Harga Saham Ditutup Anjlok - Maskapai AirAsia Menelan Pil Pahit

NERACA

Jakarta – Imbas tragedi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 menjadi pengalaman paling buruk yang menimpa maskapai penerbangan low cost carrier atau penerbangan kelas murah. Pasalnya, musibah tersebut memberikan sentimen negatif untuk gerak harga saham AirAsia Berhad.

Mengawali perdagangan saham pada pekan ini, saham AirAsia Bhd turun sekitar 4% di bursa saham Malaysia. Mengutip data Bloomberg, pada perdagangan saham, Senin (5/1), saham AirAsia Berhad berkode AIRA turun 4,73% menjadi 2.620 ringgit.

Sepanjang 2014, saham AIRA cenderung fluktuaktif akan tetapi mencatatkan kenaikan. Saham AIRA ditutup berada di level 2,39 ringgit pada 7 Januari 2014 menjadi 2,72 ringgit pada 31 Desember 2014. Harga saham AIRA sempat sentuh di level tertinggi 2,9 ringgit pada 24 Desember 2014.

Usai insiden pesawat Indonesia AirAsia yang berangkat dari Surabaya menuju Singapura dengan nomor penerbangan QZ8501 dinyatakan hilang, saham AirAsia anjlok sekitar 11,6% pada Senin 29 Desember 2014. Saham AirAsia Berhad malah sempat anjlok sebesar 12,9% ke level 2,56 ringgit. Angka itu merupakan level terendah sejak perdagangan 28 November. Padahal sepanjang 2014, saham AirAsia naik 21,4 persen.

Indonesia AirAsia merupakan perusahaan maskapai yang 49% sahamnya dimiliki AirAsia Malaysia. Sementara 51% saham sisanya dipegang sejumlah investor lokal. Presiden Direktur PT Astronacci Indonesia, Gema Goeyardi pernah bilang, penurunan tersebut lantaran kekhawatiran wisatawan dalam menggunakan jasa perusahaan pasca insiden tersebut. Sebelumnya dia memperkirakan saham AIRA turun 10%,”Sesuai proyeksi. Ini akan mempengaruhi prospek perusahaan pada tahun depan, kemungkinan imbal hasil (yield) perusahaan akan turun dari level 35,82% saat ini," katanya.

Pada pembukaan perdagangan, banyak analis menurunkan peringkat AirAsia dari rekomendasi beli menjadi rekomendasi jual. Gema menilai, saham perusahaan akan berbalik menguat beberapa hari ke depan, lantaran reputasi perusahaan sendiri yang cukup kuat,”Penurunan saham hanya reaksi sesaat, reputasi perusahaan cukup diperhitungkan oleh investor, saya kira insiden ini tidak akan berpengaruh banyak pada pendapatan dan yield perusahaan,”ungkapnya.

Sementara Manajer Investasi di Samsung Asset Management Co di Hong Kong, Alan Richardson mengatakan, insiden hilang kontaknya pesawat AirAsia QZ8501 ini cukup mengkhawatirkan, karena dalam waktu singkat memberikan sentimen negatif investor terhadap maskapai AirAsia.

Menurut Alan, peristiwa tersebut menimbulkan dampak yang mendalam terhadap sentimen perjalanan udara regional. "Harapan potensi pemulihan saham maskapai pada tahun 2015 kini terhambat karena adanya insiden ini," ujar dia.

Kemudian Direktur investasi yang berbasis di Singapura di Invesco Asset Management, Abdul Jalil Abdul Rasheed mengatakan, insiden ini kemungkinan akan menyebabkan beberapa tekanan pada saham AirAsia dan penjualan tiket pun kemungkinan akan turun. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…