Atasi Lonjakan Harga - Pemerintah Bakal Gelontorkan 300 Ribu Ton Beras

NERACA

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, kalau pemerintah segera akan menggelar operasi pasar dan menggelontorkan 300 ribu ton beras. Selain itu, pemerintah juga akan mempercepat penyaluran beras miskin atau raskin agar masyarakat tidak kesulitan ditengah melonjaknya harga beras.

"Guna mengantisipasi lonjakan hargam kita akan gelontorkan beras 300 ribu ton lebih untuk operasi pasar dan raskin di seluruh Indonesia," kata Sofyan di Jakarta, Selasa (24/2).

Sofyan mengimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir masalah kenaikan beras. Pemerintah dipastikan akan mencukupi suplai sehingga harga dijanjikan akan kembali normal. "Pemerintah akan gelontorkan sebanyak mungkin yang diperlukan supaya kebutuhan pasar terpenuhi, dalam operasi pasar dan raskin," tambahnya.

Sofyan mengaku tidak khawatir dengan stok beras Bulog sendiri. Pasalnya, bulan depan Indonesia sudah masuk bulan panen raya yang puncaknya pada April mendatang. Namun awal bulan sudah ada daerah yang akan melakukan panen. "April sudah panen raya. Sekarang cadangan beras Bulog 1,4 juta ton. Pemerintah akan lepaskan berapa yang diperlukan supaya kita menjamin harga beras stabil. Tidak naik seperti sekarang," tegasnya.

Namun demikian, Sofyan mengaku tidak tahu penyebab meroketnya harga beras saat ini. Sofyan tidak mau berspekulasi apakah ini ulah spekulan atau tidak. Sofyan hanya memastikan dari sisi pemerintah akan mencukupi suplai sehingga harga bisa kembali normal.

"Spekulan itu akan rugi dia kalau mau bertahan nyimpan beras. Kalau mereka yakin pemerintah tidak akan serius menyuplai segala kebutuhan. Tapi kalau kita akan suplai, cadangan kita saja sekarang 1,4 juta ton kalau perlu kita keluarkan sebanyak mungkin. Kalau perlu suatu saat kita cari jalan lain utk dapatkan cukup stok dari Bulog," tuturnya.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuding adanya 'mafia beras' di balik lonjakan harga beras saat ini. Dia menuturkan bawah dirinya sempat menemukan adanya gudang yang menimbun stok beras dan melakukan pengoplosan saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) beberapa waktu lalu. Beras dari Perum Bulog yang harusnya untuk dijual untuk operasi pasar (OP) dengan harga Rp 7.400/kg dioplos dan dijual dengan harga lebih mahal oleh pedagang yang ditugasi menyalurkan beras tersebut.

Menurut Rachmat, inilah yang membuat OP Bulog tidak efektif menurunkan harga beras di pasaran. Padahal, sejak Desember lalu Bulog telah menggelontorkan 75 ribu ton beras untuk OP. Stok beras pun menurut perhitungan pemerintah masih mencukupi. "Kita sidak 1 tempat saja mendapatkan gudang penuh dengan beras Bulog. Ada satu mesin yang membuat beras itu jadi pakai kantongnya sendiri. Jangan-jangan dioplos. Kenapa sampai terjadi demikian? Saya tanya ke Bu Lenny (Lenny Sugihat, Dirut Bulog). Apa ada permainan pedagang yang mendapat tugas menyalurkan beras?," katanya.
 
Rachmat mengaku saat sidak tersebut tidak langsung menjerat pedagang yang melakukan penimbunan dan pengoplosan karena masih memberikan sinyal peringatan bagi para pedagang.

"Sekarang masih saya kasih sinyal. Saya memberikan warning, kalau mau saya tindak, waktu itu bisa saya tindak langsung," tukas dia. Namun, bila hal ini terus berlangsung, dia tidak akan segan-segan menindak para pelaku sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Undang Undang Perdagangan, sanksinya mulai dari pencabutan izin usaha, denda, sampai pidana 5 tahun penjara.

"Mereka mau coba-coba sama pemerintah. Kami akan menindak secara hukum sesuai peraturan yang berlaku. Kita berantas mafia beras," tuturnya. Agar harga beras segera turun, Rachmat berjanji akan segera mengaudit stok di gudang para pedagang untuk mencegah adanya penimbunan.

Selain itu, dia meminta Bulog untuk mengaudit seluruh sistem pendistribusian beras untuk OP, mulai dari yang melalui Pasar Induk Cipinang, lewat PD Pasar Jaya, dan Satgas yang menyalurkan langsung ke pasar. "Kita akan audit secara total mulai dari penunjukannya (pedagang yang menyalurkan) sampai di lapangan," tutupnya. [agus]

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…