Fenomena Salah Paham - Oleh: Prof Dr Imam Suprayogo, Dosen PTN

Banyak orang merasa telah mengerti  tentang berbagai hal. Pada hal sebenarnya, yang bersangkutan itu  belum terlalu mengerti . Bahkan jangankan terhadap apa saja yang berada di luar, terhadap  dirinya sendiri saja seringkali juga salah. Kenyataan yang demikian itu,  di kalangan kaum muslimin menjadi  sangat populer sehingga muncul   kategori tentang kebanyakan orang  yang  sangat populer pula. Disebutkan bahwa semua orang bisa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pertama, orang yang tahu bahwa dirinya tahu; kedua, orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu; dan  ketiga adalah orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.

Pembagian tersebut mungkin yang  masih perlu dikritisi   adalah justru yang pertama dan ketiga.  Orang yang merasa tahu bahwa dirinya tahu sebenarnya masih harus diuji terlebih dahu. Apakah pengetahuannya itu benar-benar tepat atau tidak. Sebab belum tentu, seseorang yang merasa tahu, sebenarnya ia benar-benar tahu.  Bisa saja bahwa pengetahuannya itu keliru, atau ia sebenarnya  adalah salah paham,  pengetahuannya  masih salah, atau kurang tepat, sehingga mereka disebut sebagai orang yang sedang mengalami salah paham.

Kelopok yang ketiga, yaitu orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Orang seperti ini sebanarnya adalah sangat  berbahaya. Tatkala mereka menerangkan sesuatu, menganggapnya bahwa dirinya benar, padahal apa yang diterangkan justru sebaliknya,  keliru semua.   Orang seperti ini akan menjadi semakin berbahaya manakala kebetulan, mereka itu  menjadi pemimpin atau pejabat pemerintah. Atas dasar kekuasaannya, yang bersangkutan membuat keputusan salah, tetapi tidak mengetahui bahwa dirinya salah.  Kerugian sebagai akibat dari pejabat seperti itu luar biasa besarnya.

Gejala salah paham bisa dialami oleh semua orang, baik orang yang berpendidikan tinggi, menengah hingga orang yang pendidikannya tidak seberapa. Juga bisa dialami oleh rakyat jelata, kelas menengah, atau juga para elite penguasa negara, dan bahkan tidak terkecuali adalah  oleh para agamawan sekalipun.  Salah paham yang dialami oleh orang yang tidak berpendidikan, atau tidak memiliki posisi penting atau juga tidak berjabatan tinggi, tentu tidak sedemikian besar. Sebaliknya, akan beresiko amat tinggi dan berjangkauan luas jika hal itu dialami oleh seorang tokoh atau pejabat tinggi. Keputusan  salah yang diambil oleh  seorang pejabat tinggi, pasti resikonya amat besar dan luas terhadap berbagai hal.

Bayangkan saja misalnya, seorang menteri pendidikan, keputusan yang diambilnya keliru, maka kerugiannya akan diderita oleh  generasi ke generasi. Kerugian itu belum termasuk biaya yang dikeluarkan  untuk mengimplementasikan kebijakannya itu. Seorang  menteri pertahanan, manakala keputusan yang diambilnya salah, maka bisa  berakibat terjadi peperangan yang akan menelan korban orang yang jumlahnya tidak terperkirakan. Kedua hal tersebut itu sekedar contoh, untuk menggambarkan betapa  besar bahaya   seorang pemimpin yang salah dalam memahami sesuatu.

Kesalahan-pahaman juga bisa dialami oleh antar para pemuka agama yang berbeda.  Para pemuka agama  pasti memiliki pengikut. Biasanya para pengikut agama terhadap para elitenya sangat sulit bersikap obyektif dan kritis. Apa saja yang disampaikan oleh pemimpinnya akan diterima atau dianggap sebagai sesuatu yang pasti benar.  Permusuhan antar agama yang selalu berdampak besar, biasanya  berawal dari  kesalah-pahaman  dari para  tokohnya. Anehnya, gejala  salah paham  oleh banyak kalangan, seringkali  dianggap sederhana, padahal  dampak atau akibatnya sedemikian besar.     

Fenomena salah  paham,  ternyata tidak saja terhadap orang lain, tetapi juga terhadap dirinya sendiri. Demikian pula, tidak mudah setiap orang mengenal sesuatu,  tidak terkecuali adalah  mengenal  dirinya sendiri. Akibatnya, banyak  orang, atau bahkan semua orang,  sering mengalami salah paham tidak saja terhadap orang lain, tetapi juga terhadap dirinya sendiri. Mereka merasa dirinya hebat, dikenal banyak orang, memiliki kesanggupan menjadi pemimpin misalnya, ternyata anggapannya itu  keliru. Setelah benar-benar menjadi pemimpin, yang bersangkutan  tidak  bisa berbuat apa-apa. Kepemimpinannya gagal. Kasus tentang ini, jumlahnya cukup banyak, baik dialami oleh  pemimpin birokrasi, politik,  organisasi massa, bahkan juga pemimpin kampus. Kegagalannya itu disebabkan oleh salah paham itu, dan lebih celaka lagi,  kesalah-pahaman itu  ternyata terhadap dirinya sendiri.

Oleh karena gejala salah paham itu adalah bersifat umum dan manusiawi, maka hingga diperingatkan oleh Allah melalui kitab suci al Qur’an. Setiap muslim,  sehari semalam, di dalam shalat lima waktu diwajibkan untuk membaca  ayat ihdinashiraathal mustaqiem atau tunjukkanlah kami ya Allah ke jalan yang lurus, sebanyak minimal 17 kali. Selain itu, masih di dalam al Qur’an pula,  juga diperingatkan agar antar sesame selalu berwasiat atas kebenaran dan kesabaran. Hal demikian itu, supaya manusia selalu berada pada garis  atau petunjuk  Allah swt., dan tidak selalu berada pada posisi salah paham,  termasuk terhadap dirinya sendiri. Salah paham terhadap diri sendiri juga  akan mengakibatkan perilaku takabbur atau kesombongan, yakni sifat yang amat dibeci  oleh Allah.  Wallahu a’lam. (uin-malang.ac.id)

BERITA TERKAIT

Pembangunan IKN Terus Berlanjut Pasca Pemilu 2024

  Oleh: Nana Gunawan, Pengamat Ekonomi   Pemungutan suara Pemilu baru saja dilakukan dan masyarakat Indonesia kini sedang menunggu hasil…

Ramadhan Momentum Rekonsiliasi Pasca Pemilu

Oleh : Davina G, Pegiat Forum Literasi Batavia   Merayakan bulan suci Ramadhan  di tahun politik bisa menjadi momentum yang…

Percepatan Pembangunan Efektif Wujudkan Transformasi Ekonomi Papua

  Oleh : Yowar Matulessy, Mahasiswa PTS di Bogor   Pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Papua. Dengan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan IKN Terus Berlanjut Pasca Pemilu 2024

  Oleh: Nana Gunawan, Pengamat Ekonomi   Pemungutan suara Pemilu baru saja dilakukan dan masyarakat Indonesia kini sedang menunggu hasil…

Ramadhan Momentum Rekonsiliasi Pasca Pemilu

Oleh : Davina G, Pegiat Forum Literasi Batavia   Merayakan bulan suci Ramadhan  di tahun politik bisa menjadi momentum yang…

Percepatan Pembangunan Efektif Wujudkan Transformasi Ekonomi Papua

  Oleh : Yowar Matulessy, Mahasiswa PTS di Bogor   Pemerintah terus menggencarkan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah Papua. Dengan…