Penelitian dan Pengembangan Perikanan - Indonesia Akhirnya Berhasil Pijahkan Tuna Sirip Kuning

NERACA

Jakarta – Untuk kali pertama, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sukses melakukan pemijahan ikan tuna sirip kuning  (yellow fin) di luar habitat. Keberhasilan dalam pemijahan ikan yang memiliki nama ilmiah Thunnus albacares ini pun menjadi sejarah baru bagi sektor kelautan dan perikanan nasional. Karena Indonesia menjadi negara pertama yang membudidayakan ikan pelagis ini dari mulai tahap pemijahan.

“Ini prestasi yang membanggakan sekaligus menjadi langkah nyata kita dalam mendukung kebijakan pembangunan perikanan yang berkelanjutan (sustainable fisheries development), sehingga bisa menjamin kelangsungan hidup ikan tuna serta bisnisnya,” jelas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan KP Achmad Poernomo di Jakarta, dikutip dari keterangan resmi, Senin (26/1).

Dari hasil pemijahan ikan tuna di KJA, diperkirakan jumlah telur total yang dihasilkan oleh ikan tuna sebanyak 400-500 ribu butir. Nantinya, baby tuna yang dikembangkan di KJA ini bisa dibudidaya masyarakat. “Pemijahan ikan tuna yang dipelihara di KJA ini merupakan pemijahan ikan tuna yang pertama terjadi di Indonesia, sehingga diharapkan nantinya telur hasil pemijahan ini dapat menghasilkan benih yang dapat diaplikasi oleh masyarakat pembudidaya,” ungkap Achmad.

Lebih lanjut, Achmad menjelaskan, pemijahan ikan tuna sirip kuning ini merupakan buah dari hasil kerja keras dari UPT Balitbang KP yakni Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali. Keberhasilan dalam pemijahan ini karena tim peneliti terus melakukan pengkajian teknologi baik kontruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan , pengelolaan pakan dan air.

Adapun sejak tahun 2013 lalu, BBPPBL Gondol telah menjalankan program kegiatan penelitian Tuna Sirip Kuning dengan fokus budidaya tuna dengan dalam keramba jaring apung (KJA) di lepas pantai. Tercatat, pemeliharaan induk di Karamba Jaring Apung di laut menunjukkan sintasan (survival rate) di atas 80 persen.

Perlu diketahui, Pemijahan ikan tuna di KJA pertama kali terjadi pada  tanggal 21 Januari 2015. Lebih rinci, tim peneliti menggunakan satu unit KJA dengan ukuran diameter pelampung 50 m dengan ukuran mata jaring 2.5 inch dan kedalaman jaring 9 m.

Adapun dalam kegiatan pembudidayaan tuna sirip  kuning, calon induk di peroleh dari perairan Laut Bali Utara sebanyak 114 ekor dengan ukuran 0,5-1,0 kg. Tuna dianggap sebagai indukan bila telah berukuran 20-30 kg dengan waktu pemeliharaan selama satu tahun. Di KJA sendiri ikan tuna diberi pakan dua kali sehari. Calon indukan diberi pakan berprotein tinggi, yaitu ikan layang dan cumi cumi dengan rasio 1:1. Sedangkan di dalam pakan segar tersebut ditambahkan vitamin  sebanyak 2.5 persen dari jumlah pakan ikan.

Seperti diketahui, Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi tuna tertinggi di dunia. Tercatat, total produksi tuna mencapai 613.575 ton per tahun dengan nilai penjualan sebesar Rp 6,3 triliun per tahun. Sebanyak 70 persen produksi ikan tuna Indonesia diekspor ke Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Kendati demikian, komoditas tuna tengah menghadapi sejumlah tantangan a.l., menurunnya produktivitas, ukuran yang cenderung mengecil serta daerah penangkapan ikan yang cenderung ke laut lepas.

Sedangkan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPPI), status tingkat eksploitasi tuna jenis albacore, madidihang, mata besar dan tuna sirip biru selatan sudah sangat mengkhawatirkan dengan status tereksploitasi penuh (fully exploited) hingga tereksploitasi berlebih (over-exploited) dan hanya tuna jenis cakalang yang masih dalam status tereksploitasi sedang (moderate). Tak ayal, trend penurunan stock tuna ini mengancam keberlangsungan mata pencaharian nelayan dan juga bisnis tuna.

Sekedar informasi tambahan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL), Gondol-Bali merupakan lembaga Litbang yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP.  BBPPBL Bali memiliki mandat melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perbenihan dan pembesaran ikan - ikan laut.

Hasilnya, berbagai paket teknologi perbenihan dan pembesaran telah diaplikasikan ke masyarakat antara lain teknologi perbenihan dan pembesaran ikan Bandeng, ikan Kerapu tikus/bebek, ikan Kerapu macan, ikan Kerapu batik, ikan Kerapu sunu dan beberapa kerapu hibrid, teknologi pembenihan dan pembesaran Abalon, dan juga udang windu. Selain itu teknologi perbenihan dan pembesaran Teripang pasir akan segera menyusul untuk diaplikasikan ke Masyarakat.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…