Bahan Baku Pupuk - RI Gandeng Jepang Olah Batubara Kalori Rendah

NERACA

Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Jepang bekerjasama mengolah batu bara berkalori rendah untuk menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk. "Batu baranya melimpah, tapi teknologi belum bisa mengolah. Jepang punya teknologi tepat gunanya, jadi kita kerja sama dengan mereka," kata Deputi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM Montty Girianna di Karawang, Jabar, Kamis, dikutip dari Antara.

Kerja sama antar-pemerintah (G-to-G) tersebut diwujudkan dalam peresmian instalasi pengolahan batu bara berkalori rendah di kawasan industri Pupuk Kujang, Karawang, Jawa Barat. Dia menjelaskan, instalasi yang dikembangkan oleh IHI Corp., Jepang itu akan menjadi purwarupa pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan gas Hidrogen dari pengolahan batu bara berkalori rendah dengan lebih efisien. "Untuk dua tahun ke depan akan kita fokuskan untuk riset, dievaluasi terus bagaimana kinerjanya. Jika berjalan baik akan kita lanjutkan ke arah komersil," ujar Montty, menjelaskan.

Apabila masa riset dan evaluasi telah selesai, maka instalasi tersebut akan dikembangkan di wilayah penghasil batu bara dengan kapasitas yang jauh lebih besar, tutur Montty. "Untuk saat ini diproyeksikan untuk kebutuhan produksi pupuk, karena secara teknologi memang dekatnya ke aspek itu. Jika sudah dikomersilkan Hidrogennya bisa juga dimanfaatkan untuk kepentingan industri lainnya," tukasnya.

Dengan menggunakan teknologi tepat guna yang didesain secara matang, instalasi yang luasnya mencapai 800 meter persegi tersebut mampu mengolah 50 ton batu bara berkalori rendah setiap harinya. Dari pengolahan yang dilakukan pada mesin berkapasitas 2,1 ton/jam tersebut akan menghasilkan gas dengan kandungan 50 persen Hidrogen, 30 persen Karbondioksida, dan 20 persen Karbonmonoksida.

Masih terkait dengan batubara, sebelumnya, Harga Batubara Acuan (HBA) yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Februari 2015 sebesar US$ 62,92 per ton. Harga tersebut terbilang melemah dibandingkan dengan Januari kemarin sebesar US$68,34 per ton. Namun begitu, Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Sujatmiko memprediksi penurunan harga batubara tidak akan berlangsung lama.

Menurut Sujatmiko, dengan perekonomian di Amerika Serikat yang mulai kondusif maka harga batubara akan kembali terkerek naik. “HBA Februari US$ 62,92 per ton. Melemahnya harga ini tidak lama dan akan segera rebound. Karena kondisi ekonomi Amerika mulai membaik,” kata Sujatmiko di Jakarta, Selasa (17/2).

Dia menuturkan, meningkatnya konsumsi dalam negeri Amerika Serikat membuat sejumlah negara menggenjot produksi barang-barang yang dipasarkan di negeri Paman Sam tersebut. Negara-negara yang dimaksud itu antara lain Tiongkok, Korea Selatan dan India.

Ketiga negara itu merupakan pengguna batubara terbesar di dunia sehingga bisa mempengaruhi fluktuasi harga komoditas. Peningkatan produksi di ketiga negara itu juga membutuhkan tambahan energi yang artinya banyak batubara diserap. Dengan begitu maka harga batubara akan merangkak naik. “Kebutuhan energi itu akan menyerap batubara sehingga harga naik bisa sampai level US$ 70 per ton,” ujarnya.

Sekadar kilas balik, HBA Januari 2014 sebesar US$ 81,90 per ton. Harga tersebut bergerak turun ke level US$ 80,44 per ton pada Februari. Di bulan berikutnya tren penurunan masih terjadi dikisaran US$ 77,01 per ton. Selanjutnya, di April 2014 HBA melemah menjadi US$ 74,81 per ton. Begitu pula pada Mei 2014 HBA turun lagi menjadi US$ 73,60 per ton. Pada akhir 2014 harga batubara diposisi US$ 64,65 per ton.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, mengatakan, harga batubara mendapat dukungan dari isu penurunan produksi. Departemen Energi AS (EIA) melaporkan, salah satu produsen batubara terbesar di Amerika Serikat (AS) dilaporkan mengalami penurunan produksi batubara mingguan. Pada periode pekan yang berakhir pada 7 Februari 2015, produksi batubara AS diperkirakan turun menjadi 18,1 juta metrik ton. Padahal, pekan sebelumnya, produksi batubara tercatat sebesar 20,1 juta metrik ton.

Produksi batubara yang merosot sebesar 10% ini, memberikan sentimen positif bagi komoditas tersebut, setelah harga bergerak landai sepanjang tahun lalu. "Kondisi ini mendukung kenaikan harga batubara dalam jangka pendek," ungkap Deddy, seperti dikutip.

Penguatan harga batubara juga disokong oleh kenaikan harga minyak mentah di pekan lalu. Pada Jumat (13/2), harga minyak bercokol di US$ 52,78 per barel. Minyak mencoba naik perlahan, setelah sempat menjajal level terendah di US$ 44,45 per barel pada 28 Januari. Seiring rebound harga minyak tersebut, batubara ikut terangkat.

Kedati demikian, selama harga minyak belum mampu menembus level resistance baru di US$ 55 per barel, harga batubara masih sulitmenanjak lebih jauh lagi. Tapi bila harga minyak sudah melampaui US$ 55 per barel, harga batubara berkesempatan menguji level resistance baru di US$ 74 per metrik ton.

BERITA TERKAIT

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…

BERITA LAINNYA DI Industri

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…