Agroindustri Pedesaan Berhadapan dengan MEA - Oleh: Hadriman Khair, SP. M.Sc, Dosen Fakultas Pertanian dan Wakil Dekan III Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Kini era globalisasi para pelaku bisnis berusaha memenangkan persaingan dengan menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Para pelaku bisnis berusaha bertahan dalam kondisi apapun untuk mewujudkan kesejahteraan hidup sehingga bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan Negara.

 

Di Indonesia sebahagian besar para pelaku bisnis adalah petani dan pengusaha kecil. Menurut Wan Abbas Zakaria (2008), terdapat tiga fase dalam mewujudkan kesejahteraan petani, tahap pertama; pemberdayaan organisasi petani yakni tahap pemberdayaan kelembagaan petani (pengembangan SDM, pengembangan teknologi dan rekayasa aturan main organisasi), tahap kedua; pengembangan jaringan kemitraan bisnis (network business), dan tahap ketiga; peningkatan daya saing (competitiveness).

 

Struktur masyarakatnya sangat diwarnai oleh masyarakat pedesaan yang bercorak agraris. Hal ini ditunjukkan dari pendapatan mereka yang sebahagian besar berasal dari produk pertanian seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan perikanan dan kehutanan. Keputusan Indonesia ikut dalam ASEAN Economic Community berimplikasi kepada makin ketatnya persaingan antar pelaku bisnis khususnya masyarakat pedesaan yang bercorak agraris. Oleh karena itu salah satu strategi pembangunan pertanian ke depan adalah pengembangan agroindustri pedesaan yang berbasis agribisinis.

 

Pemahaman agroindustri pedesaan berbasis agribisnis bermakna industri yang ada di pedesaan mengelola produk pertanian mentah kemudian menjadi produk olahan yang siap jual tidak bisa berdiri sendiri melainkan tergantung kepada subsistem-subsistem yang ada dalam sistem bisnis pertanian (agribisnis).

 

Agribisnis merupakan bentuk pertanian modern yang mencakup bidang-bidang atau subsistem yang sangat luas pada dasarnya mencakup lima subsistem yaitu (1) subsistem yang menyediakan dan menyalurkan sarana dan alat mesin pertanian, (2) subsistem produksi komoditas pertanian, (3) subsistem industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri), (4) subsistem usaha pemasaran hasil-hasil pertanian dan (5) subsistem pelayanan seperti perbankan, angkutan, asuransi, penyimpanan dan lainnya.

 

Agroindustri Pedesaan

 

Agroindustri pedesaan yang berbasis agribisnis mempunyai arti strategis di dalam berhadapan dengan ASEAN Economic Community yang pelaksanaannya tahun 2015. Pengembangan agroindustri pedesaan yang berbasis agribisnis oleh pemerintah sudah dilaksanakan pada tahun 2005 di 14 provinsi yang meliputi 21 laboratorium agribisnis dengan nama Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Teknologi Inovasi Pertanian (PRIMA TANI).

 

Pada beberapa laboratorium agribisnis ada yang berhasil dan ada pula yang tidak berhasil. Menurut Abdurrachman Adimiharja (2006) bahwa Keberhasilan program ini dikarenakan sudah terjalin saling pengertian dan kerjasama sinergis antara BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) yang berperan sebagi Vocal Point, dengan petani, Pemerintah Daerah dan stakeholder lainnya.

 

Program PRIMA TANI di beberapa tempat bisa membuat masyarakat tani lebih intensif lagi dalam bekerjasama dengan peneliti dan penyuluh, aparat dinas terkait dan pengusaha swasta untuk mengelola laboratorium agribisnis yang meliputi satu atau dua desa sebagai penerapan agribisnis industrial pedesaan. Masyarakat tani harus menggali potensi sumberdaya alam dan sosial-budaya untuk meningkatkan kesejahteraan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para peneliti, penyuluh, aparat Dinas Pemda, swasta dan lainnya.

 

Hal ini merupakan salah satu modal dalam berhadapan dengan masyarakat ekonomi ASEAN. Memperkuat dan merevitalisasi kembali program ini merupakan bentuk keseriusan di dalam berhadapan dengan masyarakat ekonomi ASEAN.

 

Disamping itu, Agroindustri pedesaan yang berbasis agribisnis dapat diperkuat dengan memperkuat kemampuan dari kelompok tani dipedesaan yang merupakan salah satu alternatif di dalam menghadapi persaingan bisnis pada produk pertanian. Kelompok tani di pedesaan ini diharapkan mampu menghasilkan produk olahan secara efisien yang memanfaatkan seluruh komponen dari produk mentah menjadi produk olahan yang bernilai, sampai kepada limbah komoditas olahan yang bisa berdaya guna dan berdaya jual yang tinggi pula.

 

Di Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara, memiliki keunggulan komparatif untuk dikembangkan di wilayah tertentu. Hal ini sesuai dengan letak agronomis yang sesuai dengan iklim pada suatu daerah dan sangat sesuai dikembangkan secara optimal. Beberapa contoh komoditas yang kompetitif di Provinsi Sumatera Utara antara lain Nenas, Durian, Marquisa, Salak, Kuini Barus dan lainnya.

 

Banyak lagi komoditas lokal dari hasil alam di provinsi Sumatera Utara yang bisa dipasarkan di pasar nasional maupun internasional. Oleh karena itu, bahan baku harus tersedia sepanjang waktu dengan kualitas yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh penerima produk olahan.

 

Untuk itu, pengawasan terhadap kualitas produk harus terus menerus diberlakukan. Oleh karena itu, setiap potensi yang ada di setiap desa harus diperkuat dan dikembangkan agar tidak kalah bersaing dengan produk olahan dari masyarakat ekonomi ASEAN.

 

Namun agroindustri pedesaan yang berbasis agribisnis ini masih banyak memiliki kendala antara lain kendala permodalan; luas lahan yang dikelola; sumber daya manusia yang paham akan penerapan teknologi, produk olahan dan pasar untuk komoditas olahan masih rendah; kelembagaan petani yang masih lemah; pola kemitraan petani dengan pengusaha kecil, menengah dan besar (swasta dan BUMN) yang berpihak kepada petani sehingga petani dapat sejahtera.

 

Diharapkan kerja keras pemerintah serta lembaga penyedia teknologi untuk dapat memperkuat dan memajukan kembali agroindustri pertanian pedesaan yang lebih menguntungkan dengan bentuk yang efisien, kokoh, bernilai jual tinggi serta bernilai tambah tinggi bagi masyarakat tani di pedesaan.

 

Untuk itu kita perlu modal dan investasi dari pihak kedua apakah swasta maupun BUMN yang berasal dari pengusaha kecil, menengah dan besar di dalam memajukan agroindustri pedesaan yang berwawasan agribisnis ini.

 

Semoga, Indonesia lebih jaya di masa depan dalam memajukan industri yang berbasis pertanian di karenakan potensi agraris yang dimiliki. (analisadaily.com)

 

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…