BI DIMINTA SAMAKAN PERSEPSI HADAPI MEA - Saatnya BI Rate Diturunkan

 

Jakarta- Kalangan akademisi dan ekonom menyambut positif imbauan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang meminta Bank Indonesia untuk meninjau kembali kebijakan suku bunga acuannya (BI Rate) yang saat ini dinilai sudah sangat tinggi 7,75%.  Pasalnya, suku bunga tinggi membuat Indonesia akan sulit bersaing dalam kompetisi pasar di kawasan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

NERACA

Menurut Guru Besar Ekonomi UGM Prof Dr Sri Adiningsih, tingkat suku bunga acuan (BI Rate) harus turun jika inflasi pada 2015 terkendali sehingga bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Tingkat suku bunga yang relatif tinggi saat ini menjadi salah satu tantangan yang cukup berat bagi sektor riil di negeri ini.

"Selain tingginya tingkat suku bunga, marjin perbankan di Indonesia yang masih cukup lebar juga menjadi beban pelaku industri yang terkena suku bunga kredit yang tinggi, terlebih bagi sektor UMKM. Hal tersebut menjadi tantangan lainnya bagi sektor riil itu sendiri," ujarnya kepada Neraca, akhir pekan lalu.

Sri Adiningsih mengatakan, potensi stabilitas makro ekonomi Indonesia pada 2015 ini akan relatif positif dan laju inflasi juga diperkirakan akan relatif terkendali. Oleh karena itu, BI Rate dapat lebih rendah dibandingkan saat ini yang berada di level 7,75%.

"Tahun 2015 ini, inflasi bisa rendah dibandingkan tahun lalu dan bisa membuat suku bunga tidak seperti ini lagi. Suku bunga mudah-mudahan akan ada di level yang wajar bagi pelaku usaha. Kita punya potensi baik di stabilitas makro ekonomi," ujarnya.

Sebelumnya BPS mencatat tingkat inflasi nasional pada 2014 mencapai 8,36%, atau sedikit lebih rendah dari 2013 sebesar 8,38%. "Inflasi nasional lebih rendah dari 2013, meski sama-sama tinggi, akibat terjadi kenaikan harga BBM," kata Kepala BPS Suryamin.

Secara keseluruhan, tingkat inflasi nasional dipengaruhi oleh tingginya laju inflasi pada Desember 2014 yang tercatat mencapai 2,46%, karena terkena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi pada November. Sementara, inflasi komponen inti Desember 2014 tercatat 1,02% dan inflasi inti secara tahunan (yoy) mencapai 4,93%.

Adiningsih pun menambahkan peningkatan investasi di berbagai sektor menjadi kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2015 sehingga perlu terus didorong. Investasi merupakan salah satu komponen pendorong pertumbuhan ekonomi yang paling prosepektif saat ini, di samping konsumsi dan nilai ekspor.

"Bank Indonesia perlu meningkatkan kepercayaan investasi atau pasar guna menekan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Perlu meyakinkan investor bahwa otoritas ekonomi Indonesia akan mampu mengelola perekonomian dengan baik," ujarnya.

Adiningsih pun mendukung atas imbauan Wapres JK yang meminta perbankan Indonesia menurunkan suku bunga agar bisa mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Suku bunga perbankan harus bisa meningkatkan daya saing industri nasional dikarenakan alasan peningkatan investasi.

"Tingkat bunga perbankan yang tinggi membuat industri nasional ‎kalah saing dengan perusahaan lainnya. Sehingga penetapan suku bunga perbankan janganlah menghambat industri dalam negeri dalam menghadapi persaingan. Oleh karenanya, perlu adanya tata kelola yang tepat di bidang keuangan, kemudian diperlukan pengawasan yang berjalan dengan baik," ujarnya.

Wakil Presiden Jusuf Kalla pekan lalu meminta Bank Indonesia untuk mempertimbangkan tingkat suku bunga yang berlaku di perbankan Indonesia. Meski regulasi perbankan kini berada di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat suku bunga perbankan masih mengacu pada suku bunga acuan BI Rate yang ditetapkan bank sentral.

Permintaan JK kepada BI itu terkait dengan akan dibukanya pasar bebas ASEAN pada akhir 2015 mendatang. Sebab itu, tingkat kompetisi pasar Indonesia harus dipertimbangkan. "Tahun depan kita akan masuki pasar bersama ASEAN yang membutuhkan persaingan yang lebih ketat lagi sehingga dibutuhkan suatu efisiensi yang besar, interest rate harus lebih kompetitif bunganya," ujarnya.

Wapres mengaku sudah mengajak bank sentral untuk menyamakan persepsi dan tujuan agar pertumbuhan ekonomi bisa merata di seluruh tanah air. “Saya juga sudah bicara dengan BI secara intensif kemarin bahwa mari kita mempunyai tujuan yang sama, yaitu gross targetting, pertumbuhan yang merata targetnya, bukan hanya inflation targetting. Inflasi penting, tapi lebih penting lagi implementasinya harus didudukan dalam situasi yang benar dengan keperluan yang benar," tutur JK.

Saat ini, suku bunga acuan BI Rate tercatat 7,75% setelah sebelumnya 13 bulan bertahan di level 7,5%. Padahal BI pernah menekan BI Rate hingga berada di level 5,75% cukup lama saat Gubernur BI dijabat oleh Darmin Nasution.

Tidak wajar

Pengamat ekonomi Iman Sugema mengatakan, seharusnya perbankan bisa  menurunkan suku bunga sesuai dengan imbauan Wapres JK. "Bank-bank besar menjadi motor untuk menurunkan suku bunga simpanannya sebagai respons atas imbauan Wapres dan menghentikan perang suku bunga yang sudah dianggap tidak wajar," ujarnya, kemarin.

Menurut Iman, bila suku bunga simpanan menurun, biaya dana perbankan akan menurun dan diharapkan bunga pinjaman juga dapat diturunkan, sehingga sektor riil akan lebih bergerak dan memicu pertumbuhan ekonomi. Sebelumnya, likuiditas yang ketat di pasar membuat perbankan harus berlomba menjaring dana dari masyarakat.

Ini membuat para deposan kakap seolah berada di atas angin, menurut Iman, mereka berani mendikte bank dengan meminta bunga yang tinggi untuk memarkirkan dananya. Alhasil, bank rela memberi suku bunga tinggi 10%-12% bagi nasabah besar dengan nominal hingga ratusan miliar rupiah.
 
Kondisi ini membuat suku bunga kredit di perbankan dalam negeri dewasa ini masih mematok level 12%-17% per tahun, yang relatif sangat tinggi dibandingkan suku bunga di kawasan ASEAN yang rata-rata di level 3%-4 % per tahun.

Direktur Indef Enny Sri Hartati menegaskan, melihat kondisi Utang Luar Negeri (ULN) swasta yang terus merangkak naik, menurunnya penyaluran kredit perbankan, dan tidak bisa bergeraknya sektor riil karena terbelenggu sulitnya mencari pembiayaan dalam negeri. Sudah sepatutnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga BI Rate. "Banyak pihak pasti menginginkan BI Rate turun, dan sekarang sudah waktunya menurunkannya,” ujarnya.

Menurut dia,  ekspektasi pemerintah mengejar pertumbuhan ekonomi sejatinya perlu dukungan dari BI dengan cara menurunkan suku bunga acuannya. Ini bukti Wapres menginginkan adanya penurunan suku bunga acuan lebih rendah.  "BI Rate sudah menjadi perhatian Wapres, karena jelas BI Rate kini menjadi kendala pemerintah dalam mengejar target pertumbuhannya,”  ujarnya. agus/iwan/mohar


BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…