Tutup Tahun, Pasar Obligasi Masih Positif

NERACA

Jakarta – Menutup tahun ini, pasar obligasi memiliki peluang ditutup positif, namun jika penguatan harga obligasi tidak dimanfaatkan pelaku pasar untuk ambil untung (profit taking),”Masih adanya sentimen positif dapat membantu laju pasar obligasi dapat bertahan di zona hijaunya,”kata Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada di Jakarta, kemarin.

Dia menuturkan, peluang penguatan pada paar obligasi lantaran masih adanya sentimen positif di pasar. Apalagi, sentimen dari regional dan global cukup positif, sehingga dapat men-offset pelemahan pada laju nilai tukar rupiah yang melemah seiring membaiknya data-data ekonomi Amerika Serikat.

Oleh karena itu, Reza berharap sentimen positif dapat kembali mewarnai pasar obligasi di pekan depan.
Kendati jika terjadi penguatan, emnurut dia, masih akan tipis dengan perubahan harga obligasi rerata sebanyak minimal 65-100 bps dan pelemahan harga hingga minimal rerata 50-75 bps.

Untuk itu, dia menyarankan keada pelaku pasar untuk tetap mencermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. Sementara sepanjang pekan ini, melang libur Natal, laju pasar obligasi bergerak positif. Melemahnya harga obligasi di pekan sebelumnya dimanfaatkan pelaku pasar untuk kembali melakukan transaksi obligasi.

Pergerakan positif ini sejalan dengan laju bursa saham yang mengakhiri lajunya jelang libur Natal di zona hijau. Tampaknya pelaku pasar obligasi juga merespon positif intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga rupiah agar tidak makin jeblok di bawah level Rp13.000-an. "Laju rupiah yang kembali menguat pasca dilakukannya intervensi memberikan sentimen positif. Selain itu, positifnya laju pasar obligasi regional turut membantu penguatan yang terjadi," ujar dia.

Pergerakan yield secara mingguan kembali berbalik turun di hampir seluruh tenor. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield 3,49 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar 19,83 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) turut mengalami penurunan yield sekitar 15,19%.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo sekitar 5 tahun mampu melanjutkan penguatan 170,51 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo sekitar 10 tahun mengalami kenaikan harga 371,39 bps. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…