Gagal Bayar Utang US$ 380 Juta - Bakrie Telecom Bikin Susah Investor

NERACA

Jakarta – Lagi-lagi perusahaan Grup Bakrie menorehkan citra buruk dimata investor pasar modal, setelah PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) terancam gagal bayar bunga obligasi senilai US$ 100 juta atau setara Rp 1,1 triliun. Hal yang sama juga dialami PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) karena dianggap gagal bayar obligasi seniali US$ 380 juta atau setara Rp 4,1 triliun.

Seperti dilansir Blomberg, kemarin. Perusahaan operator telekomunikasi Bakrie Telecom dinilai gagal bayar obligasi, lantaran sudah dua kali lalai bayar bunga utang. Akibatnya, para investor Bakrie Telecom ini di New York melayangkan gugatan. Investor yang melayangkan gugatan diantaranya, Universal Investment Advisory SA, Vaquero Master EM Credit Fund Ltd, dan Trucharm Ltd.

Sementara yang digugat adalah Bakrie Telecom Pte Ltd, BTEL, PT Bakrie Network, dan PT Bakrie Connectivity di Pengadilan New York. Emiten berkode BTEL itu adalah induk usaha Bakrie Telecom Pte Ltd, perusahaan Singapura yang menerbitkan obligasi tersebut. Semetara Bakrie Network dan Bakrie Connectivity adalah perusahaan afiliasi BTEL.

Pihak penggugat, yang punya lebih dari 25% kepemilikan obligasi itu menyatakan surat utang tersebut akan jatuh tempo Mei 2015. Grup Bakrie dianggap dua kali gagal bayar bunga pada November 2013 dan Mei 2014. Dijelaskan, tergugat telah mengakui bahwa ancaman gagal bayar ini akan terus berjalan tapi tidak ada pembayaran bunga yang dilakukan.

Maka dengan demikian, besar kemungkinan tergugat akan mengalami gagal bayar untuk pembayaran November 2014. Sebagai informasi, tahun ini Bakrie Telecom menyiapkan belanja modal sebesar US$ 35 juta yang diambil dari dana internal.

Ambisi perseroan untuk melunasi utang terus dilakukan berbagai cara agar tidak menghambat pertumbuhan bisnis kedepan. Tak ayal perseroan memiliki opsi untuk melunasi utang dengan kreditur, termasuk rencana perpanjangan masa jatuh tempo dan penundaan pembayaran bunga obligasi dalam kurun waktu tertentu. "Kami masih melakukan pembahasan mengenai jangka waktunya,”kata Direktur dan Chief Operating Officer PT Bakrie Telecom Tbk, Imanuddin Kencana Putra.

Perseroan menanggung utang dalam bentuk wesel senior berdenominasi dollar AS seniai US$ 380 juta. Surat utang ini memiliki bunga 11,5% per tahun dan jatuh tempo 7 Mei 2015. Tercatat, perseroan telah menunggak pembayaran cicilan bunga sejak 7 November 2013. Berarti, BTEL telah mangkir terhadap kewajiban pembayaran bunga dua kali. Pada 7 November 2013 dan 7 Mei 2014.

Oleh karena itu, Imanuddin berharap, keputusan sudah diambil sebelum pembayaran kupon selanjutnya, yakni 7 November 2014. Akibat tunggakan tersebut, lembaga pemeringkat, Fitch Ratings memangkas peringkat BTEL dari level  C ke level restricted default (RD).

Sepanjang semester pertama tahun ini, perseroan mengalami peningkatan kerugian menjadi sebesar Rp316,85 miliar per 30 Juni 2014 dari priode yang sama tahun lalu sebesar Rp 292,68 miliar. Akibat derita rugi, memberikan imbas terhadap penurunan pendapatan usaha menjadi
Rp831,84 miliar dari sebelumnya Rp1,17 triliun. Sementara beban usaha turun jadi Rp899,97 miliar dari Rp1,01 triliun. Untuk rugi usaha juga naik menjadi Rp126,95 miliar dari Rp101,47 miliar. (bani)

BERITA TERKAIT

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…