Mempercantik Warna Koi Dengan Teknologi Pakan - Geliat Bisnis Ikan Hias

NERACA

Blitar – Ikan hias koi begitu disanjung karena kecantikan warnanya. Namun, kecantikan itu kerapkali pudar hanya karena salah pakan. Pakan yang kurang tepat ini membuat warna koi pudar dan kurang menarik. Pada gilirannya warna ikan koi tidak lagi terlihat cantik, bahkan cenderung kusam, sehingga harganya jatuh di pasaran. Akibatnya, para pembudidaya pun urung meraup untung, bahkan acapkali merugi.

Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (Balitbangdias) Anjang Bangun Prasetio menjelaskan, salah satu hasil penelitian Balitbandias yang ditransfer ke masyarakat pembudidaya ikan hias di daerah adalah aplikasi teknologi pakan untuk meningkatkan kualitas warna ikan koi.

Dia menjelaskan, pakan koi dengan dengan racikan formula 1, 2 dan 3 ini mampu meningkatkan kualitas warna ikan hias koi hingga 72%. Sementara pakan komersial biasa hanya dapat meningkatkan kualitas warna sekitar 15%. Kabupaten Blitar sebagai sentra budidaya ikan koi paling besar di Indonesia adalah daerah yang sangat cocok dalam melakukan diseminasi teknologi jenis ini.

“Kami punya tanggung jawab moral sebagai Balai Ikan Hias untuk mengaplikasikan teknologi mulai Januari sampai November untuk aplikasi pakan khususnya pada ikan koi. Harapan kami adalah, aplikasi teknologi ini tidak hanya berjalan di tempat, tetapi para anggota Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan) akan terus mengaplikasikan di lapangan,” kata Prasetio kepada wartawan pada acara Diseminasi Keberhasilan Aplikasi Teknologi Pakan Balitbangdias untuk Meningkatkan Kualitas Warna Ikan Koi di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Selasa (2/12).

Di tempat yang sama, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Kusdiarti menjelaskan, Balitbangdias sudah memiliki teknologi pakan untuk peningkatan kualitas warna dari ikan koi yang layak untuk dijadikan percontohan buat daerah-daerah lain penghasil ikan hias. Dia menjelasakan, balai yang berlokasi di Depok, Jawa Barat, itu telah melakukan pendampingan teknologi pembuatan pakan hasil riset tersebut kepada para pembudidaya.

“Pemilihan bahan baku untuk pakan ikan koi yang diperoleh dari daerah setempat, antara lain, bungkil kedelai, dedak jagung, kopra, tepung ikan, dan tambahan lainnya untuk kualitas warna,” ungkap Kusdiarti.

Terkait dengan produktivitas pakan buatan yang tergolong baru tersebut, dalam penjelasan Kusdiarti, setelah dilatih, dalam satu jam, para pembudidaya dapat memproduksi pakan sebanyak 150 kilogram. Yang tak kalah penting, dengan adanya teknologi pakan ini, dapat menekan biaya produksi. “Untuk ikan koi, pakan sangat mahal, sekitar Rp 50.000 hingga jutaan. Kalau pakan yang dihasilkan dari balai ini, masih di bawah Rp 50.000 per kilogram,” tambahnya.

Beberapa manfaat dari teknologi terapan gubahan Balitbangdias untuk pembudidaya ikan hias koi itu masih ditambah dengan besaran pendapatan yang mampu mereka peroleh. “Biasanya per ekor dijual per ekor Rp 8.000, dengan pakan Balitbangdias bisa dijual Rp 11.000 per ekor. Ini bisa meningkatkan keuntungan dengan dipelihara selama 3 bulan, bisa meningkat Rp 3.000 per ekor,” papar Kusdiarti.

Sementara itu, peneliti pakan Balitbangdias Sukarman menggarisbawahi pentingnya mengaplikasikan pakan koi hasil riset dia bersama timnya. Rendanya kualitas warna ikan koi, menurut dia, acapkali dialami oleh para petani ikan hias. Sebabnya, antara lain, karena pakan yang mereka gunakan adalah pakan untuk ikan lele yang tidak memiliki tambahan nutrien untuk meningkatkan kualitas warna koi. Itu sebabnya, lanjut Sukarman, kehadiran pakan ikan koi hasil penelitian Balitbangdias dapat memberikan solusi atas problem pudarnya kecantikan warna ikan koi tersebut.

Seperti menggenapi penjelasan tersebut, Ketua Pokdakan Mina Brawijaya Pamuji memberikan testimoni. Dia bercerita, introduksi pakan hasil riset Balitbangdias tersebut dimulai pada 2013 silam. “Awalnya kami sempat agak ragu. Ikan hias koi yang kami budidayakan sudah merah. Tapi akhirnya kita terima, dan hasilnya sangat memuaskan,” Pamuji berkisah.

Sebelum menggunakan pakan jenis itu, ujar Pamuji, dia bersama kelompoknya sempat terusik. Pasalnya, pada saat panen koi, para pembeli pernah enggan untuk menawar ikan yang mereka hasilkan. Kalau pun toh ditawar, paling banter, total ikan koi mereka ditawar total Rp 30 juta.

Akan tetapi, Pamuji bercerita, setelah menggunakan pakan penguat warna tersebut, hasil panen mereka dengan volume yang sama langsung laris dengan harga lebih tinggi, yakni sekitar Rp 40 juta untuk seluruh hasil panen. “Kami berharap kerjasama Pemerintah Kabupaten Blitar dengan Balai Ikan Hias Depok ini agar berlanjut agar mendukung kegiatan budidaya kami,” jelas Pamuji.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…