Boros BBM Jadi Beban Defisit

Beban defisit perdagangan Indonesia yang disebabkan oleh tingginya impor BBM hingga saat ini, tampaknya sulit diredam dalam jangka pendek. Pasalnya, konsumsi BBM khususnya di kota-kota besar di negeri ini kian tinggi belakangan ini. Ini disebabkan banyak mobil pribadi hanya berpenumpang satu atau dua orang. Bahkan, kalau anak-anak sudah bekerja, mereka pun memakai mobil pribadi ke kantor.

Bayangkan saja, bila di Jakarta setiap hari sebuah mobil rata-rata menghabiskan 10 liter BBM per hari, setiap hari 3,2 juta mobil tentu menghabiskan 32.000 kiloliter BBM. Jumlah ini belum termasuk BBM untuk sepeda motor yang jumlahnya 8,2 juta.

Selain berkontribusi kepada kemacetan di jalan raya, penggunaan mobil pribadi banyak menghabiskan BBM (bahan bakar minyak). Diperkirakan kerugian akibat kemacetan mencapai Rp 65 triliun per tahun.  Jelas, Indonesia lebih boros penggunaan BBM-nya ketimbang negara lain di ASEAN, bahkan Eropa, karena jumlah kendaraan pribadi sangat banyak jumlahnya di ibu negeri ini.

Dibandingkan kota-kota di ASEAN, misalnya, Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Manila, sudah sejak lama mereka mengoperasikan angkutan massal (mass rapid transportation-MRT) sebagai transportasi umum, tingkat penyerapan BBM mobil pribadi di negeri jiran itu lebih rendah.  Sementara proyek MRT baru dibangun di Indonesia tahun ini.

Jadi, keberadaan MRT yang nyaman mendorong pemakai mobil pribadi meninggalkan kendaraannya di rumah atau stasiun. Di Kuala Lumpur, misalnya, stasiun MRT di sepanjang jalur angkutan massal itu dipenuhi mobil yang diparkir pemiliknya. Dari rumah mereka mengendarai mobil pribadi ke stasiun terdekat, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan MRT.

Seperti diketahui, pada 2013 sebesar 34,27% BBM bersubsidi (premium dan solar) digunakan untuk transportasi darat dikonsumsi kendaraan pribadi. Sebanyak 24,7% dikonsumsi kendaraan roda dua. Sekitar 13,84% dikonsumsikan angkutan barang; 12,87% dikonsumsi bus, dan 9,82 % dikonsumsi kendaraan umum.

Sementara itu, kebutuhan energi untuk transportasi ke depan meningkat secara signifikan. Pada 2015 diproyeksikan 338 juta BOE (barrel oil equivalent) atau 34,7% dari total kebutuhan energi nasional. Angka ini berpotensi naik lagi mencapai 530 juta BOE atau 30,81% dari total kebutuhan energi nasional. Kenaikan konsumsi impor BBM ini dipastikan akan memperlebar angka defisit neraca perdagangan Indonesia, yang pada akhir 2014 mencapai US$3,06 miliar.

Bagaimanapun, kita harus komit memegang teguh hasil sidang anggota ke-12 Dewan Energi Nasional (DEN) yang berlangsung 2013, dimana para pihak menyepakati dukungan sektor perhubungan dalam menurunkan konsumsi energi (khususnya BBM). Dukungan ini melalui penetapan pedoman dan penerapan kebijakan konservasi energi khususnya di bidang hemat energi dan melaksanakan diversifikasi atau penganekaragaman sumber energi.

Pihak DEN mengakui, sektor perhubungan cukup memanfaatkan energi dalam komposisi yang sangat signifikan, di samping sektor rumah tangga dan industri. Karena itu, usaha efisiensi energi, penggunaan moda transportasi massal, dan penganekaragaman jenis energi di sektor transportasi perlu terus digalakkan.

Apabila menyimak sejumlah rekomendasi ahli transportasi perkotaan, beberapa kota di Indonesia seharusnya memiliki angkutan massal. Sebab, bila tetap mengandalkan angkutan umum yang ada sekarang adalah hal yang mustahil mengharapkan banyak orang yang meninggalkan mobil pribadi di rumah. Itu karena angkutan umum yang ada tidak nyaman dan tidak pula aman. Ini tantangan Kementerian Perhubungan ke depan untuk menyiapkan transportasi massal yang mampu memberikan kenyamanan bagi masyarakat di kota-kota besar di negeri ini.   

 

BERITA TERKAIT

Laju Pertumbuhan Kian Pesat

  Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu…

Kredibilitas RI

Pemilu Presiden 2024 telah berlangsung secara damai, dan menjadi tonggak penting yang tidak boleh diabaikan. Meski ada suara kecurangan dalam…

Pangan Strategis

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Laju Pertumbuhan Kian Pesat

  Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu…

Kredibilitas RI

Pemilu Presiden 2024 telah berlangsung secara damai, dan menjadi tonggak penting yang tidak boleh diabaikan. Meski ada suara kecurangan dalam…

Pangan Strategis

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak…