Optimalisasi Pangan

Oleh: Kencana Sari

Peneliti Balitbangkes

Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan. Begitulah pesan pertama dalam Pedoman Gizi Seimbang. Artinya apa? Makanan yang kita konsumsi haruslah beragam dari mulai karbohidrat, sayur, buah,lauk pauk setiap harinya. Begitu pula dalam setiap macamnya. Sumber karbohidrat misalnya, hendaknya kita juga mengkonsumsi bermacam-macam jenis karbohidrat sebagai makanan utama, tidak melulu hanya beras. Namum nyatanya istilah ‘belum makan jika belum makan nasi’ masih berlaku disebagian besar orang. Ubi, singkong, jagung, sagu masih belum menjadi idola. Padahal jika diolah rasanya tidak kalah enak. 

Konsumsi makanan yang beragam berhubungan positif dengan perkembangan dan pertumbuhan seorang anak. Semakin beragam makanan yang dikonsumsi anak akan semakin kecil peluang terjadinya keterlambatan tumbuh kembang anak. Hasil beberapa penelitian bahwa keberagaman konsumsi makanan ini juga cerminan status ekonomi seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonominya semakin beragam makannya. Hal ini terkait dengan daya beli, mereka yang berdaya beli rendah tentu saja mengutamakan mengkonsumsi makanan yang hanya memuaskan tanpa melihat kualitas dan kuantitas beragam atau tidaknya makanan.

Akhirnya kesenjangan tingkat ekonomi akan berdampak pada kesenjangan tingkat kesehatan, bahwa masyarakat miskin akan lebih sakit. Yang harus dikembangkan adalah suply dari makanan yang beragam tersebut. Sebab penelitian menunjukkan bahwa produksi pertanian yang beranekaragam akan meningkatkan keragaman konsumsi tingkat rumah tangga. Sehingga semua masyarakat bisa lebih sehat tanpa memandang pula si miskin ataupun kaya. Oleh karena itu pemerintah harus berupaya keras untuk menuju kedaulatan pangan, mencukupi kebutuhan pangan negeri dari negerinya sendiri.

Penyediaan pangan yang murah, beragam dan aman bagi rakyat. Tentu saja harus didukung oleh infrastruktur yang memadai untuk dapat menekan biaya produksi dan distribusi. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mempercepat upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan melalui tiga kegiatan utama yaitu optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan menerapkan konsep kawasan rumah pangan lestari (KRPL), mengembangkan model pangan pokok lokal, serta promosi dan sosialisasi pola pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.

Dengan berbagai kegiatan dari mulai kampanye, promosi media massa, pameran diversivikasi pangan, kebun sekolah, kebun bibit, lomba cipta menu dan lainnya pun dilakukan. Sayangnya karena keterbatasan anggaran maka upaya yang dilakukan, contoh saja KRPL baru terbatas pada 1950 desa di tahun 2014 dan 4748 desa di 2013 tersebar di kabupaten kota pada 33 provinsi.

Oleh karena itu butuh peran aktif dari masyarakat untuk ikut mendekatkan sumber produksi bahan makanan ke lahan sendiri, membudidayakan makanan lokal. Berkebun daerah sendiri dan dirumah sendiri. Selain memangkas biaya distribusi dan meningkatkan kualitas makanan  juga akan meningkatkan ketahanan pangan keluarga maupun daerah, sebab tidak harus bergantung pada pasokan dari luar.

BERITA TERKAIT

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

BERITA LAINNYA DI

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…