Pandai Ngomong Tentang Kambing, Tetapi Gagal Memeliharanya - Oleh: Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, Dosen PTN

Pembicaraaan tentang kewirausahaan ternyata semakin banyak terdengar di mana-mana. Demikian pula, kursus tentang hal tersebut juga ditawarkan di mana-mana. Mungkin orang semakin sadar, bahwa untuk menjadikan orang bisa hidup mandiri, cara terbaik adalah memilih berwirausaha. Akan tetapi tidak semua orang mampu menjalankan kewirausaan. Bahkan juga tidak semua orang yang pintar ngomong tentang kewirausahaa sekaligus pintar dan sukses berwirausaha.

 

Suatu ketika, saya kedatangan tamu. Kebetulan tamu tersebut, selain menjadi guru, juga merangkap sebagai wirausaha. Dia pernah beternak kambing dan juga memelihara ikan di kolam. Kedua jenis usaha tersebut, menurut pengakuannya, jika ditangani secara baik, banyak mendapatkan keuntungan. Apalagi, usaha itu berskala besar dan dikelola secara professional.

 

Dalam pembicaraan itu, saya menanyakan bahwa pada akhir-akhir ini banyak orang mencoba berusaha memelihara kambing, ayam, sapi, dan juga ikan tawar, tetapi gagal. Padahal orang dimaksud saya lihat memiliki pengetahuan cukup tentang usaha yang dilakukan itu. Pertanyaan saya tersebut dijawab dengan mudah, dikatakan olehnya bahwa kita harus membedakan antara orang yang pintar berternak dan orang yang pintar ngomong tentang berternak.

 

Dikatakan olehnya, bahwa sekarang ini yang banyak adalah orang yang pintar ngomong tentang berternak, pintar ngomong tentang memelihara kambing, pintar ngomong tentang memelihara sapi, dan seterusnya. Namun kepintaran orang tersebut hanya sebatas ngomong tentang berternak. Dan belum tentu, orang yang pintar ngomong juga pintar menjalankannya.

 

Menurut pengalaman yang dimiliki oleh tamu yang datang ke kantor saya, bahwa selama ini, orang yang pintar ngomong tentang berternak, dikira oleh banyak orang juga pintar menjalankannya. Anggapan yang tidak tepat itu kemudian dijadikan dasar untuk menunjuk orang yang bersangkutan mengelola usaha peternakan. Akhirnya usahanya gagal. Setelah itu baru disadari bahwa orang dimaksud bukan pintar berternak, tetapi hanya pintar ngomong tentang berternak. Dia pintar ngomong tentang kambing dan belum bisa memelihara kambing.

 

Tamu dimaksud juga menjelaskan bahwa, biasanya orang yang pintar ngomong tersebut ke mana-mana pekerjaannya menjelaskan tentang kewirausahaan, termasuk beternak sapi, kambing, dan lain-lain. Ia juga memiliki pengalaman menarik. Yaitu sekelompok orang membuat usaha bersama di bidang peternakan. Setelah disepakati, dipilihlah beternak kambing. Oleh karena seseorang pintar ngomong tentang kambing, maka yang bersangkutan ditunjuk sebagai ketua usaha itu.

 

Namun setelah sekian lama, usaha itu ternyata gagal. Ternak yang diaharapkan berkembang biak, ternyata gulung tikar. Kegagalan itu tidak lain disebabkan oleh karena diurus oleh orang yang pintar ngomong ternak kambing dan bukan oleh orang yang pintar berternak kambing. Sudah diduga sebelumnya oleh sementara orang bahwa orang yang pintar ngomong ternak itu lebih mungkin gagalnya daripada keberhasilannya.

 

Mendengarkan pembicaraan tamu tentang banyaknya orang pintar ngomong berternak dan sebaliknya sedikitnya orang yang benar-benar bisa berternak, saya segera teringat tentang pendidikan yang berlansgung selama ini. Jika seringkali terdengar kritik bahwa banyak pengangguran terdidik, sarjana menganggur, dan sebagainya, maka jangan-jangan hal itu disebabkan oleh karena kekeliruan konsep pendidikan selama ini.

 

Tatkala orang berbicara kurikulum dan bahan ajar, maka sebenarnya mereka itu hanya menyiapkan bahan omongan yang akan disampaikan kepada para peserta didik. Celakanya bahwa yang diinginkan adalah agar yang diajar juga menjadi pintar ngomong. Yaitu, ngomong tentang ekonomi, ngomong tentang berternak, ngomong tentang pertanian, dan juga ngomong tentang agama. Dengan demikian itu maka jangan heran jika yang dihasilkan dari pendidikan itu adalah jug orang-orang yang sebatas pintar ngomong, dan bukan orang yang dibutuhkan di masyarakat, yaitu orang yang mampu menjalankannya. Wallahu a'lam. (uin-malang.ac.id)

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…