Universitas Udayana Kembangkan Konverter Gas

NERACA

Penggunaan bahan bakar gas pada kendaraan bermotor di Indonesia menuntut ketersediaan sistem konverter. Dengan adanya sistem konverter, penggunaan BBG untuk mengurangi penggunaan BBM pada kendaraan dapat dilakukan. 

Pada awal program pengenalan BBG, semua komponen, baik tabung gas di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum maupun sistem konverter, didatangkan dari luar negeri, antara lain, Selandia Baru dan Italia.

Hal ini mendorong Univeristas Udayana (Unud) Denpasar, Bali untuk mengembangkan konverter bahan bakar gas untuk kendaraan dan terus melakukan riset agar alat itu bisa diproduksi secara massal.

Ketua Program Magister Teknik Mesin Pusat Penelitian Industri dan Energi Universitas Udayana, Prof. I Gusti Bagus Wijaya Kusuma, menjelaskan Unud sebagai lembaga pendidikan hanya sebatas melakukan riset bukan memproduksi atau memberikan lisensi.

"Kami produksi konverter hanya untuk penelitian. Saat ini kami telah memiliki empat konverter hasil riset yang dapat digunakan untuk sepeda motor dan mobil," kata Prof I Gusti Bagus Wijaya Kusuma

Dia mengharapkan pemerintah memberikan tugas kepada beberapa lembaga pendidikan untuk membuat riset bersama terkait konverter sehingga hasilnya bisa diadopsi oleh perusahaan otomotif besar.

"Jika riset dikembangkan oleh institusi pendidikan maka (seharusnya) pengusaha diwajibkan menggunakan hasil tersebut sehingga ini bisa menekan harga," kata dia.

Selama ini masyarakat atau pengusaha yang beralih ke bahan bakar gas untuk kendaraannya, mereka membeli konverter impor yang harganya mencapai Rp18 juta, sedangkan konverter buatan lokal harganya hanya sekitar Rp2 juta.

PT Pertamina (Persero) Pemasaran Cabang Denpasar menyatakan bahwa harga per liter bahan bakar gas itu hanya Rp5.100, lebih murah dibandingkan harga premium di Bali yang Rp7.950 per liter. Selain ekonomis, vi-gas juga dinilai ramah lingkungan yang merupakan campuran propane (C3) dengan butane (C4) yang telah disesuaikan dengan spesifikasi kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin.

Sayangnya, stasiun pengisian bahan bakar gas di Pulau Dewata masih sangat minim yakni hanya di tiga lokasi lantaran animo masyarakat menggunakan "vi-gas" juga masih tergolong sedikit. Ketiga stasiun itu terletak di Nusa Dua dan Mengwi, Kabupaten Badung dan di Jalan Hayam Wuruk Denpasar. Saat ini baru ada 20 unit kendaraan memakai bahan bakar tersebut dengan konsumsi per hari diperkirakan mencapai 40 liter.

BERITA TERKAIT

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…

BERITA LAINNYA DI

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…