Indonesia Berhenti Tertawa - Oleh: Junaidi Khab, Akademisi dan Pengamat Sosial UIN Sunan Ampel Surabaya

Korupsi di negeri ini sudah benar-benar akut dan menjadi darah daging dalam kehidupan nyata. Bukan hanya orang-orang yang (secara fisik) bobrok moralnya yang terlibat kasus rasuah tersebut. Bahkan orang-orang yang berdarah hijau hingga orang yang berdarah jenaka pun harus menjadi tersangka penggelapan uang yang jumlahnya tidak sedikit. Memang, ketika seseorang melihat nominal uang cukup menggiurkan akan gelap mata, dan melakukan segala hal untuk mendapatkannya.

 

Itulah yang terjadi di Indonesia. Bola api korupsi terus bergulir dan menggelinding, banyak yang menjadi tersangka memakan uang haram tersebut. Dalam kemelut ketegangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dihadapkan dengan Budi Gunawan sebagai tersangka hingga melebar menjadi KPK melawan Polri. Belakangan ini, pelawak kawakan Indonesia, Mandra Naih juga ikut menjadi tersangka dugaan korupsi proyek program siap siar di TVRI tahun 2012.

 

Sebagaimana dilansir oleh surat kabar harian umum Harian Analisa Medan (Kamis, 12 Februari 2015) menyebutkan bahwa Mandra dengan dua tersangka lainnya yaitu Yulkasmis dan Iwan Chermawan. Mereka terlibat sebagai tersangka atas kasus dugaan korupsi program siap siar di TVRI tahun 2012 silam. Nilai proyek di TVRI dalam kasus tersebut mencapai Rp.40 miliar. Penetapan ketiganya sebagai tersangka sebagaimana Surat Perintah Penyidikan (SPP) tertanggal 10 Februari 2015. Ketiganya dijerat pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 UU No. 31/1999 Jo UU 20/2001.

 

Sudah dapat dipastikan bahwa kasus Mandra Naih ini merupakan bentuk dari puncak gunung es perkara pidana kasus suap dan korupsi di beberapa lembaga pemerintahan. Tak jauh kemungkinan, di beberapa instansi lainnya, kasus suap dan korupsi lebih besar dan beranak-pinak. Semakin gencar KPK dalam menyeret para pelaku penggelapan uang, semakin marak pula kasus-kasus yang menjerat para pejabat hingga pelaku komedi Srimulat kawakan Indonesia.

 

Peristiwa yang menimpa Mandra harus menjadi bahan renungan dan refleksi diri bagi bangsa Indonesia agar tidak mudah terjerembab ke dalam kubangan harta haram yang secara tidak langsung mendatangkan benih-benih kesengsaraan. Pemberantasan korupsi di negeri ini bukan hanya dilakukan oleh KPK dan koleganya sebagai instansi resmi pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat Indonesia juga berperan aktif dalam hal tersebut. Salah satu caranya yaitu menahan nafsu diri agar tidak serakah dan tamak dalam memperoleh kekayaan atau mengais rezeki untuk keperluan hidup. Maka dari itu, sebuah introspeksi diri untuk memberantas korupsi menjadi solusi bagi bangsa Indonesia.


Tawa dan Harapan

 

Atas tertangkapnya Mandra sebagai tersangka kasus dugaan korupsi proyek program siap siar di TVRI tahun 2012 lalu, menjadi pukulan telak bagi para pecinta komedian. Mereka sudah pasti geleng-geleng kepala melihat dan mendengar orang yang dipercaya sebagai penghibur di kala suka maupun duka harus mendapat duka yang seutuhnya benar-benar duka yang luka. Dengan bahasa lain, gelapnya mata seorang jenaka telah merusak reputasi dunia komedi sebagai pembuka tawa untuk rakyat Indonesia di nusantara ini.

 

Bangsa Indonesia secara tidak langsung akan berhenti tertawa atau terhibur jiwa dan batinnya oleh tertangkapnya sosok komedian asal Betawi tersebut. Secara umum tokoh komedi Mandra bukan hanya satu-satunya pemain kawakan jenaka asli Indonesia. Namun, masih banyak pemain kawakan lainnya yang memiliki potensi untuk mengobati rasa penat yang terus menjerat pikiran karena sibuk bekerja setiap hari. Tapi mungkinkah yang lain memiliki nilai karakter jenaka seperti halnya Mandra? Mungkin jawabannya tidak atau ada tapi tidak seberapa persisnya.

 

Tawa lambat laun menjadi luntur setelah melihat tayangan televisi. Senyum tanpa disadari pun mulai kusut ketika membaca berbagai lembar koran yang penuh dengan berita berisi tentang pejabat korupsi. Semua isi beritanya selalu menyedihkan. Orang-orang yang menjadi kepercayaan dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia harus menjadi tersangka yang tidak sepantasnya mereka lakukan. Bukan mustahil lagi, mereka juga manusia yang memiliki naluri kebinatangan pada saat-saat dan waktu tertentu.

 

Prestasi-prestasi dari karirnya sudah menjadi basi lantaran tersingkap celah hitam yang menodainya. Peristiwa ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua, khususnya para pelaku komedi agar tidak terjerumus pada jurang korupsi, baik yang dangkal lebih-lebih yang dalam. Jika tokoh-tokoh jenaka lainnya harus siap-siap mendekam dalam jeruji besi, kemungkinan besar bangsa Indonesia harus benar-benar berhenti tertawa dan harus berganti duka atas kebobrokan moral para public figure yang sudah dipercaya bertahun-tahun lamanya.

 

Eskpresi tawa harus tercermin dari setiap wajah bangsa Indonesia karena melihat tokoh favoritnya benar-benar bisa mengobati kepenatan hidupnya. Bukan ekspresi sedih yang harus mengukir wajah-wajah kusam hanya karena berbagai tayangan sudah tak mampu mengobati kepongahan hidup atas tingkah dan pola pemimpin ini yang hanya gila uang dan jabatan. Menjadi public figure, atau orang yang sudah benar-benar dipercaya oleh masyarakat harus memiliki komitmen untuk evaluasi, introspeksi, dan pemenungan diri agar kepercayaan yang dibangun oleh masyarakat benar-benar bisa bernilai baik dan positif bagi bangsa Indonesia. Mungkin itu hanya segelintir harapan yang mewakili beribu-ribu harapan lainnya. Semoga bangsa Indonesia bersih dari kasus suap dan korupsi. Amin. (analisadaily.com)


 

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…