22 Perusahaaan Ajukan Izin, Tak Satupun Realisasi Bangun Kilang - Industri Hilir Minyak Bumi

NERACA

Jakarta - Indonesia terbilang cukup membutuhkan kilang minyak baru jika ingin memperkecil porsi impor minyak. Namun begitu, dari 22 permohonan izin pembangunan kilang minyak, tetapi tak satupun yang terealisir. Hal itu seperti dikemukakan Direktur Jenderal (Dirjen) minyak dan gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Naryanto Wagimin di Jakarta, akhir pekan kemarin.

"Sebetulnya di kementerian kita ada 22 permohonan izin bangun kilang, dari kapasitas 6-10 ribu barel per hari. Tapi dari 22 itu tidak ada yang bangun," ujarnya. Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini yang kelihatan akan merealisasikan pembangunan kilang baru dua permohonan, dengan kapasitas 6.000 dan 9.000 barel per hari.

"Itupun kemajuan projeknya belum dapat dilihat. Itu akan nambah produksi. Kalau swasta bangun, kita akan fasilitasi dalam bentuk kemudahan perizinan. Jangan sampai kasus masa lalu terulang, begitu banyak izin tapi enggak ada yang terealisasi. Mudah-mudahan bisa terealisasi," tandasnya.

Adapun dua kilang yang dimaksud Nariyanto akan dibangun di Banten, Jawa Barat dan Bojonegoro, Jawa Timur. Meski begitu, dirinya ke depan akan melakukan penyederhanaan izin dalam pembangunan kilang dan siap memebrikan insentif kepada para investor jika berminat untuk melakukan pembangunan kilang minyak di Indonesia.

Disampaikannya saat ini kebutuhan kilang sangatlah penting mengingat terakhir pembangunan Kilang Minyak pada masa Orde Baru. Selain itu kilang-kilang yang lain juga sudah dalam usia yang tua. "Kalau swasta bangun, kita akan fasilitasi dalam bentuk kemudahan perizinan, jangan sampai kasus masa lalu terulang, begitu banyak izin tapi tidak ada yang terealisasi," tuturnya.

Indonesia perlu membangun kilang untuk mengurangi ketergantungan impor BBM, menghemat devisa negara dan menjaga stabilitas nilai tukar serta memacu pertumbuhan industri domestik dan pasar tenaga kerja.

Kapasitas kilang Indonesia saat ini mencapai  1,1157 juta barel per hari. (bph) Sedangkan produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam negeri hanya sekitar 649 ribu bph. Di sisi lain, kebutuhan BBM dalam negeri mencapai 1,257 juta bph. Ini berarti terjadi defisit 608 ribu bph. Untuk itu, Indonesia perlu memiliki dua kilang minyak baru yang masing-masing berkapasitas 300 ribu bph.

Kilang dalam negeri Indonesia saat ini, terutama milik PT Pertamina yaitu kilang Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap dan Balongan. Sementara kilang milik swasta yaitu Tuban/TPPI dan TWU.  Satu  kilang swasta juga dalam proses pembangunan yaitu TWU II dan direncanakan akan dibangun RFCC Cilacap.

Untuk tahun 2015, kapasitas kilang Indonesia diperkirakan sebesar 1,167 juta bph, produksi minyak yang bisa diolah sebesar 719 ribu bph. Kebutuhan BBM diperkirakan 1,359 juta bph, sehingga terjadi defisit 640 ribu bph. Sementara tahun 2025, kapasitas kilang diperkirakan 2,067 juta bph, produksi minyak yang dapat diolah sekitar 1,384 juta barel, konsumsi BBM 2,012 juta barel dan defisit 628 juta bph.

Indonesia saat ini defisit minyak bumi 608.000 barrel per hari. Hal ini disebabkan kemampuan produksi kilang di dalam negeri jauh di bawah kebutuhan bahan bakar minyak secara nasional. Untuk itu, perlu ada tambahan pembangunan dua kilang baru.

Menurut Kepala Subdirektorat Pengangkutan Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Isnaini, pekan lalu, di Jakarta, kapasitas kilang Indonesia saat ini 1,15 juta barrel per hari. Adapun produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam negeri hanya sekitar 649.000 bph. Sementara kebutuhan BBM dalam negeri mencapai 1,25 juta bph. Ini berarti terjadi defisit 608.000 bph.

Maka dari itu, Indonesia perlu memiliki dua kilang baru yang berkapasitas masing-masing sekitar 300.000 bph atau sama dengan dua kali kapasitas kilang Pertamina Cilacap. "Kilang minyak diperlukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM. Manfaat lain adalah menghemat devisa negara, menjaga stabilitas nilai tukar, serta memacu pertumbuhan industri domestik dan pasar tenaga kerja. Kami berharap badan usaha swasta berinvestasi membangun kilang minyak," ujarnya.

Kebutuhan investasi untuk membangun satu kilang kapasitas 300.000 barrel per hari berkisar 10-12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 100 triliun. Sementara kepastian pasokan minyak mentah 300.000 bph telah diperoleh dari Pemerintah Irak.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…