BPK Janji Perjuangkan Penurunan Kemiskinan

NERACA

Jakarta -  Badan Pemeriksa Keuangan yang baru terpilih sebagai anggota Dewan Pengurus Organisasi Lembaga Pemeriksa Utama di Asia (ASOSAI), akan memperjuangkan peningkatan peran auditor negara untuk berkontribusi dalam penurunan kemiskinan.

Ketua BPK Harry Azhar Azis mengatakan lembaganya ingin mengajak badan pemeriksa keuangan utama di masing-masing negara di Asia untuk menggunakan indikator kesejahteraan dalam pemeriksaan pengelolaan keuangan. "Kita memiliki 'interest' dalam hal itu. Badan pemeriksa keuangan negara harus berkontribusi untuk menurunkan angka kemiskinan," katanya, di Jakarta, Rabu (18/2).

Harry mengatakan dengan terpilihnya BPK sebagai anggota Dewan Pengurus ASOSAI (Asian Organization of Supreme Audit Institution), lembaganya itu akan berpengaruh dalam menentukan kebijakan organisasi, termasuk arah pengembangan kapasitas pemeriksaan di Asia. Dia menuturkan negara memiliki tanggung jawab untuk mengentaskan kemiskinan, baik itu kemiskinan yang disebabkan permasalahan struktural maupun kemiskinan alamiah.

"Kemiskinan struktural disebabkan kondisi supra-struktur atau politik, seperti misalnya kurangnya lapangan pekerjaan. Maka itu kita dapat memberi rekomendasi agar keuangan negara harus banyak dialokasikan untuk program pemberian lapangan kerja," kata dia.

Sedangkan kemiskinan alamiah, kata Harry, yang disebabkan keadaan disebabkan faktor alam, seperti sumber-sumber daya yang langka, keterbatasan teknologi, juga harus menjadi perhatian negara. "Negara harus berperan dalam hal ini," katanya.

Selain membawa misi pengurangan tingkat kemiskinan, Harry juga mengatakan lembaganya akan mengusung misi pemeriksaan keuangan dalam peningkatan kualitas belanja infrastruktur, terutama untuk sektor maritim. "Karena infrastruktur maritim ini juga erat kaitannya dengan kemiskinan. Bagaimana masyarakat dapat terbantu dengan pengadaan sarana dan prasarananya agar dapat berdaya," ujar dia.

Lebih lanjut, ujar Harry, BPK RI akan dapat memperoleh keuntungan dengan menjadi Dewan Pengurus ASOSAI.

Dia mengatakan, BPK juga "terinspirasi" dengan pemisahan metode audit, antara audit keuangan dan audit kinerja seperti di negara lain, karena pemisahan tersebut menimbulkan optimalisasi kinerja setiap metode audit.

"Saya akan mengkaji juga sistem organisasi BPK, apakah kita akan mengklasifikasi audit kinerja, audit laporan keuangan dan lainnya," uajrnya.

Sementara itu, pada kesempatan berbeda, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengatakan pemerintah menargetkan penurunan angka kemiskinan selama lima tahun mulai 2014 hingga 2019 sebesar 4 persen, dengan kontribusi dari Kementerian Sosial sekitar 1 persen. "Kontribusi penurunan jumlah kemiskinan dari Kemensos per tahun sebesar 0,2 persen sampai lima tahun ke depan," katanya.

Dia menambahkan bahwa dari APBN 2015, jumlah bantuan sosial (bansos) secara keseluruhan mencapai Rp85 triliun, termasuk pos di Kemensos sebesar Rp5 triliun.

Semua jenis bansos ini tersebar pada 17 kementerian/lembaga, seperti di Kementerian Agama, Kementerian Pertanian, Kementerian Pendidikan, dan kementerian lain.

Sedangkan, terkait perlindungan sosial masyarakat, lanjut Mensos, pemerintah memaksimalkan peran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan turunannya Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), menginduk pada Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

"Bagi masyarakat yang belum mendapat perlindungan sosial, Kemensos mengajukan buffer (bantalan tambahan) untuk 500.000 warga miskin untuk calon penerima Rumah Tangga Sasaran (RTS) baru," tukasnya. [agus]

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…