Suplemen Pakan Ikan - BPBAP Ujung Batee Mulai Tinggalkan Bahan Kimia

NERACA

Aceh - Dengan melimpahnya bahan baku yang bisa dijadikan nutrisi suplemen untuk perikanan budidaya, Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, Aceh, telah melakukan terobosan-terobosan untuk mengurangi suplemen dari bahan-bahan kimia. Balai yang fokus pada beberapa komoditas budidaya seperti nila, udang, dan bandeng ini telah menemukan suplemen untuk pakan ikan berbahan dasar caulerpa dengan nama ilmiah caulerpa lentillifera.

Caulerpa lentillifera sejenis rumput laut yang berguna untuk menghisap limbah dan menstabilkan air. Namun, jika proses lagi dan ditambahkan dengan fermentasi buah nanas, maka caulerpa tersebut bisa digunakan sebagai suplemen pakan ikan. Hasil dari suplemen buatan pegawai BPBAP Ujung Batee yaitu Ibnu Sahidhir ini telah ampuh meningkatkan produktifitas telur ikan.

Kepala BPBAP Ujung Batee Aceh Besar, Abidin Nur mengatakan suplemen ini telah memacu pertumbuhan dari ikan. Yang telah dilakukan olehnya yaitu dengan ikan nila. "Biasanya induk ikan nila itu bertelur 2.500 namun dengan menggunakan suplemen caulerpa tersebut bertelurnya bisa mencapai 2.700 ekor. Artinya ada kenaikan 200 ekor dan itu jumlah yang lumayan besar," ungkap Abidin saat ditemui Neraca di BPBAP Ujung Batee, Aceh, akhir pekan kemarin.

Pihaknya juga telah mencoba suplemen caulerpa tersebut untuk beberapa komoditas perikanan seperti bandeng dan ikan nila. Untuk induk ikan bandeng, Abidin mengatakan bahwa suplemen tersebut telah memacu sistem injeksi hormon, bahkan induk ikan bandeng bisa bertelur tanpa menggunakan hormon. Terlebih saat ini harga hormon tersebut cukup mahal. Artinya, kata dia, dengan menggunakan suplemen caulerpa bisa mengurangi biaya produksi yang cukup besar.

Sejauh ini, Abidin mengaku telah memproduksi suplemen berbentuk cairan tersebut sebanyak 100 botol dengan ukuran 100 milimeter. "Respon pasar tentang produk ini juga cukup baik. Permintaan semakin meningkat bahkan tidak hanya di Aceh namun juga ke Jawa, Pematang Siantar dan daerah Sumatera lainnya. Jika ditanya apakah kami siap untuk memproduksi masal suplemen tersebut, kami siap. Karena bahan bakunya cukup tersedia hanya saja soal infastrukturnya," jelasnya.

Selain memanfaatkan caulerpa sebagai suplemen ikan, Balai tersebut juga membudidayakan cacing. Cacing tersebut, nantinya bisa dimanfaatkan sebagai suplemen bagi induk udang. Menurut pegawai balai, Teuku Agusni mengatakan bahwa balai mempunyai 150 petak cacing. "Dari 150 petak cacing, setiap harinya bisa panen cacing 2-3 kilogram. Dan itu cukup untuk diberikan kepada induk udang sehingga induk udang akan mempercepat pertumbuhan gonad," katanya.

Budidaya cacing yang dilakukan itu bukan hanya sebagai suplemen bagi udang, namun limbah dari hasil budidaya cacing bisa dimanfaatkan untuk pupuk. "Jadi saya rasa, ini perlu juga ditiru oleh masyarakat agar bisa dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya.

Sekilas Balai

Sekedar informasi, Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee, merupakan salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee berdiri pada tahun 1986 berdasarkan SK Menteri Pertanian No.473/kpts/OT.210/8/ 1986 Tanggal 5 Agustus 1986 dengan Nama ”SUB Centre Udang” dan disempurnakan lagi dengan SK Menteri Pertanian No. 264/kpts/OT.210/1994 Tanggal 18 April 1994 menjadi “Loka Budidaya Air Payau”.

Pada saat itu Loka Budidaya Air Payau Ujung Bate diberi tugas melaksanakan penerapan teknik penerapan air payau serta kelestarian sumber daya ikan di lingkungan wilayah Indonesia bagian barat khususnya Sumatera. Pada tanggal 19 Oktober 1999 Loka Budidaya Air Payau mendapat tugas berdasarkan SK Menteri Pertanian No.1040.1/kpts/ik.150/10/1999 dan SK menteri Eksploitasi Laut dan Perikanan No. 65 Tahun 2000.

Selanjutnya pada tanggal 18 November 2002 Loka Budidaya Air Payau Ujung Batee mendapat tugas sebagai pelaksana teknik Pembenihan dan Pembudidayaan Ikan Air Payau serta pelestarian sumber daya induk atau benih ikan dan lingkungan berdasarkan SK Menteri  Kelautan dan Perikanan Nomor. KEP.49/MEN/2002.

Pada perkembangan terakhir sesuai dengan kebutuhan Organiasasi Loka Budidaya Air Payau berdasarkan peraturan Menteri Keluatan dan Perikanan nomor. PER.08/MEN/2006 Tanggal 12 Januari 2006 mendapatkan peningkatan eselon ke III/a sehingga struktur organisasi meningkat menjadi Balai Budidaya Air Payau Ujung Bate.

Secara umum usaha aplikasi teknik dan segala aspek kegiatan dan sumberdaya manusia terus berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan, walaupun dalam berbagai sisi masih harus dilakukan pembinaan dan dipacu perkembangannya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…