Pemerintah Bakal Tekan Anggaran Belanja

NERACA

Jakarta -  Guna mencapai target setoran pajak pada tahun ini, pemerintah berencana menekan dan melakukan penghematan anggaran belanja. Saat ini target penerimaan pajak sebesar Rp1.072,38 triliun, namun berpotensi tidak tercapai. "Di rem secara natural. Ya kombinasi antara belanja dan penerimaannya di seimbangkan, agar defisit tetap," ucap Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang Brodjonegoro di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (7/10).

Menurutnya, meski anggaran belanja untuk subsidi sulit untuk ditekan,  penghematan dapat dilakukan dari sektor lain salah satunya dari anggaran belanja pemerintah. "Kan belanja enggak cuma subsidi. Enggak ada pemotongan, cuma diminta melakukan penghematan. Ya penghematan belanja, pokoknya sudah dicari caranya supaya defisit aman," sebutnya.

"Pokoknya di akhir tahun bisa dilihat defisit tidak lewat 2,4 persen dari PDB," tukasnya. Sekadar informasi, penerimaan pajak hingga September 2014 baru mencapai Rp663 triliun, atau sebesar 62 persen dari target yang dicanangkan di APBNP 2014 sebesar Rp1.072,38 triliun.

Sedangkan pada kesempatan berbeda, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menilai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak bersubsidi adalah cara malas menyehatkan anggaran. Bila alasannya negara kekurangan anggaran yang harus dibenahi adalah belanja pemerintah.

Presiden KSPI Said Iqbal menyatakan masih banyak jalan menggenjot pembangunan pembangunan caranya dengan mengutak-atik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menurutnya, buruh menyoroti pos belanja RAPBN 2015, yang mana 49 persen porsinya tersedot untuk belanja rutin, karena ada kenaikan gaji PNS mencapai Rp 63 triliun. Sedangkan kenaikan belanja modal cuma Rp 17,7 triliun tahun depan. "Lakukan dulu penghematan anggaran sebelum menaikkan harga BBM," kata Iqbal. Perhitungan KSPI, ketika harga premium dan solar dinaikkan Rp 3.000 per liter, maka daya beli buruh anjlok 60 persen.

Sebab harga sewa kontrakan atau rumah akan naik di rentang Rp 50.000 - Rp 100.000 per bulan. Kenaikan dengan rentang yang sama juga terjadi untuk biaya transportasi dan biaya pangan. "Kenaikan upah pada 2014 hanya menutupi inflasi yang general. Sedang kalau BBM naik, inflasi makanan bisa bertambah 20-30 persen. Buruh paling banyak menderita ketika BBM naik," tandasnya.

Selain itu, buruh juga menuntut pemerintah serius mengubah ketergantungan pada BBM. Supaya tak ada lagi alasan impor tinggi akibat pembelian minyak untuk menutupi kebutuhan energi dalam negeri. "Segera manfaatkan energi alternatif, biosolar, dan menggunakan gas," kata Iqbal. [agus]

BERITA TERKAIT

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…