Tren Bunga KPR Naik, Penjualan Properti Melandai

NERACA

Jakarta - Tren suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada beberapa bulan terakhir, relatif meningkat. Tercatat sejak Januari sampai Juli 2011 suku bunga KPR terus naik, dan kini bertengger di level 11,69%. Kenaikan suku bunga mendorong penurunan penjualan, akibat merosotnya minat konsumen.

Mantan Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), Fuad Zakaria mengungkap, tren kenaikan suku bunga sangat mempengaruhi penjualan KPR. Terutama pada kelas menengah. Menurutnya, pengaruh kenaikan suku bunga dari April sampai Juli 2011, menurunkan minat beli masyarakat sebesar 10%-15%.

“Pengaruh itu pasti ada, tapi mungkin nggak banyak. Terutama di kelas menengah yang kisaran 80 juta sampai 250 juta. Yang ada di kisaran tersebut pasti terkena pengaruh. Penjualan pasti menurun. Jadi banyak yang menunda untuk beli rumah. Dari April sampai Juli kira-kira turun 10-15%,” katanya saat dihubungi Neraca, Kamis (25/8).

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengungkap, berdasarkan data 3 bulan terakhir yakni hingga Juni 2011, suku bunga dasar kredit (SBDK) KPR dan Non KPR mengalami sedikit kenaikan.

“Suku bunga KPR pada Maret 2011 sebesar 11,49%, April 2011 sebesar 11,77% kemudian Mei 2011 sebesar 11,85% dan Juni menjadi 11,69%,” ujar Direktur Direktorat Pengaturan dan Penelitian Perbankan Bank Indonesia Wimboh Santoso di Jakarta, kemarin.

Menurut Wimboh, kredit non KPR tercatat juga mengalami kenaikan dari Maret 2011 yang sebesar 11,84% menjadi 12,10% di Juni 2011.

Dia menambahkan, pertumbuhan kredit properti alias perumahan terus menunjukkan perningkatan yang signifikan. Hingga Juni 2011 total kredit properti (year to date) mencapai Rp 17,9 triliun. BI mewaspadai penyerapan kredit properti ini jangan sampai dominan bertujuan sebatas spekulasi.

"Konsumsi, kita lihat kemana larinya? Bukan membahayakan seluruhnya. Yang bahaya adalah spekulasi properti. Kalau Indonesia, penduduk banyak, pembelian rumah naik. Itu ga apa-apa. Tapi kalau spekulasi? Kan tidak ada multiplayer effect," jelas Wimboh.

Menurut Fuad, faktor penyebab kenaikan suku bunga KPR adalah tren harga properti yang sedang naik. Buntutnya, banyak orang yang berminat untuk membeli rumah, hingga mendorong permintaan terhadap rumah tinggi. Kondisi ini yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak perbankan.

“Trend harga properti naik, jadi orang terpancing untuk beli. Sekarang bank naikin suku bunga, karena pada kondisi sekarang pihak perbankan harus punya banyak uang. Kondisi ini dimanfaatkan oleh bank dengan menaikkan suku bunga. Kalaupun bank sekarang banyak dana, tapi mau lending susah. Jadi naikkan suku bunga,” jelasnya.

Kompetisi Antarbank

Namun, Fuad menyebut, kenaikan suku bunga KPR ini diduga tidak akan berjalan lama. Ia memperkirakan hingga 1 sampai 2 bulan ke depan, suku bunga KPR akan kembali normal. Meski tren harga properti untuk tahun ini tidak akan mengalami penurunan.

“Untuk tahun ini tren kenaikan harga properti tidak akan turun. Tapi mungkin habis lebaran suku bunga KPR sudah kembali lagi. Saya pikir bisa kembali di suku bunga antara 10 sampai 11%,” terang Fuad.

Dia menilai, perbankan sedang ekspansif di bisnis pembiayaan KPR. Itu sebabnya kompetisi antar perbankan sangat ketat. Makanya saya kira suku bunga akan turun. Bulan-bulan ini karena masyarakat kaget saja, suku bunga tinggi. Kita itu cenderung ngikutin tren. Kalau konsumen nggak kaget dan sudah santai, suku bunga bisa turun lagi,” ujarnya.

Dia mengaku optimis, sampai pada akhir tahun, penjualan properti akan terus mengalami peningkatan. Khususnya untuk perumahan kelas menengah.

Senada dengan Fuad, pengamat properti Ali Tranghanda juga menilai suku bunga KPR akan turun. Dia memperkirakan tren bunga akan menurun di kuartal keempat tahun 2011. “Saya ga yakin tren kenaikan suku bunga masih akan berlanjut,” imbuhnya.

Menurut Ali, kenaikan bunga KPR tidak akan mengganggu pertumbuhan pasar properti, terutama perumahan yang saat ini sangat bagus. Apalagi, masih ada bank yang menawarkan bunga KPR murah hingga 7,5 %.

Ali menyebut, dengan kondisi pasar yang sedang naik, pengembang tidak akan menyia-nyiakan momentum, meskipun bunga naik. “Pengembang bakal mengambil resiko untuk memberikan subsidi bunga agar penjualannya tidak terganggu,” tandas Ali.

Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso menilai, kenaikan bunga KPR memang akan memberatkan konsumen menengah ke bawah. Namun konsumen menengah ke atas tak akan terpengaruh. “Saya akui tingginya suku bunga KPR yang hampir mencapai 12 % sangat menganggu penjualan untuk perumahan menengah  bawah. Namun untuk perumahan yang harganya Rp 200 juta Rp 300 juta, tidak akan ada masalah,” jelasnya.

Dia memaparkan, kenaikan bunga KPR juga akan mengganggu target pemerintah dalam penyediaan rumah. “Saya rasa target pemerintah akan sulit direalisasikan di tahun ini,” paparnya. iwan/salim/kam

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…