SEIRING TERJADINYA MUSIM KEMARAU Tiga Waduk di Jawa Barat Alami Penurunan TMA

 

Bandung - Seiring dengan terjadinya musim kemarau akhir-akhir ini di wilayah Jawa Barat, tiga  waduk (danau buatan) yang ada yaitu Waduk Cirata, Saguling dan Waduk Jatiluhur  mengalami penurunan Tinggi Muka Air (TMA) rata-rata 3 mdpl (meter dari permukaan laut). Kondisi itu sangat mencemaskan khususnya para pengusaha jaring terapung budi daya ikan di ketiga waduk tersebut.

NERACA

“Bagi para petani ikan di Cirata dan waduk lainnya, kondisi tersebut memang cukup mencemaskan meskipun hal itu masih dalam batas wajar. Namun pengaruhnya adalah lambatnya pertumbuhan ikan. Mudah-mudahan saja kemarau tidak berkepanjangan dan debit air di Cirata, Saguling dan Jatiluhur kembali normal,” ujar Sekjen Perpic (Perstuan Petani Ikan Cirata) Jawa Barat, Adang Herry Pratidy yang dihubungi Neraca, Selasa (6/9).

 Adang mengungkapkan, , memang TMA ketiga waduk itu mulai menunjukan penurunan sejak sebulan terakhir ini. Hal itu seiring dengan terjadinya musim kemarau yang menerpa wilayah jawa Barat. Penurunan di Waduk Cirata sampai saat ini sekitar 3 sampai 4 meter (mpdl).

Bagi pengusaha jarring terapung, menurut dia, kondisi itu memang mencemaskan namun masih dalam ambang normal atau wajar. Biasanya, penurunan debit air itu akan menyebabkan lambatnya pertumbuhan ikan sebab pH (derjat keasaman) air tidak normal dan rentan terhadap penyakit ikan. Begitu pula sirkulasi oksigen dalam air menurun.

“Penurunan debit air itu akan mengancam pertumbuhan ikan. Belum ancaman kematian secara drastis,”jelas dia.    

Diperoleh keteranganm Tinggi Muka Air (TMA) Waduk Jatiluhur, Purwakarta kembali mengalami penurunan. Dalam waktu 19 hari, TMA air Waduk Jatiluhur mengalami penurunan setinggi 3,11 mdpl. Sebelumnya TMA Waduk Jatiluhur pada tanggal 18 Agustus mencapai 96,52 mdpl, kini TMA waduk Jatiluhur turun menjadi 93,52 mdpl.

Namun demikian, PJT II Jatiluhur Purwakarta seperti yang disampaikan Direktur Pengelolaan Air Perum Jasa Tirta (PJT) II Herman Idrus, PJT II akan melakukan penghematan air keluar menyusul menyusutnya cadangan air di Waduk Jatiluhur, Purwakarta. "Sejak bulan Maret lalu hingga sekarang, PJT II telah melakukan efisiensi pengeluaran air seiring dengan terjadinya penurunan muka air," kata Herman Idrus.

Direktur Pengelolaan Air PJT II itu menjamin pasokan air irigasi terhadap areal pesawahan milik petani di sejumlah sentra beras di Jabar ini tidak akan tergangggu. Ia beralasan, kebutuhan air untuk irigasi meskipun tidak bisa dideteksi keperluannya tapi pengeluaran air yang tidak perlu secara kebocoran dan lainnya dapat dikurangi.

Dikatakannya, efisiensi pengeluaran air dilakukan PJT II adalah dengan cara melakukan pengontrolan pengeluaran air dari Waduk Jatiluhur. Dalam kondisi normal, debit air yang dikeluarkan dari Waduk Jatiluhur mencapai 120 meterkubik
/detik.

"Kondisi normal, debit air yang dikeluarkan dari Waduk Jatiluhur mencapai 120 meterkubik/detik, namun sekarang ini pada status waspada air yang dikeluarkan rata-rata mencapai 100 meterkubik/detik," kata Herman Idrus.

Dijelaskan, jajaran PJT II meski melakukan pengetatan dalam operasi air. Namun demikian, selain melakukan pengetatan, jalur koordinasi diantara pihak terkait meski dijalin agar tidak terjadi kekurangan air bagi kebutuhan irigasi yang bisa berdampak kepada berkurangnya produksi pertanian.

Menjawab pertanyaan, Herman Idrus mengatakan pengeluaran air untuk kebutuhan air baku PDAM Bekasi dan Jakarta serta air baku untuk industri tidak dapat dikurangi. Pasalnya, kebutuhan air untuk mereka rata-rata konstan setiap periodenya, sedangkan kebutuhan air untuk irigasi tidak bisa dipredeksikan," ucapnya.

Menurutnya, jika kondisi ini berlanjut, defisit air untuk memenuhi kebutuhan irigasi, air baku minum dan industri, serta listrik selama periode Maret-September 2011 mencapai 571,74 juta meter kubik. Sebab, dari 3.084,64 juta meter kubik kebutuhan air, hanya 2.512,91 juta meter kubik yang terpenuhi dari air yang tertampung di waduk dan prediksi aliran Sungai Citarum.

Dalam bagian lain Herman Idrus mengatakan, TMA waduk Jatiluhur dapat dikatakan dalam kondisi kritis jika mencapai ketinggian 49 mdpl. "Kalau sudah ketinggian mencapai angka itu, kondisi waduk dalam keadaan sangat kritis," kata Herman.

Sedangkan mengenai turbin, Herman Idrus menambahkan, kendati TMA waduk Jatiluhur mengalami penurunan, enam turbin pembangkit energi listrik yang ada di Jatiluhur akan tetap beroperasi. "Nanti kalau ketinggian mencapai 75 mdpl baru, enam turbin tidak bisa beroperasi," kata Herman Idrus.

BERITA TERKAIT

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…