Dalam beberapa hari terakhir, banyak kita jumpai aparat kepolisian tengah melakukan razia gabungan untuk menertibkan pengemudi yang tidak mematuhi aturan lalu lintas. Razia gabungan yang dilakukan oleh polisi satuan lalu lintas yang bekerjasama dengan pihak DLLAJ dan polisi militer ini, dalam rangka Operasi Zebra yang diadakan secara rutin dengan skala nasional untuk menyambut pergantian tahun.
Banyak pengemudi liar yang tidak memiliki surat-surat lengkap, memakai helm, atau menghidupkan lampu utama dalam berkendara, terjaring razia karena aparat memberhentikan semua kendaraan yang melintas untuk memeriksa kelengkapan syarat setiap pengemudi.
Perlu diketahui bahwa inilah operasi legal yang harus dilakukan oleh aparat kepolisian, bukan razia ilegal seperti yang selama ini marak terjadi sehingga kerap mencoreng nama baik institusi Polri.
Kita berharap melalui Operasi Zebra ini, kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas akan lebih ditingkatkan. Kesemerawutan lalu lintas agaknya menjadi satu penyakit akut yang sangat sulit dicari obatnya. Bisa kita lihat, angkutan umum yang selama ini menjadi biang kemacetan karena minimnya kesadaran pengemudinya untuk tertib berlalu lintas, seolah menjadi sesuatu yang luput dari pantauan Polantas.
Belum lagi mental pengemudi kendaraan pribadi yang masih jauh dari nalar modern. Untuk mengulas mental pengemudi kendaraan pribadi ini, saya akan membukanya dengan ungkapan walikota Bolivia yang menyatakan “Negara maju tidak ditandai dengan penduduknya yang berada dalam taraf ekonomi menengah ke bawah mengendarai mobil, namun dilihat dari penduduknya yang bertaraf ekonomi menengah ke atas namun tetap mengendarai angkutan umum”.
Realitanya, saat ini semua orang Indonesia berlomba untuk memiliki kendaraan pribadi dan merasa kecil jika harus menumpang kendaraan umum. Persoalannya adalah mereka yang mengendarai kendaraan pribadi, kerap memarkirkan kendaraannya sesuka hati tanpa memikirkan hak orang lain yang terhambat untuk melintasi jalan akibat kendaraan mereka yang terparkir di bahu jalan.
Persoalan lain yang tak kalah pelik adalah perkembangan zaman yang diikuti dengan perubahan pola tingkah laku manusia yang tidak selamanya membawa dampak positif.. Satu hal yang dapat menjadi contoh adalah ketika orang tua yang ingin mengikuti trend kekinian dan melepas anak mereka yang belum cukup umur untuk mengemudi kendaraan sendiri tanpa dilengkapi surat ijin mengemudi dari kepolisian.
Saat ini banyak anak yang dilepaskan oleh orang tuanya untuk mengendarai sepeda motor, bahkan mobil sendiri ke sekolah atau tempat lain tanpa dilengkapi surat ijin dari polisi untuk mengendarai kendaraan bermotor.
Orang tua yang harusnya lebih berperan aktif dalam mengawasi dan memiliki wewenang lebih besar untuk melarang anak mengemudi diusia dini, justru terkesan bangga dengan tingkah anaknya untuk mengemudi sendiri kendaraan bermotor yang tidak jarang menimbulkan kerugian bagi orang lain akibat ulah ugal-ugalan mereka di jalanan.
Bukti dari kebanggaan orang tua dalam melihat tingkah anaknya mengemudi kendaraan bermotor adalah dengan terus memberikan fasilitas kendaraan yang dapat digunakan sesuka hatinya tanpa diiringi pengawasan yang ketat sehingga si anak terkesan dilepas sendiri dalam merajai kendaraannya tanpa memperdulikan dampak apa yang akan terjadi akibat dari ulah anak mereka.
Tentu masih segar dalam ingatan kita kecelakaan maut yang terjadi di tol Jagorawi kilometer 8 menuju kawasan Cibubur, Jawa Barat (8/9/2013) yang dilakukan oleh Dul hingga mengakibatkan enam orang tewas. Hal itu satu bukti kepada kita bahwa pengemudi berusia dini kerap mengundang petaka ketika orang tua lepas kontrol atas ulah anak dalam mengemudikan kendaraannya.
Fenomena tentang pengemudi muda yang tidak kalah memalukan juga sempat kita dengar ketika seorang pengemudi mobil jenis Honda Jazz yang masuk ke lintasan bus way untuk menghindari macetnya jalanan kota Jakarta. Pemuda bodoh itu yang barang kali punya keyakinan bahwa jalanan ibu kota termasuk jalur bus way adalah milik moyangnya sehingga dapat sesuka hati dilalui, harus terjebak karena ada portal yang menghalangi laju mobilnya. Bus way yang datang dari belakang semakin membuat suasana menjadi ricuh.
Merasa tersudut pemuda tersebut turun dan menghampiri petugas penjaga portal yang tidak mau membukakan portal agar dia dapat lewat. Dengan nada sinis pemuda tersebut menyebutkan bahwa dia adalah anak seorang Jenderal. Tidak tau apa maksud pemuda lugu alias goblok tersebut menyebutkan pangkat bapaknya, namun perbuatannya membuka mata kita bahwa di negara ini agaknya masih ada perlakuan khusus yang diterima oleh pejabat dan keluarganya sehingga kerap dijadikan jurus andalan untuk menghindari aturan hukum yang ada.
Masih seputar aksi pengemudi amatir yang sesuka hati mengendarai mobil dan barang kali tidak dilengkapi surat ijin mengemudi dari kepolisian. Kali ini dalangnya tidak dari kalangan anak muda meski sifat gobloknya tidak jauh beda dengan dua kasus di atas.
Kejadian bermula saat seorang istri jaksa hendak mengisi bahan bakar di SPBU kawasan Tangerang dan salah masuk sehingga ditegur oleh petugas SPBU.
Tidak terima dengan perlakuan tersebut karena beranggapan suaminya orang paling hebat di Republik ini, dia justru menghubungi suaminya dan menyuruh memperingatkan petugas yang telah menegurnya tersebut.
Seketika itu juga suaminya yang seorang jaksa datang dan menghampiri petugas SPBU. Bukannya meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan istrinya dalam mengemudi, jaksa ini justru mengacungkan senjata ke arah petugas SPBU.
Tentu aksi jaksa koboi ini mengundang ketakutan petugas SPBU yang kemudian melaporkannya ke polisi.
Semoga melalui operasi zebra yang dilakukan secara massif ini, kita semua sadar bahwa kehati-hatian berkendara termasuk pengawasan ketat kepada anak dalam mengemudi serta mematuhi segala aturan lalu lintas yang ada tidak boleh diabaikan agar tidak membawa petaka yang dapat merugikan orang lain. Semoga bermanfaat. (analisadaily.com)
Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…
Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…
Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…
Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…
Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…
Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…