Kurang Informasi - Waspadai Komplikasi Hespes Zoster Pada Lansia

 

 

 

Kurangnya kesadaran dan minimnya informasi tentang manfaat vaksinasi, serta masih kurangnya dukungan pemerintah pada vaksinasi lansia. Membuat Herpes Zoster pada lansia terus meningkat.

NERACA

Dari keseluruhan angka kejadian HZ dengan komplikasi pada mata, dilaporkan sebanyak 50-72% pasien mengalami hilangnya penglihatan dan gangguan mata berkelanjutan akibat komplikasi tersebut.

Kelompok lansia merupakan kelompok yang berisiko mengalami re-aktivasi virus HZ
(sama dengan virus cacar air) yang serius, bahkan sering disertai komplikasi yang lebih berat termasuk pada mata.

Hal ini disebabkan karena pada kelompok lansia terjadi penurunan kekebalan imunitas (immunosenescence) sehingga virus HZ yang menginfeksi hampir 98% orang di populasi saat kanak-kanak atau dewasa akan berisiko mengalami re-aktivasi saat seseorang berusia 50 tahun ke atas.

Dari data epidemiologi dari Kelompok Studi Herpes Zoster Indonesia di RS Kandou Universitas Sam Ratulangi, Menado yang dikumpulkan dari tahun 2008-2013, mencatat kejadian HZ pada mata sebesar 17,41%.

Persentase ini merupakan yang kedua terbanyak sesudah HZ pada daerah dada. Angka kejadian antara mata kanan vs kiri adalah sama banyak. Hampir 2 kali lipat prevalensi terjadi pada wanita. Sebanyak 83% kasus ini terjadi pada usia di atas 45 tahun dengan prevalensi tertinggi di usia 45-64 tahun (48%) dan di atas 65 tahun (35%).


Medical Affairs Director MSD Indonesia, Dr. Suria Nataatmadja mengatakan, komplikasi HZ pada mata akan menimbulkan beban yang berat bagi penderita dan keluarganya. Hilangnya penglihatan dan gangguan mata berkelanjutan akan menurunkan kualitas hidup.

“Dampaknya memang sangat tinggi untuk penderita HZ ini, maka itu perlunya kesadaran sejak dini untuk mencegah terjadinya komplikasi HZ terutama pada usia lanjut,” kata dr. Suria.

 

 


Sedangkan dr. Lukman Edwar, SpM (K), konsultan infeksi imunologi Dept. Mata FKUI-RSCM mengatakan, Herpes Zoster yang melibatkan area sekitar mata (disebut juga dengan herpes zoster oftalmika/HZO) adalah reaktivasi dari virus herpes zoster yang melibatkan cabang oftalmika dari saraf kranial V (N V.1).

“Selain faktor immunosenescence pada usia lanjut, faktor turunnya kekebalan tubuh (pasien imunokompromis) akibat penyakit kronis maupun penderita HIV juga berperan pada kejadian HZO,” kata dr. Lukman.

Menurut Lukman, gejala HZO biasanya diawali secara akut, timbul benjolan-benjolan kecil yang berisi cairan (vesikel) di sekitar mata satu sisi dan terkadang disertai demam, sakit kepala dan nyeri pada sisi yang terlibat. Benjolan kecil tersebut dapat membesar dan berubah menjadi keropeng (krusta) dan akan hilang sendiri dalam waktu 2 – 6 minggu.


“Gambaran klinis yang dapat terjadi pada mata adalah bengkaknya kelopak mata karena peradangan (blefaritis), mata bisa terlihat merah dan berair bila melibatkan konjungtiva, pasien akan merasakan rasa silau serta akan terjadi gangguan penglihatan jika selaput bening mata (kornea) juga terlibat,” cetusnya.

Sangat jarang terjadi HZO mengenai jaringan di dalam mata, namun apabila terjadi, harus segera mendapatkan pertolongan dokter mata. Dalam keadaan yang ringan, gejala sisa dari keterlibatan kelopak dan konjungtiva adalah rasa tidak nyaman di mata, berair, mengganjal/berpasir.

“Apabila HZO melibatkan kornea (infeksi kornea/keratitis) dapat menimbulkan gejala sisa berupa parut yang berwarna putih sehingga pasien akan mengeluh silau atau ganggauan penglihatan,” tuturnya.

Menurut Lukman, kebanyakan HZO dapat sembuh dan tidak meninggalkan gejala sisa bila diberikan terapi antivirus yang adekuat dan tepat waktu, namun karena HZO lebih sering terjadi pada orang tua, dimana proses pemulihan sudah menurun, sehingga sebanyak 50-72% pasien di AS mengalami gangguan mata berkelanjutan bahkan sampai hilangnya penglihatan.


“Penanganan segera bila Herpes Zoster melibatkan mata adalah meminta pertolongan dokter spesialis mata. Dokter spesialis mata dapat bekerja sama dengan beberapa spesialis lainnya, seperti spesialis kulit, penyakit dalam atau bila diperlukan spesialis anestesi (klinik nyeri) jika ada rasa nyeri yang menetap di daerah sekitar mata atau kepala pada sisi yang terlibat. Pemberian antivirus sangatlah diperlukan dalam keadaan akut untuk mengurangi gejala klinis ataupun gejala sisa,” pungkasnya.

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…