Inflasi September Diproyeksikan 0,5%

NERACA

Jakarta - Inflasi pada bulan September 2014 diperkirakan tidak akan tembus satu persen walaupun adanya kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram. Bahkan inflasinya disebut berada di kisaran 0,5%. "Inflasi September relatif kecil," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo di Gedung BPS, Jakarta, Jumat (26/9) pekan lalu.

Menurut dia, hal ini berkaca dari perhitungan inflasi bulan September selama lima tahun terakhir ini. Namun Sasmito berharap, inflasi ini akan berada dikisaran 0,3%-0,4% sesuai prediksi Bank Indonesia. "Mudah-mudahan karena lima tahun terakhir ini kecil di bawah 0,5%. Bisa dekat dengan Bank Indonesia. Kalau melihat rata-rata bisa di bawah 0,5% meski ada kenaikan elpiji," paparnya.

Sasmito menjelaskan, indikator inflasi ini selain dari kenaikan elpiji 12 kg, namun juga karena harga emas sedang turun sehingga mempengaruhi dan menarik ke bawah. Dirinya juga menyebut faktor kekeringan belum menjadi penyebab inflasi.

"Belum (kekeringan). Malah mungkin yang naik elpiji, tidak besar tapi salah satu faktor pendorong. Saya tahu 12 kg itu, dipakai untuk  rumah tangga, kalau 3 kg umumnya untuk usaha, itu dampaknya ke kegiatan usaha," cetusnya.

Tidak hanya itu, Sasmito menjelaskan faktor penyebab inflasi lainnya adalah harga ayam, telur, jagung naik. Sedangkan dari impor bahan pakan ternak juga naik. "Bahan pakan ternak banyak sisa ampas makanan dari luar negeri kan itu impor harganya juga agak naik juga itu yang membuat akhirnya menaikkan harga ayam maupun telur kemudian cabai merah terutama yang harganya naik," turutnya.

Ungkapan senada juga pernah dilontarkan oleh pengamat ekonomi UI Telisa Aulia Falianty mengatakan, kenaikan harga Elpiji 12 kilogram menyumbang 0,2%-0,5% terhadap inflasi.

Menurut Telisa, meski sumbangan harga Elpiji nonsubsidi ini tidak terlalu besar, pemerintah harus melihat dampak lanjutan dari kenaikan tersebut yakni substitusi ke gas bersubsidi ukuran 3 kilogram. "Ini harus dipertimbangkan juga," katanya.

Sedangkan Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi sepanjang tahun ini berada di level lima persen, masih dalam kisaran 4,5% plus minus satu persen sesuai perkiraan sebelumnya. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan berdasarkan catatan historis, peningkatan laju inflasi tinggi hanya Juni dan Juli 2014 lalu. "Secara musiman, inflasi tinggi hanya di Juni dan Juli  naik. Peak-nya ada di Juli. Semuanya faktor musiman," ujar Perry. [agus]

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…