beluk berternak, ahli pertanian tidak kenal dengan petani, ahli pendidikan tidak mengerti kehidupan guru, dan yang lebih aneh dan lucu lagi, ahli agama tetapi tidak mengerti tentang kehidupan keagamaan. (uin-malang.ac.id)

BERITA TERKAIT

Pertahankan Sinergitas dan Situasi Kondusif Jelang Putusan Sidang MK

  Oleh: Kalista Luthfi Hawa, Mahasiswa Fakultas Hukum PTS   Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tengah menarik perhatian publik menjelang putusan…

Pemerintah Bangun IKN dengan Berdayakan Masyarakat Lokal

  Oleh: Saidi Muhammad, Pengamat Sosial dan Budaya   Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur bukan hanya tentang…

Ekonomi Mudik 2024: Perputaran Dana Besar Namun Minim Layanan Publik

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom UPN Veteran Jakarta   Pergerakan ekonomi dalam Mudik 2024 melibatkan dana besar…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pertahankan Sinergitas dan Situasi Kondusif Jelang Putusan Sidang MK

  Oleh: Kalista Luthfi Hawa, Mahasiswa Fakultas Hukum PTS   Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tengah menarik perhatian publik menjelang putusan…

Pemerintah Bangun IKN dengan Berdayakan Masyarakat Lokal

  Oleh: Saidi Muhammad, Pengamat Sosial dan Budaya   Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur bukan hanya tentang…

Ekonomi Mudik 2024: Perputaran Dana Besar Namun Minim Layanan Publik

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom UPN Veteran Jakarta   Pergerakan ekonomi dalam Mudik 2024 melibatkan dana besar…