Rp 50 Miliar Untuk Kemandirian Pakan Ikan - Yogyakarta Akan Jadi Proyek Percontohan

NERACA

Gunung Kidul - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ingin mewujudkan kemandirian pakan ikan pada perikanan budidaya nasional. Pasalnya, sebagian besar bahan baku pakan ikan saat ini berasal dari impor. Kelompok Pakan Mandiri yang berada di wilayah Yogyakarta optimistis menggunakan pakan ikan berbahan baku lokal. Dalam menunjang gerakan kemandirian pakan ikan ini, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan anggaran khusus untuk mewujudkan gerakan ini.

"Ibu menteri (Susi Pudjiastuti) mengusulkan tambahan anggaran pada Anggaran Pendapatan Belanja Nasional Perubahan (APBN-P) 2015 di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Oleh karenanya, sebagian tambahan anggaran ini akan digunakan untuk program kemandirian pakan ikan sebesar Rp50 miliar untuk menunjang program ini," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (30/12).

Slamet juga mengatakan anggaran program kemandirian pakan ikan ini akan digunakan Kelompok Pakan Mandiri di seluruh wilayah Indonesia, namun diutamakan untuk sentra-sentra atau kawasan yang mempunyai semangat tinggi dalam mengembangkan kemandirian pakan ikan ini. Seperti halnya di Yogyakarta yang diharapkan menjadi daerah percontohan dalam mengembangkan kemandirian pakan ikan ini.

"Tidak hanya membantu mengenai anggaran saja, DJPB akan memfasilitasikan Kelompok Pakan Mandiri dalam menunjang kemandirian pakan ikan ini, seperti mensinergikan stakeholder seperti Perguruan Tinggi, Litbang, Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk membantu para kelompok pakan mandiri dalam mewujudkan gerakan kemandirian pakan ikan ini. Kemudian memfasilitasikan pada saat mereka membutuhkan permodalan maka kita akan gandeng dengan pihak perbankan," ujar dia.

Dia pun menjelaskan semua sarana produksi seperti mesin pakan ikan akan dilakukan standarisasi dan sertifikasi dikarenakan pentingnya hal ini dalam menghadapi persaingan pasar bebas nanti. Hal pertama yang dilakukan adalah proses standarisasi dimana standar bahan bakunya harus bermutu dan tidak mencemari lingkungan, kemudian standar mesin pakan ikan yang memudahkan dalam hal pengoperasiannya dan bagaimana daya mesinnya atau powernya. "Setelah proses standarisasi ini, maka diperlukan sertifikasi sarana atau alat pakan ikan, tepung ikan, serta bahan baku pakan dalam menunjang gerakan kemandirian pakan ikan ini," tambah Slamet.

Dirjen Slamet mengungkapkan bahwa dirinya ingin menindaklanjuti kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan mengenai kemandirian pakan ikan ini. Bahkan, pada saatnya nanti akan diundang Menteri Kelautan dan Perikanan untuk melihat secara langsung kegiatan Kelompok Pakan Mandiri sehingga bisa diperlihatkan bahwa budidaya perikanan di Indonesia mampu menggunakan pakan ikan bahan baku lokal berbasis kemandirian pakan ikan.

"Sekitar empat atau lima bulan kedepan, akan direncanakan mengundang Ibu Menteri (Susi Pudjiastuti) untuk meninjau langsung kegiatan Kelompok Pakan Mandiri. Kemudian Kelompok Pakan Mandiri yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan berkesempatan mendapatkan kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan ini. Apabila melihat potensi yang ada, kemudian dukungan Pemerintahan Daerah (Pemda) yang baik, serta bahan baku pakan ikan bermutu. Kita ingin Kelompok Pakan Mandiri Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi daerah percontohan bagi daerah-daerah lainnya di Indonesia," ungkap dia.

Dia pun menambahkan bahwa pihaknya sudah mendapatkan informasi-informasi dari Kelompok Pakan Mandiri yang bisa digunakan untuk membuat kebijakan mengenai pakan ikan ini. Slamet merasa optimis kemandirian pakan ikan ini akan tercapai dalam waktu dekat apabila melihat semangat atau antusias Kelompok Pakan Mandiri yang besar dalam menggunakan pakan ikan berbahan baku lokal.

"Kita bisa menggunakan bahan baku lokal yang ada di masyarakat, dimana bahan baku tepung ikan saja berasal dari berbagai sumber yang tersedia di lingkungan masyarakat seperti daun-daunan dan kacang-kacangan," tandas dia.

Dengan adanya gerakan kemandirian pakan ikan ini, lanjut dia, bukan berarti menyaingi pakan ikan pabrikan. Dalam hal pemeliharaan ikan, pakan ikan pabrikan masih sangat dibutuhkan. "Bukan menyaingi pakan ikan pabrikan, namun untuk memberdayakan masyakarakat budidaya perikanan agar lebih banyak berkiprah dalam pembuatan pakan ikan yang mandiri dan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan di masyarakat," kata Slamet.

Slamet pun memprediksikan dalam jangka waktu empat bulan kedepan, target gerakan kemandirian pakan ikan ini berjalan dengan baik. DJPB sudah mulai mensosialisasikan gerakan ini, kemudian memperinci permasalahan yang ada di lapangan sehingga bisa mengetahui gambaran-gambaran permasalahan yang dihadapi dan apa saja diperlukan oleh masyarakat dalam menunjang gerakan tersebut.

"Semua ini akan dituangkan dalam bentuk program kerja DJPB dan kita akan berkordinasi lagi dengan pakar-pakar pakan ikan di lapangan. Kemudian akan dikordinasikan juga kepada Perguruan Tinggi, Litbang, Unit Pelaksana Teknis (UPT), dan balai-balai perikanan kita," ujar dia.

Ketua Kelompok Budidaya Perikanan (Pokdakan) Mino Mulyo Ngemplak Sleman, Hangabdi Wiyono mengatakan dalam pembuatan pakan ikan secara mendiri, kelompok ini sudah berjuang pada tahun 1999 yang diawali mesin-mesin pakan ikan berskala kecil, kemudian berlanjut ke mesin pakan ikan menggunakan dinamo, dan pada akhirnya menggunakan mesin pakan ikan yang cukup baik. Pembuatan pakan ikan ini sudah disosialisasikan kelompok-kelompok budidaya perikanan lainnya pada waktu pertemuan dan pelatihan. "Sampai saat ini, kami sudah meminjamkan 20 unit mesin pakan ikan kepada kelompok-kelompok budidaya perikanan lainnya untuk digunakan untuk pembuatan pakan ikan," kata dia.

Pria yang akrab disapa Mbah Yono ini juga menjelaskan bahwa mesin pembuatan pakan ikan ini melalui proses kemandirian anggota kelompok, dimana dananya berasal dari tabungan dari para anggota kelompok dan kemudian mendesign sendiri mesin pembuatan pakan ikan tersebut. Pada awalnya, dalam proses pembuatan mesin pakan ini mengalami kendala dikarenakan kelompok ini keahlianya bukanlah di bidang mekanik, namun melalui keinginan yang kuat untuk kemandirian pakan ikan maka dijalankan saja sesuai kemampuan yang ada.

"Awalnya pembuatan mesin pakan ikan tidak direspon dengan baik, namun mengingat arti pentingnya pakan ikan dalam proses produksi budidaya perikanan dimana pakan merupakan elemen penting dalam proses produksi ikan tersebut," ujar dia.

Dia pun menambahkan dengan adanya mesin pakan ikan ini maka produksi pakan ikan bisa mencapai sekitar 500 Kg setiap harinya. Pemasaran pakan ini baru dipasarkan kepada mitra kelompok-kelompok budidaya perikanan yang berjumlah 25 kelompok. "Kami membawahi 25 kelompok budidaya perikanan di wilayah Sleman, sedangkan di wilayah ini terdapat 325 kelompok yang belum semua terpenuhi mengenai pakan ikan ini. Oleh karenanya, untuk kedepannya akan ditingkatkan lagi produksi pembuatan pakan ini sehingga pasokan pakan wilayah Sleman dapat terpenuhi," ungkap Wiyono.

"Kemudian Kementerian Kelautan dan Perikanan khususnya DJPB diharapkan membantu dan memdampingi dalam proses kemandirian pakan ikan ini. Perlu juga mendorong kepada kelompok budidaya perikanan lainnya bisa mandiri dalam pembuatan pakan ikan ini. Melalui kemandirian pakan ikan maka hasil akhir produksi ikan akan lebih besar sehingga menghasilkan keuntungan besar pula. Selama ini kelompok budidaya perikanan lebih memilih membeli pakan ikan pabrikan yang siap pakai, sehingga untuk kedepannya akan didorong untuk kemandirian pembuatan pakan ikan," tambah dia.

Sedangkan, Manager Koperasi Perikanan Desa Mina Gunungkidul, Adhita Sri Prabakusuma mengatakan pada umumnya, kebutuhan pakan ikan di daerah Gunungkidul sangat tinggi. Sedangkan harga pakan ikan komersial cukup naik signifikan sehingga harganya sulit diimbangi oleh masyakarat budidaya perikanan.

"Akhirnya masyarakat berpikir mengenai cara mendapatkan akses pakan ikan yang terjangkau. Apalagi 78 persen biaya produksi perikanan budidaya berasal dari pakan ikan. Sehingga dibutuhkan usaha dari masyarakat untuk mengembangkan kemandirian pakan ikan supaya usahanya tidak gulung tikar," kata dia.

Dia juga menjelaskan dalam upaya kemandirian pakan ikan ini maka masyarakat membentuk unit usaha kecil untuk memproduksi pakan ikan ikan yang bagus. Pada tahun 2012, masyarakat mulai membuat mesin pembuatan pakan ikan sendiri, bahkan membuat pabrik pakan ikan kecil-kecilan.

"Kemudian pemerintah pun masuk berkontribusi, dimana mesin-mesin pembuatan pakan ikan diperbaiki dan formulasi bahan baku pakan ikan juga diperbaiki. Bahkan sistem kelembagaan ikut diperbaiki sehingga terbentuklah koperasi seperti ini," ungkap Adhita.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…