Masyarakat Akuakultur Indonesia Minta KKP Dipertahankan - Perikanan Budidaya, Sumber Pendapatan Usaha Rumah Tangga

NERACA

Malang - Gonjang-ganjing soal penggabungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Pertanian (Kementan) atau kementerian lain semakin menuai banyak kecaman. Selain dari para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, penolakan juga diungkapkan oleh akademisi, peneliti, birokrat dan praktisi yang tergabung dalam Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI).

Sekretaris Jenderal MAI Agung Sudaryono mengatakan bahwa menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 menyatakan sektor perikanan menjadi sumber pendapatan usaha rumah tangga terbesar dibandingkan sektor lain seperti dari padi, hortikultuta, perkebunan, peternakan dan kehutanan. "Pendapatan di sektor perikanan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya," ungkap Agung saat ditemui usai menghadiri kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Kamis (25/9).

Ia memaparkan bahwa sektor perikanan budidaya menjadi sumber pendapatan usaha rumah tangga mencapai Rp196 juta per tahun, sementara sektor tangkap mencapai Rp46,2 juta per tahun. Untuk di sektor lain seperti padi hanya bernilai 5,5% atau senilai Rp10,94 juta per tahun, dari pendapatan rumah tangga perikanan budidaya. Sektor hortikultuta hanya 9% atau Rp17,71 juta per tahun, perkebunan 10% atau senilai Rp20,44 juta pertahun, peternakan 7% atau setara dengan RP14,56 juta dan kehutanan 8% atau Rp15,82 juta per tahun.

Di sektor budidaya, Agung menjelaskan budidaya ikan hias menyumbang yang paling besar yaitu Rp50,84 juta, budidaya ikan di perairan umum mencapai RP34,8 juta, budidaya di tambak air payau pendapatannya mencapai Rp31,3 juta pertahun, budidaya kolam air tawar mencapai RP29,3 juta, budidaya di sawah pendapatannya mencapai Rp29,3 juta dan budidaya di sawah mencapai Rp25,7 juta per tahun.

Soal produksi, Agung menegaskan bahwa sektor perikanan layak diapresiasi karena mampu memproduksi jauh labih tinggi dibandingkan dengan sektor peternakan. Menurut dia, produksi sektor perikanan budidaya berdasarkan data BPS tahun 2012 mencapai 9,87 juta ton. Sementara sektor peternakan hanya 3,8 juta ton yang terdiri dari sapi 0,5 juta ton, ayam 1,67 juta ton, telur 1,63 juta ton dan kambing hanya 65 ribu ton.

“Data-data tersebut memperjelas bahwa nilai dan produksi dari sektor perikanan merupakan sumber pendapatan negara yang paling potensial dari pada sektor agribisnis lainnya. Sehingga sektor ini perlu mendapatkan penanganan yang khusus, fokus dan terarah sehingga menjadi sektor andalan yang menjadikan sumber kemakmuran bangsa Indoensia dengan spesifik manajemen sosial ekonomi dan ekologi untuk keberlanjutannya,” tuturnya.

Tak hanya dari sisi nilai dan produksinya, sektor perikanan juga menjadi magnet bagi sumber daya manusia yang ingin mendapatkan ilmu khusus soal perikanan. Hal itu terungkap dari banyaknya Universitas yang membuka jurusan perikanan. “Sejauh ini telah ada 20 Universitas yang telah membuka jurusan ataupunfakultas perikanan. Itu artinya, minat masyarakat di sektor perikanan cukup tinggi sehingga perlu diberdayakan,” ungkap Agung.

Lebih jauh lagi, Agung mengatakan bahwa negara-negara maju seperti Kanada, Norwegia, Irlandia dan Finlandia bisa dijadikan banch marking soal pengelolaam sektor perikanan. Karena semua negara-negara tersebut menjadi sektor kelautan dan perikana menjadi satu departemen yaitu Department of Fisheries and Ocean (DFO). “Kalau digabungkan maka pengelolaan keduanya akan lebih komprehensif, kordinatif dan efektif karena amsih dalam bidang yang sangat relevan sama,” ucapnya.

Jika seandainya digabung, Agung memprediksi bahwa nantinya Kementerian baru tersebut akan kacau dalam hal administrasinya. “Jika digabungkan atau dipisahkan maka akan kacau dan tidak efektif dalam rentang waktu 2 tahun kedepan. Seperti contoh pada era pemerintahan Gusdur yang menghilangkan Departemen Sosial dan Penerangan, dalam waktu 2 tahun itu perlu ada adaptasi sehingga itu pemerintahan tidak akan berjalan efektif,” tambahnya.

Ditemui di tempat yang sama, Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Mohamad Abduh Nurhidajat menyatakan bahwa potensi kelautan dan perikanan Indonesia cukup besar sehingga perlu ditangani lebih fokus dan serius lagi. “Saat ini kinerja KKP cukup bagus karena pertumbuhan sektor perikanan berada diatas pertumbuhan nasional dan berbagai komoditi lewat industrialisasi juga telah memberikan efek yang positif,” tuturnya.

Abduh pun berharap agar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa lebih fokus lagi dalam mengelola sektor kelautan dan perikanan. “Itu semua membutuhkan kelembagaan yang lebih memadai untuk mengembangkan potensi yang besar,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…