Industri Agro - Kemenperin Dorong Industri Menengah Pasca Panen

NERACA

Semarang - Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Panggah Susanto, mengatakan problem yang sering terjadi di industri dalam negeri karena keterbatasan bahan baku. Mengingat selama ini jika panen raya maka bahan baku melimpah, tapi setelah pasca panen bahan baku langka. Itu salah satu yang menyebabkan impor bahan baku industri nasional begitu tinggi. "Makanya penting adanya industri menengah pasca panen, agar bisa memback up keterbatasan bahan baku ketika masa tanam, atau cuaca buruk," kata panggah kepada Wartawan, saat menghadiri lounching PT. Petropark Agro Industries, di Semarang, Senin (26/1).

Industri menengah pasca panen dalam artian, dimana industri pengolahan ini memang bermain untuk menjaga keamanan stok bahan baku. Seperti bawang, cabe, buah-buahan atau hasil panen pertanian yang lain yang memang dikeringkan dulu biar awet sehingga mampu bertahan lama. Karena jika tidak dilakukan seperti itu, maka pada saat kondisi pasca panen atau musim cuaca buruk petani tidak berproduksi industri kewalahan bahan baku. Dengan adanya industri menengah pasca panen maka diharapkan ketersediaan bahan baku bisa diatasi. Selain itu harga tidak terlalu naik, dan tidak terlalu turun sehingga harga setabil. Dengan begitu baik petani maupun pengusaha diuntungkan. "Industri menengah pasca panen inilah yang masih sangat jarang, padahal sangat penting," imbuhnya.

Oleh karenanya, guna mendorong para pengusaha untuk menggarap industri ini, maka kedepan kami akan mencoba mengajukan ke Kementrian Keuangan agar industri ini tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan diberikan insentif-insentif yang lain untuk menggairahkan mereka dalam menjalankan usaha. "Pengusaha minat jika memang secara hitungan bisnis menguntungkan, makanya nanti kami akan mengajukan ke Kemenkeu dan instansi terkait agar mereka diberikan insentif-insentif tertentu dan kemudahan agar mereka tergerak menjalankan usaha," ucapnya.

Mengingat, dalam pembangunan ekonomi nasional, sektor industri mempunyai peranan penting terhadap  Produk Domestik Bruto (PDB), diamana industri ini mampu mendatangkan penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pembangunan.

Dari catatan kami, lanjut Panggah, pada tahun 2014 (Periode Januari – September) kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) secara kumulatif terhadap PDB non migas  sebesar 36,85%, yang merupakan pertumbuhan tertinggi pada cabang industri non-migas dengan persentase pertumbuhan mencapai 8,80%. Selain itu, industri makanan dan minuman dapat menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 1,6 juta orang pada tahun 2014.

Sedangkan nilai ekspor industri agro pada periode Januari – September 2014 mencapai US$ 31,37 milyar atau 35,72% terhadap ekspor industri pengolahan nasional, meningkat secara signifikan sebesar 12,69% dari periode pada tahun sebelumnya. Kontribusi produk makanan, minuman dan tembakau pada penerimaan devisa melalui ekspor pada periode Januari – September tahun 2014 mencapai US$ 1,64 Miliar.

Semantara itu, Nilai investasi PMDN Industri Makanan dan Minuman pada Januari – September 2014 sebesar Rp. 13,93 triliun atau meningkat sebesar 7,95% dari periode yang sama tahun 2013. Investasi sektor industri makanan dan minuman memberikan kontribusi sebesar 33,3% dari total investasi PMDN sektor industri. Di sisi lain, nilai investasi PMA sektor industri makanan dan minuman mencapai US$ 2,54 milyar atau meningkat 71,34% dibandingkan periode pada tahun sebelumnya. Investasi sektor industri makanan memberikan kontribusi sebesar 25,09% dari total investasi PMA.

"Melihat capaian apa yang sudah dihasilkan ini merupakan potensi besar yang harus dikembangkan dimasa mendatang. Untuk itu, maka perlu adanya uapaya menggerakan itu semua. Salah satunya dengan menumbuhkan industri menengah pasca panen itu, agar semua bisa sama-sama bergerak dan melengkapi. Petani untung, pengusaha juga lebih berkembang," terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PTM Petropack Agro Industries, menambahkan upaya membangun industri menengah pasca panen adalah salah satu tujuannya adalah untuk mensejahterakan petani. Mengingat dari pengalaman yang sudah-sudah jika panen sedang melimpah harga turun bahkan tidak laku terjual petani bisa merugi. Dengan adanya industri menengah pasca panen maka harga akan terus stabil karena produk diolah yang nantinya masuk ke industri.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…