Harga Patokan Ekspor Produk Tambang Turun - Perdagangan Internasional

NERACA

Jakarta - Harga Patokan Ekspor (HPE) pertambangan periode bulan Desember 2014 mengalami penurunan. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan mengatakan penurunan ini akibat adanya fluktuasi harga internasional. "Fluktuasi harga internasional menyebabkan HPE produk tambang mengalami penurunan,"  ujar Partogi, di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Penetapan HPE tersebut ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/PER/11/2014 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas produk pertambangan hasil pengolahan yang dikenakan bea keluar, yang dikeluarkan Rabu (26/11).

Produk pertambangan hasil pengolahan yang dikenakan bea keluar adalah konsentrat tembaga, konsentrat seng, konsentrat timbal, konsentrat besi, konsentrat mangan, konsentrat ilmenite serta konsentrat titanium lainnya.

Harga dasar perhitungan HPE bersumber dari Asian Metal untuk konsentrat besi, konsentrat mangan sedangkan konsentrat tembaga, konsentrat timbale, serta konsentrat seng berdasarkan London Metal Exchange (LME).

Dibandingkan dengan penetapan HPE periode November 2014 sebagian besar mengalami penurunan. Konsentrat tembaga (Cu ≥ 15%) dengan harga rata-rata USD 1.789,31/WMT turun 0,69%, konsentrat bijih besi (hematit, magnetit, pirit) dengan kadar (Fe ≥ 62%) dengan harga rata-rata USD 71,29/WMT turun 3,40%, konsentrat bijih besi (gutit/laterit) dengan kadar (Fe ≥ 51%) dan (Al2O3 + SiO3) ≥ 10%) dengan harga rata -rata USD 21,87/WMT turun 2,17%, konsentrat timbal (Pb ≥ 57%) dengan harga rata -rata USD 833,13/WMT turun 2,37% dan konsentrat seng (Zn ≥ 52%) dengan harga rata-rata USD 567,47/WMT turun 0,77%.

Sementara itu konsentrat mangan (Mn ≥ 49%), konsentrat ilmenite dan konsentrat titanium lainnya tidak mengalami perubahan dibandingkan HPE periode sebelumnya.

Selain itu, Kemendag juga mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 86/M-DAG PER/11/2014 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) Periode Desember 2014 atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar kemarin, Rabu (26/11). Hal itu dilakukan setelah memperhatikan rekomendasi hasil rapat koordinasi dengan instansi-instansi teknis terkait, khususnya dalam menyikapi perkembangan harga komoditas, baik nasional maupun internasional.

Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar (BK) adalah produk CPO, biji kakao, kayu dan kulit. Penetapan HPE CPO didasarkan pada Harga Referensi CPO USD 733,16/MT yang turun sebesar USD 3,16 atau 0,43% dari periode bulan sebelumnya yaitu USD 736,32/MT, sehingga didapat HPE CPO sebesar USD 662/MT yang turun USD 3 atau 0,45% dibandingkan periode bulan sebelumnya yaitu USD 665 MT. BK CPO untuk bulan Desember 2014 tercantum pada kolom 1, lampiran II PMK 128 Tahun 2013 sebesar 0%, tidak berubah atau sama dengan BK CPO untuk periode bulan November 2014.

Sedangkan harga referensi biji kakao untuk penetapan HPE biji kakao mengalami penurunan sebesar USD 243,70 atau 7,68% yaitu dari USD 3.173,45/MT menjadi USD 2.929,75/MT, sehingga berdampak pada penetapan HPE biji kakao yang juga turun sebesar USD 238 atau 8,3% dari USD 2.869/MT pada periode bulan November menjadi USD 2.631/MT. Namun, BK biji kakao tidak berubah dibandingkan periode bulan sebelumnya, yaitu sebesar 10%. Hal tersebut tercantum pada kolom 3, lampiran II PMK 75 tahun 2012.

"Penurunan harga referensi dan HPE untuk produk CPO dan biji kakao disebabkan oleh melemahnya harga internasional untuk komoditas tersebut. Rendahnya harga CPO di bawah tingkat ambang batas pengenaan BK di level USD 750 mengakibatkan masih tetap dikenakannya BK sebesar 0% untuk periode bulan Desember 2014 untuk CPO dan produk turunannya. Rendahnya harga referensi dan HPE CPO saat ini disebabkan oleh masih lemahnya harga CPO internasional yang disebabkan oleh. oversupply pasar internasional minyak nabati dunia, terutama oleh minyak nabati dari sumber lain sebagai kompetitor CPO,” jelas Partogi.

Sementara itu, untuk HPE maupun BK komoditas produk kayu dan produk kulit tidak ada perubahan dari periode bulan sebelumnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…