Orang kampung biasanya sadar bahwa hidup ini hanya akan dialami sekali saja. Menyadari masa hidup yang amat berharga itu, orang tidak ingin mengisi dengan kegiatan yang merugikian dirinya dan juga orang lain. Sebisa-bisa hidup ini jangan mengganggu, menyakiti, dan apalagi mencelakakan orang lain. Sebaliknya, harus bisa memberi manfaat. Hidup terbaik adalah mereka yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.
Namun, kehidupan tanpa berisik menjadi tidak dinamis, kurang kreatif, dan juga tidak menarik. Sebaliknya, kehidupan yang terlalu tenang akan menjadi stagnan atau statis, seakan-akan suasana menjadi berhenti, dan bahkan mati. Oleh karena itu, dalam sejarah kehidupan manusia, selalu muncul persoalan dan kemudian diselesaikan bersama. Dengan demikian bahwa persoalan itu sendiri memang diperlukan dan menjadi kekuatan penggerak kehidupan bersama.
Dalam teori organisasi, persoalan atau konflik itu ternyata penting. Namun ada koflik yang bersifat fungsional dan konflik yang disfungsional. Konflik fungsional, artinya konflik itu memberi manfaat bagi kehidupan organisasi. Justru dengan konflik, maka organisasi menjadi hidup dan dinamis. Namun jika konflik itu tidak terkendali sehingga berakibat merusak sendi-sendi organisasi, maka keadaan itu disebut disfungsional. Konflik yang demikian itu harus dihindari.
Demikian pula dalam kehidupan keluarga, oleh sementara ahli sosiologi, konflik juga dianggap perlu. Sesekali, konflik antara suami dengan isteri ternyata diperlukan. Siapapun tatkala berkomunikasi, apalagi antara suami dan isteri, masing-masing pasti merasa ada sesuatu yang tidak disukai tetapi harus ditoleransi untuk menjaga harmoni. Manakala sesuatu yang tidak disukai dimaksud semakin besar dan tidak disalurkan, apalagi daya tahannya melemah, maka bisa jebol dan akan merusak hubungan itu. Maka ditengarai bahwa, kebanyakan hubungan suami isteri yang selalu tampak harmonis, justru rentan terjadi perceraian.
Memperhatikan kenyataan tersebut, berisik dan bahkan konflik dalam kehidupan bersama ternyata memang diperlukan. Oleh karena itu, jika di suatu kampung terjadi suasana berisik, maka tidak perlu dikhawatirkan, asalkan hal itu masih berada pada batas-batas kewajaran. Pada keadaan tertentu, berisik justru akan terasa menjadi indah. Namun, manakala sudah berlebihan, hingga menjadikan orang hidupnya tidak tenteram, banyak yang merasa tidak aman, keselamatannya terancam, dan apalagi ditambah dengan tidak adanya lagi rasa keadilan, maka keadaan itu juga berbahaya.
Akhir-akhir ini di kampung atau bahkan di dalam negeri kita, terjadi suasana berisik. Sebabnya macam-macam, mulai dari perebutan pengurus partai politik, perebutan kekuasaan di parlemen, pencalonan pejabat penting pemerintah yang dipandang tidak wajar, kenaikan harga, dan masih banyak lagi. Itu semua, pada satu sisi pertanda masih ada kehidupan, dan suasana menjadi hidup dan dinamis. Para pihak-pihak terkait atau para pemimpin bangsa menjadi tertantang dan menjadi semakin dewasa. Hanya yang perlu diwaspadai adalah, agar suasana berisik dimaksud jangan sampai mengurangi kewibawaan dan atau sampai pada tingkat disfungsional. Wallahu a'lam. (uin-malang.ac.id)
Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…
Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…
Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…
Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…
Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…
Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…