Perluas Jargas Untuk Rumah Tangga - Gunakan Gas Bumi Cara Maju Orang Modern

NERACA

Jakarta – Tingginya penggunaan gas elpiji 12 kg non subsidi di masyarakat, khususnya ibu rumah tangga menjadi gambaran bila daya beli masyarakat masih tetap tumbuh. Sebaliknya, kondisi ini dirasakan memberatkan Pertamina sebagai pengelola lantaran harganya yang sudah tidak sesuai dengan tingkat kurs rupiah terhadap dollar AS yang terus naik. Pasalnya, mayoritas bahan baku elpiji masih impor dan mengacu pada Contract Price Aramco. Maka agar Pertamina tidak merasa rugi, kenaikan harga gas elpiji 12 kg menjadi pilihan pahit yang harus dilakukan.

Tak ayal dibalik kebijakan kenaikan harga gas elpji selalui menuai pro dan kontrak. Namun yang pasti, bagaimanapun juga penggunaan energi gas elpiji sudah menjadi kebutuhan masyarakat luas. Asal tahu saja, total penduduk Indonesia sekitar 230 juta jiwa (62,2 juta KK), secara umum menggunakan 4 jenis bahan bakar (Biomasa, Minyak Tanah, LPG dan Gas Bumi). Maka kini untuk meringankan beban ibu rumah tangga dan memberikan kenyamanan saat memasak, pemerintah melalui PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tengah agresif membangun jaringan infrastruktur pemanfaatan gas bumi. Pertimbangannya, saat ini pemanfaatan gas bumi sebagai sumber energi belum maksimal. Padahal, Indonesia memiliki pasokan gas bumi yang cukup besar dan kompetitif yang tentunya mampu menggerakkan ekonomi nasional.

Maka untuk mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi bagi rumah tangga, PGN terus membuka akses bagi mayarakat degan terus membangun jaringan distribusi dan termasuk meluncurkan program PGN Sayang Ibu, yaitu program sejuta sambungan gas bumi bagi rumah tangga di Indonesia, “Program yang diinisiasi oleh PGN ini merupakan bukti komitmen dan konsistensi PGN dalam mewujudkan konversi ke gas bumi, khususnya di sektor rumah tangga,”kata Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso.

Menurutnya, pemanfaatan gas bumi merupakan solusi yang paling tepat sebagai energi baik, aman, murah dan ramah lingkungan, sangat cocok untuk energi keluarga Indonesia. Bahkan dirinya mengklaim, dengan menggunakan gas bumi, pelanggan industri PGN baik itu industri, transportasi ataupun ibu rumah tangga dapat menghemat biaya energi lebih dari Rp 55 triliun per tahun jika dibandingkan memakai Bahan Bakar Minyak (BBM).

Manfaat dari penggunaan gas bumi, selain ramah lingkungan dan lebih hemat diakui langsung Direktur Gas Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Djoko Siswanto, gas bumi itu jauh lebih murah dibandingkan menggunakan elpiji,”Biasanya rumah tangga habis dua tabung elpiji ukuran 12 kg per bulan atau sekitar Rp 200.000 lebih, pakai gas bumi hanya Rp 50.000 per bulan bahkan kurang dari itu,”ungkapnya.

Oleh karena itu akselerasi percepatan infrastruktur penyaluran gas bumi, PGN terus banyak perluas jaringan gas bumi ke rumah tangga. Bahkan untuk mengoptimalkannya, PGN telah menjadikan DKI Jakarta sebagai role model Kota Gas di Indonesia yang teringterasi dengan energi gas bumi. Asal tahu saja, hingga saat ini PGN telah membangun  6000 km pipa gas bumi di berbagai wilayah di Indonesia dan memiliki lebih dari 100 ribu pelanggan. Dimana untuk jumlah pelanggan PGN di DKI Jakarta sekitar 13.900 pelanggan. Dari jumlah itu, sekitar 13.500 di antaranya adalah pelanggan rumah tangga dan usaha kecil. Pada semester satu tahun ini, PGN sudah membangun jaringan gas untuk di DKI Jakarta sepanjang 60 kilometer dan jaringan distribusi di wilayah DKI Jakarta adalah bagian dari jaringan distribusi PGN di Jawa Bagian Barat. Totalnya, sepanjang 2.150 km.

Hingga Ke Pelosok

Melihat begitu banyaknya manfaatnya di bandingkan mudharatnya dari penggunaan energi gas bumi, menjadi alasan bagi presiden terpilih Jokowi untuk memperluas penggunaan gas bumi untuk rumah tangga hingga ke pelosok Indonesia.

Menurut dia, pemakaian gas bumi dapat menekan subsidi BBM dan efesiensi pengeluaran bagi masyarakat,”Mungkin secara nasional, kita ingin dorong seluas-luasnya, ini betul-betul murah. Masyarakat bisa menghemat Rp20 ribu hingga Rp30 ribu," ujar Jokowi.

Besarnya manfaat menggunakan gas bumi, dirasakan langsung Atikah (81) pensiunan guru yang sudah hampir 20 tahun tinggal di rusun Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Menurutnya, keberadaan gas alam PGN sangat membantu dirinya untuk memasak kebutuhan sehari-hari. Apalagi  di usia senjanya Atikah hanya tinggal seorang diri,“Pake Gas PGN lebih aman, nggak nakutin dan saya juga tidak repot,” ungkapnya.

Hal serupa disampaikan Wati (30). Ibu dua anak ini mengaku menggunakan gas bumi PGN lebih mudah dan praktis jika dibandingkan menggunakan LPG. Yuni yang tinggal di lantai lima ini merasa tidak kerepotan untuk mengangkat tabung gas LPG ke tempat tinggalnya karena dirinya menggunakan gas bumi PGN.

Bahkan bagi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, hadirnya sambungan jaringan pipa baru gas bumi untuk rumah tangga di kawasan rusun Bidaracina atau Perumnas Klender, Jakarta Timur, menjadikan kawasan tersebut sebagai kampung modern. Pasalnya, selama ini tidak ada negara modern yang menenteng tabung gas elpiji seperti Indonesia saat ini,”Saya tentu terima kasih kepada pimpinan PGN, program ini penting untuk negara dan masyarakat. Negara modern tidak akan menenteng-nenteng tabung gas. Oleh karena itu Kelurahan Malaka Jaya sudah merintis nanti jadi kampung modern,”ujarnya.

Dahlan mencontohkan negara-negara modern yang saat ini perumahannya sudah dilengkapi gas alam, internet maupun tv kabel. Pasalnya, sebelum membangun sebuah perumahan atau apartemen harus ada jaringan gas bumi, walaupun belum ada sumbernya,”Di negara modern membangun perumahan, apartemen disana harus ada infrastruktur gas. Gas diusahakan tidak perlu lagi bongkar bongkar rumah dan apartemen," cetusnya.

Sukses membangun jaringan pipa gas bumi di rusun Marunda, Jakarta Utara dan jaringan gas untuk pelanggan rumah tangga untuk rumah tapak di wilayah Klender, Tebet, Rawamangun dan Menteng serta rumah susun yang berada di sejumlah lokasi di Jakarta. Rupanya berlanjut hingga Cirebon Jawa Barat.

Dijelaskan, pembangunan jargas di kota Cirebon dimulai pada 2012 dengan total 4.000 sambungan rumah (SR), terdiri atas 11 sektor yaitu sektor 1 sejumlah 512 SR, sektor 2-8 sejumlah 2.350 SR, sektor 9 sejumlah 384 SR serta sektor 10 dan 11 sejumlah 754  SR. PGN mendapatkan penugasan dari Ditjen Migas untuk mengoperasikan jargas di 3 wilayah, yaitu Rusun Jabodetabek (5.234 SR), Kota Cirebon (4.000 SR), dan Kabupaten Bogor (4.000 SR).

Melalui pembangunan jargas ini merupakan bukti dari komitmen pemerintah untuk mendukung percepatan konversi energi ke gas bumi, serta komitmen PGN yang tidak hanya bicara bisnis semata tetapi investasi panjang untuk energi masa depan. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…