Awas, Game On Line Merusak Karakter Anak

Seringkali anak menyukai jenis game yang melibatkan kekerasan, seperti perang-perangan, bela diri, dan sebagainya. Alhasil, efek samping dari kecanduan game online dari jenis ini dapat mengganggu perkembangan kejiwaan anak di masa depan.

NERACA

Anak-anak zaman sekarang tak asing lagi dengan gadget dan teknologi. Tinggal sebut saja, entah itu komputer PC, tablet, hingga beraneka jenis smartphone yang dimiliki orangtua, pasti sudah ”khatam” diutak-atik oleh mereka. Untuk apa lagi kalau bukan untuk menjajal beraneka macam game seru yang tersedia online, baik yang bisa diunduh gratis maupun yang berbayar.

Ya, saat ini game sudah menjadi sebuah lifestyle bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, dalam beberapa tahun ke depan, bisnis game di Indonesia, baik game online berbasis PC ataupun mobile, diprediksi akan terus berkembang seiring dengan semakin mudahnya masyarakat mengakses internet yang didukung pula oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia.

Manager Program pada LBH Anak Aceh, Rudy Bastian menuturkan game online akhir-akhir ini gencar diminati semua orang khususnya anak-anak yang masih di bawah umur. Alasan anak senang bermain game adalah karena ingin mencoba hal yang baru dan juga untuk dapat menghilangkan stres, dikarenakan tugas sekolah ataupun ada suatu masalah.

Dan ternyata, lanjut Bastian, terlalu sering bermain game dapat mempengaruhi kepribadian anak itu sendiri. Hal ini dikarenakan di usia 8 sampai 14 tahun anak-anak cenderung akan menyerap dan meniru segala sesuatu yang dilihat, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan tubuhnya. 

“Ibarat candu, perlahan-lahan efek game tersebut merusak sisi psikologis dan kepribadian anak,” ujar dia

Sementara, orang tua anak, sambung Bastian, banyak yang tidak memahami efek buruk dari game tersebut. Lebih dari itu, tak sedikit orang tua yang membiarkan anaknya memainkan game berbahaya ini.

“Kita selaku orangtua cenderung abai menyangkut upaya preventif terhadap gejala ini. Orang tua gampang sekali mengizinkan anak bermain game online dengan alasan supaya anaknya tidak jenuh dengan aktifitas belajar yang sudah dijalani selama ini. Padahal, orang tua seharusnya berperan untuk memilih game yang cocok dan memiliki nilai edukasi bagi anak,” kata dia

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) menemukan delapan game online yang berbahaya bagi anak, karena dinilai bisa merusak kepribadian calon-calon generasi penerus ini. Delapan game yang saat ini berbahaya bagi anak, yakni Point Blank Call of DutyLost Saga, RF OnlineCounter StrikeWorld of WarcraftAION, dan Gunbound

Game online itu, sambung Bastian, menawarkan sensasi praktis bagi anak dengan nuansa perang-perangan, perkelahian, pembantaian etnis, perang antar suku, dan bahkan pembunuhan sadis terhadap siapapun yang dianggap lawan. Usaha mencontoh dan meniru tokoh-tokoh dalam game inilah yang ditakutkan dicontoh di kehidupan si anak.

"Setiap anak yang bermain game ini mendapatkan suasana menegangkan dan menantang tak terkecuali jika game ini dimainkan orang dewasa," ujar dia. 

Sejumlah efek lainnya juga bakal muncul pada si anak, menurut dia, di antaranya masalah sosialisasi, komunikasi, dan empati si anak dengan orang lain sekitarnya. Kondisi ini memicu agresivitas anak dan terkikisnya hubungan sosial anak terhadap kondisi sekeliling. 

"Dan kondisi ini bakal diperparah ketika si anak yang kecanduan game online tadi tidak mempunyai uang untuk bermain, maka dia akan mencuri dan memalak kawannya guna bisa mendapatkan uang untuk dapat terus bermain game online tersebut," ujar dia.

Dia menilai, bermain game online identik dengan duduk berjam-jam di depan komputer atau pun laptop dengan memainkan game-game tertentu yang membuat mereka asyik sendiri dan susah untuk diganggu ataupun diajak berinteraksi. 

Kecuali jika mereka mempunyai masalah mengenai game tersebut baru mereka bisa kita ajak bicara. Dan tidak asing ketika game online-nya kalah dengan lawannya, si anak bakal mengeluarkan ucapan-ucapan yang semestinya tidak mereka ucapkan.

BERITA TERKAIT

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…

BERITA LAINNYA DI

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…