Cadangan Devisa Capai US$ 124,6 Miliar - Naik Tak Signifikan

NERACA

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan cadangan devisa Indonesia terus mengalami kenaikkan. Meski kenaikkan dua pekan terakhir Agustus 2011 tak signifikan, yakni sekitar US$100 juta. Pada penutupan Agustus 2011 tercatat cadangan devisa mencapai US$ 124,6 miliar. "Per akhir Agustus 2011 cadangan devisa RI sebesar US$ 124,6 miliar. Naik sedikit. Karena pada 19 Agustus 2011 tercatat US$124,5,” kata Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Rabu (7/9)

 

Disisi lain, Hartadi juga mengungkapkan, porsi kepemilikan asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) maupun Surat Berharga Negara (SBN) tidak mengalami banyak perubahan. "Per akhir Agustus 2011 SBI asing sebesar Rp 54,7 triliun atau 31,95% dari total SBI. Dan SBN sebesar Rp 247,4 triliun atau sebesar 34,1% dari total SBN," tuturnya.

 

Berdasarkan catatan, cadangan devisa Indonesia saat ini merupakan yang paling tinggi sejak Indonesia merdeka. Adapun catatan cadangan devisa Indonesia, mulai Januari 2011 sebesar  US$ 95,3 milliar, Februari mencapai US$ 97 miliar, Maret naik menjadi  US$ 105,7 miliar, April terus merangkak US$ 116,5 miliar, Mei hanya naik sedikit US$ 118 miliar, Juni menembus US$ 119,65 miliar, Juli  melonjak jadi US$ 122,7 miliar, Agustus menjadi US$ 124,6 miliar.

 

Yang jelas pada awal Agustus 2011, BI sempat mencatat dalam 5 hari terjadi penurunan cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 500 juta. Bank sentral mencatat cadangan devisa Indonesia pada 5 Agustus 2011 sempat tembus ke level US$ 123,2 miliar namun turun pada 10 Agustus 2011 menjadi US$ 122,7 miliar akibat terjadinya gejolak pasar finansial global. “Kepemilikan asing di SBI maupun SBN menurun dalam 5 hari terakhir. SBI asing 5 Agustus 2011 tercatat Rp 60,5 triliun menjadi Rp 60,1 triliun per 10 Agustus 2011," tandasnya

 

Tidak hanya cadangan devisa, kepemilikan asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Negara (SBN) juga mengalami penurunan. "SBN juga mengalami penurunan dari Rp 249,6 triliun menjadi Rp 243,2 triliun dan cadangan devisa Indonesia dari US$ 123,2 miliar menjadi US$ 122,7 miliar," imbuh Deputi bidang Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI ini.

 

Dijelaskan Hartadi penurunan kepemilikan asing dan cadangan devisa di instrumen moneter Indonesia ditegaskan masih dalam batas normal. Sehingga, sambungnya tidak membuat fluktuasi nilai tukar rupiah yang tajam. "Hal ini menunjukkan resiliensi perekonomian kita yang baik di tengah-tengah uncertainty situasi global yang meningkat dan kepercayaan investor yang menurun," jelas Hartadi. **cahyo

 

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…