BBM Subsidi Naik Akhir Tahun

NERACA

Jakarta - Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro memastikan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bakal dilakukan sebelum 1 Januari  2015. Hal itu disampaikan usai Rapat Kabinet Terbatas yang dipimpin Wapres RI Jusuf Kalla. "Pokoknya kenaikan harga BBM sebelum 1 Januari 2015," ungkap Bambang, di Jakarta, kemarin.

Bambang juga menambahkan, pemerintah baru akan menaikkan harga BBM ketika masyarakat sudah terlindungi. Oleh karena itu, 7 November mendatang pemerintah akan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. "Pokoknya kita fokus pada program perlindungan sosial yang tepat sasaran. Itu yang kita bicarakan," imbuhnya.

Menanggapi hal itu, Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Muhamad Husen mengaku, siap menjalankan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi. Pertamina mengklaim tidak ada masalah dengan distribusi apabila setelah harga BBM subsidi dinaikkan. "Kami siap kebijakan pemerintah apa saja terutama BBM. Distribusi juga kita siap," ujar dia.

Kenaikan harga BBM bakal berbuntut kepanikan masyarakat. Husen menegaskan Pertamina sudah biasa menangani fenomena itu. Pertamina punya pengalaman menghadapi itu saat kenaikan BBM tahun lalu. "Kita sudah biasa nanganin itu. Biasanya kan sudah siap itu," kata Husen.

Sedangkan menurut Direktur Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, berpendapat bahwa pemerintah sebaiknya menaikkan harga BBM bersubsidi pada Maret 2015, saat terjadi deflasi.

“Kalau dinaikkan November, siklusnya itu biasanya inflasi sedang tinggi, jadi tidak mungkin. Kebijakan harus disesuaikan dengan momentum. Momentum deflasi di bulan Februari-Maret, Desember inflasi masih tinggi dan Januari biasanya masih ada tekanan,” ujarnya.

Lebih lanjut dia menilai, Presiden Joko Widodo sebaiknya menyiapkan langkah-langkah mitigasi risiko, setelah itu baru menaikkan harga BBm bersubsidi. Dia mencontohkan kiat-kiat alternatif, seperti konversi ke gas yang memerlukan waktu untuk bisa diterapkan.

“Kalau sudah ada kiat-kiat persiapan dan sudah dilakukan meskipun belum maksimal maka saat dinaikkan nanti, dampak psikologisnya tidak terlalu besar,” ujar Enny. Adapun besaran kenaikan harga BBM bersubsidi yang menurutnya lebih baik dilakukan pada Maret nanti, hitungannya tergantung pada persiapan yang sudah dilakukan. “Presiden perlu menunjukkan diversifikasi energi dahulu dan juga menunjukkan efektivitas program-program pro rakyat,” pungkasnya. [agus]

BERITA TERKAIT

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…