Sudah Saatnya Masyarakat Indonesia Nikmati Layanan 4G

NERACA

Jakarta - Indonesia diharapkan segera menikmati layanan seluler generasi ke empat (4G), karena masyarakat negara tetangga sudah mencicipi akses internet kecepatan tinggi tersebut. "Pasar Indonesia sudah siap untuk 4G berbasis Frequency Division Duplexing Long Term Evolution (FDD-LTE) atau Time Division Duplex-Long Term Evolution (TDD LTE). Jadi dalam implementasinya semuanya harus berperan, jangan jadi penonton saja," kata Principal Analyst Ovum Nicole McCormick, Jakarta, Jumat.

Menurut Nicole, jika pengguna sudah siap tentu operator lebih siap, apalagi ekosistem pendukung seperti perangkat dan infrastruktur juga sudah tersebar. "Sekarang pertanyaannya, Indonesia mau jadi penonton dari teknologi 4G atau ikut menikmati. Biasanya, teknologi ini dimulai dari perkotaan karena kemampuan dan kebutuhan masyarakatnya dibandingkan di pedesaan," katanya.

Ia pun menyarankan, jika memang ingin bermain di perkotaan maka frekuensi yang bisa digunakan dari spektrum yang besar mulai dari 1.800 Mhz ke atas. Dalam catatan, Indonesia sudah menggelar TDD LTE di 2,3 GHz melalui Internux. Namun, jika berbicara skala ekonomi, tentunya FDD LTE di 1.800 MHz harus dibuka.

Data dari Global mobile Suppliers Association (GSA), pada akhir 2013 diperkirakan ada 244 layanan berbasis LTE yang komersial di 87 negara. Hampir 44 persen komersial LTE berjalan di frekuensi  1.800 MHz, sementara frekuensi lainnya yang populer untuk LTE adalah 2,6 GHz, 800 MHz, band 4 (AWS), dan 700 MHz. Pada tahun 2014, pemerintah sudah seharusnya membuka layanan FDD LTE di 1.800 MHz, jika konsisten dalam menerapkan teknologi netral layaknya di 800 MHz, 2,3 GHz, dan 900 MHz.

Sayangnya, pemerintah lebih memprioritaskan penataan frekuensi 1.800 Mhz ketimbang menjalankan teknologi netral. Padahal, sekarang penggunaan agregasi kanal hal layak dijalankan untuk mengakali alokasi frekuensi yang tak berdampingan.

Sementara itu, General Manager Solution Consulting Huawei Tech Investment, Mohamad Rosidi menambahkan parameter standar kelayakan sebuah negara untuk mengadopsi koneksi internet cepat dengan teknologi 4G LTE adalah ketika suatu negara telah mengadopsi smartphone sampai penetrasi 30 persen.

"Saat pasar telah memakai smartphone sekitar 10 persen-30 persen maka asumsinya masyarakat telah sadar kebutuhan layanan data cepat. Indonesia sekarang sudah punya 27 persen pengguna smartphone di pasar ponsel, maka sudah sangat layak untuk gelar LTE," jelasnya.

Siap Masuk operator seluler yang telah menyatakan kesiapannya menggelar teknologi jaringan seluler generasi keempat (4G) Long Term Evolution (LTE) adalah Telkomsel. Kesiapan tersebut didukung oleh pemegang saham Telkomsel dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan.

Direktur Utama Telkomsel, Alex J. Sinaga mengatakan, pihaknya memproyeksi untuk mengalokasikan penambahan investasi yang signifikan. Di masa depan, anak perusahaan Telkom ini akan terus memperluas layanan 4G LTE untuk dapat dinikmati di seluruh Indonesia, tidak hanya terbatas di kota-kota besar. "Telkomsel berkomitmen memberi layanan terbaik kepada seluruh pelanggan, dan menjadi bagian dari pembangunan bangsa melalui layanan 4G LTE yang akan menggerakan masyarakat digital Indonesia," kata Alex.

Secara teori, jaringan 4G LTE menawarkan kecepatan unduh antara 75 hingga 100 Mbps, dan kecepatan unggah antara 3 hingga 12 Mbps. Kecepatan ini menawarkan akses mobile internet yang tiga kali lebih cepat dibandingkan jaringan 3G. Pembangunan infrastruktur 4G LTE oleh Telkomsel akan dibarengi dengan penyediaan ponsel pintar yang mendukung teknologi tersebut, namun dibanderol dengan harga terjangkau. Perusahaan juga akan mendorong penyediaan aplikasi yang relevan untuk kebutuhan lokal.

Penyelenggaraan 4G LTE di Indonesia tentu harus menunggu regulasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Saat ini Kemenkominfo sedang menata ulang blok 3G di frekuensi 2.100 MHz setelah XL Axiata resmi mengakuisisi Axis. Setelah penataan ulang blok 3G rampung, Kemenkominfo menjanjikan akan segera membuat aturan main bagi operator seluler dalam menyelenggarakan 4G LTE dengan teknologi netral.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…