Merubah Mindset Cleaner - Cecilia Francisca, Direktur PT Solid Anugerah Jaya

Pilihan menjadi karyawan selamanya atau mulai belajar menjadi pengusaha. Keduanya selalu saja pilihan yang sangat sulit.

NERACA

Seperti sudah menjadi suratan takdir, sejak awal dirinya bekerja, dunia jasa seperti sudah ‘mengakar’ di darahnya. Baik itu perusahaan asing maupun lokal swasta. Tak pelak, berbekal pengalaman inilah membuat Cecilia begitu yakin mendirikan perusahaan sendiri.

“Every business has its own risk, are you a risk taker or not? Selama risiko itu sudah diperhitungkan masak-masak, ya sudah, jalankan,” katanya, yang saat ini menjabat sebagai Direktur PT Solid Anugerah Jaya, perusahaannya sendiri yang berkantor pusat di Bandung, Jawa Barat.

Dikisahkan Cecilia, sebelum dia terjun di dunia cleaning services, sempat bekerja di sebuah perusahaan hygiene services, milik asing di Bandung. Waktu itu jabatannya adalah seorang Sales Marketing. Bagi dia bekerja secara formal di sebuah perusahaan asing yang besar adalah pengalaman yang sangat luar biasa.

Nah, pada suatu kesempatan saya diberi kepercayaan  oleh perusahaan hygiene services swasta yang baru berdiri dari Jakarta untuk membantu membuka kantor cabang di Bandung bersama dengan seorang rekan kerja. “Saya pun menyanggupi dan diberikan jabatan sebagai Sales Supervisor dan dipercayai untuk menangani sebuah tim pemasaran,” kenang Cecilia.

Dalam perjalanan karirnya di dunia hygiene services di Jawa Barat, dia melihat bahwa ternyata perusahaan jasa bukan hanya melulu hygiene services. Maksudnya juga melihat ada perusahaan cleaning services, parking services dan security services. Tak hanya itu, dia juga selalu tertarik dengan yang namanya penanganan dan pengembangan potensi terhadap sumber daya manusia (SDM) serta sangat tertarik dengan yang namanya perusahaan jasa.

Setelah kurang lebih tiga tahun bekerja di dunia hygiene services, kembali dia ditawari bekerja di perusahaan swasta dari Jakarta dengan jabatan tinggi tentunya, Sales Manager. “Saya sangat tertantang karena perusahaan tersebut memiliki empat jasa yakni hygiene services, cleaning services, parking services dan security services,” kata dia.

Bagi saya itu adalah suatu kesempatan besar. Dan pada tahun 2008 saya ambil challenge itu. Dilihat dari pengalaman kerja (curriculum vitae/CV), Cecilia pernah bekerja di beragam perusahaan, diantaranya asuransi. Mengapa akhirnya dia memutuskan untuk terjun total di dunia cleaning services?

Alasannya, ketika dia mulai berjualan keempat  jenis jasa tersebut, dalam masa itu keempat jasa itu adalah produk bagi saya. Yang terpikir adalah bagaimana bisa mencapai target, memenuhi kualitas pekerjaan dan meminimalkan keluhan konsumen.

Tidak pernah terpikir mengapa banyak orang yang mau bekerja sebagai petugas jasa kebersihan (cleaning service) atau apa latar belakang mereka sehingga mau melakukan pekerjaan yang banyak orang pikir itu pekerjaan rendahan.

Disamping itu, dia juga sempat iseng mengobrol dengan seorang petugas kebersihan (cleaner) wanita yang masih muda. Ya, kira-kira umurnya 25 tahun. Dari obrolan biasa mengenai pekerjaan, dia bertanya dahulu sebelum wanita muda tersebut bekerja sebagai cleaner apa pekerjaannya. Lalu dia menjawab bahwa dia seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua orang anak.

“Yang membuat saya sedih sekaligus miris, dia harus bekerja karena suaminya meninggalkan rumah dan tidak bertanggung jawab memberikan nafkah. Dia sendiri tidak memiliki pendidikan tinggi dan berasal dari keluarga yang tidak mampu. Akhirnya dia memilih menjadi seorang cleaner untuk menghidupi kedua anaknya,” sebut dia.

Ada juga cerita cleaner yang lain. Seorang cleaner pria yang umurnya baru 19 tahun dan dia harus bekerja untuk membiayai adik-adiknya yang berjumlah enam orang. Tidak pernah terpikir bagi cleaner pria tersebut untuk bisa meraih pendidikan. Yang terpenting adalah bisa memberikan biaya hidup untuk keluarganya.

Mendengar cerita kedua cleaner itu, dia merasa bahwa ternyata ada banyak orang yang memiliki taraf hidup rendah, dilahirkan dari keluarga tidak mampu, atau ditinggalkan oleh suami atau terpaksa bekerja di usia yang seharusnya dia mendapat pendidikan yang layak. Tetapi jawaban dari semua alasan di atas ini adalah bahwa mereka ingin mendapatkan suatu pekerjaan halal dan baik.

Bukan meminta-minta di jalan atau menjadi preman yang ujung-ujungnya berbuat kejahatan. Ternyata masih banyak orang- orang di luar sana yang memiliki keinginan kuat untuk bisa merubah nasibnya.

“Saat itu saya merasa bahwa saya sudah menentukan jalan hidup saya. Dan saya sangat terpanggil untuk bisa memberikan kesempatan kepada mereka dengan memberikan pekerjaan layak suatu saat. Menjadikan mereka sebagai petugas kebersihan yang profesional, memberikan mereka pelatihan yang dapat membantu mereka berkembang dan memberikan kepada mereka satu kesempatan untuk berkarir tanpa melihat apakah mereka itu harus lulusan diploma atau sarjana,” kata dia lagi.

Mendirikan Usaha

Dengan serangkaian alasan Cecilia, dia pun mendirikan perusahaan di bidang cleaning service, alasannya pertama tentunya karena dia dan suami saya ingin memiliki kebebasan finansial di masa pensiun kami. Memberikan kehidupan dan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kami.

“Tetapi saya ingin, melalui perusahaan sendiri, juga dapat berperan dalam pengembangan SDM di Indonesia, terutama untuk mereka yang tidak pernah berkesempatan mendapatkan pendidikan formal yang tinggi dan mereka yang lahir di keluarga yang tidak mampu,” sebut dia.

Dia pun memilih Bandung sebagai homebase, kota Bandung bukan sekedar home base buat Cecilia, kota tersebut juga memiliki beragam kenangan bagi dia. Bandung adalah kota kelahirannya, dan Bandung memiliki karakter pengguna jasa yang unik yang tidak dapat Anda temukan di kota mana pun. Bandung juga terus berkembang dan sampai sekarang potensinya tetap luar biasa.

Sebagai seorang yang berpengalaman di dunia cleaning services, dia melihat perkembangan dan pasar cleaning service saat ini. Menurut dia, sebenarnya teknologi dan sistem jasa kebersihan di Indonesia masih tertinggal dengan negara lainnya. Tetapi untuk pasar cleaning service, justru Indonesia semakin berkembang pesat. Para pengguna jasa kebersihan sudah menyadari pentingnya cleaning service di gedung-gedung. Yang harus dilakukan adalah dengan menyediakan SDM yang berkualitas, sistem operasional yang tepat dan efisien, dan tentunya, harus terus mengikuti perkembangan teknologi baru.

“Strategi bisnis kami adalah memberikan pelayanan cleaning service dengan tampilan baru dan segar (new look and fresh). Kemudian sistem perekrutan dan penyediaan SDM yang berkualitas dan bersertifikasi serta sistem operational yang efektif dan tepat pada sasaran dan terus mengikuti perkembangan teknologi,” beber Cecilia.

Ke depan, minimal dalam lima tahun dia ingin perusahaan miliknya untuk terus tumbuh dan berkembang. Terutama di sector pemsaran. “Untuk lima tahun mendatang saya ingin mengembangkan dan memperkuat pemasaran, meningkatkan sistem operasional dan terus menggenjot kualitas maupun kuantitas SDM yang tersertifikasi,” tegas dia.

Kunci Sukses

Sukses butuh proses dan progress menurut Cecile, makanya dalam menapaki dunia pekerjaan tak selalu mulus bagi dia. Seperti dulu, pada awalnya dia adalah penjual alat-alat pembersih, di bulan pertama dia berjualan hampir ke 30 klien dan tidak berhasil satu pun.

“Namun saya tidak patah arang. Saya terus ngotot dan yakin bahwa saya bisa mendapatkan klien. Alhasil, pada akhir bulan pertama tersebut saya berhasil menjual alat-alat cleaning service di sebuah gedung perkantoran kecil, dengan nilai kontrak, yang menurut saya, termasuk besar,” sebut dia.

Tak heran kalau dia sangat menyoroti kondisi para cleaner di Indonesia. Dan menurut dia kondisi para pekerja kebersihan cukup menghawatirkan.  Lantas dia pun mencari solusi dengan membekali pekerja dengan serangkaian pelatihan agar mempunyai daya tawar lebih tinggi.

“Dua bulan sebelumnya pun, saya membawa karyawan saya juga untuk mengikuti uji kompetensi LSP Klining Servis. Dari awal saya memiliki keinginan besar untuk dapat merubah image cleaner di Indonesia,” kata dia.

Banyak yang berpikir bahwa pekerjaan sebagai cleaner adalah pekerjaan rendahan. Padahal tidaklah demikian, karena masih banyak orang-orang seperti Cecile memberikan kesempatan dalam berjenjang karir, memberikan mereka pelatihan yang profesional dan juga memberikan kesempatan untuk hidup yang lebih baik.

“Nah, mindset (pola pikir) inilah yang harus diubah. Banyak cleaner di Indonesia yang tidak mengerti bahwa pekerjaannya dapat merubah hidup dan keluarganya. Mereka kebanyakan bekerja secara terpaksa karena didesak oleh lingkungan. Memang, sudah menjadi tugas kami sebagai professional cleaning services yang harus ‘merevolusi’ pemikiran mereka,” tegas Cecilia.

Jika cleaner-cleaner profesional ini terlatih, berkualitas dan tersertifikasi, lahir di Indonesia maka pengguna jasa akan mau membayar dengan tinggi dan dampaknya secara langsung adalah pendapatan yang akan diterima cleaner tersebut akan dihargai secara profesional pula.

 

BERITA TERKAIT

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…

BERITA LAINNYA DI

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…