Jatuh Tempo Tahun Depan - Pemerintah Baru Diwarisi Utang Rp108 Trilliun

NERACA

Jakarta - Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla, harus bekerja keras saat resmi menjabat. Pasalnya, Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono telah "mewariskan" utang sebesar Rp108 triliun. Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Andin Hadiyanto, mengatakan jumlah utang negara tersebut akan jatuh tempo pada 2015 mendatang.

"Jumlah utang yang akan jatuh tempo pada tahun 2015 sebesar Rp108 triliun. Ini porsinya untuk project loan dan program loan yang bunganya tiga persen. Sedangkan obligasi (Surat Berharga Negara/SBN) mencapai 63%," ujar Andin, dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (18/9).

Lebih jauh dia menjelaskan, untuk pinjaman dalam negeri sebesar Rp1,6 triliun dengan penarikan Rp2 triliun serta pembayaran cicilan pokok pinjaman negatif Rp400 miliar. Dan untuk pinjaman luar negeri berjumlah negatif Rp23,8 triliun yang meliputi penarikan Rp47 triliun. Jumlah ini terdiri dari pinjaman program Rp7,1 triliun dan pinjaman proyek Rp39,9 triliun.

Sementara untuk SBN, pada tahun depan rencananya akan diterbitkan sebesar Rp304,9 triliun. Namun hal ini masih belum diputuskan karena menunggu kesepakatan antara pemerintah dengan DPR soal besaran defisit anggaran. "Utang luar negeri yang SBN-nya belum diketok, karena belum tahu defisitnya, karena kan harus matching. Tapi yang lain-lain kan sudah dibahas dengan komisi-komisi terkait," tandas dia. 

Selain itu juga pemerintah mendatang bakal menanggung beban penambahan hutang kembali mengingat Panitia kerja Badan Anggaran (Panja Banggar) DPR RI menyepakati sementara pinjaman luar negeri dan dalam negeri pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015.

Kesepakatan tersebut disetujui dalam rapat kerja antara pemerintah yang diwakilkan oleh Kementerian Keuangan, Bank Indonesia bersama Panja Banggar DPR RI yang dipimpin oleh Wakil Ketua Banggar DPR RI Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Yasona Laoly.

Adapun dalam rapat tersebut membahas mengenai defisit dan pembiayaan RAPBN 2015. Sementara postur pinjaman utang luar negeri Indonesia dalam RAPBN 2015 meningkat dibanding APBN-P 2014. Sedangkan pada APBN-P 2014 pinjamannya sebesar Rp13,4 triliun, dan di 2015 diusulkan menjadi Rp23,8 triliun.

Selain itu, untuk pinjaman dalam negerinya yang tercatat di RAPBN 2015 diusulkan pemerintah lebih kecil dari APBN-P 2014. Sebelumnya, pinjaman dalam negeri tercatat sebesar Rp2,17 triliun, sedangkan untuk tahun depan diusulkan menjadi Rp1,6 triliun. [agus]

BERITA TERKAIT

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

Pentingnya Bermitra dengan Perusahaan Teknologi di Bidang SDM

  NERACA Jakarta – Pengamat komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan menekankan pentingnya Indonesia memperkuat kemitraan dengan perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Urgensi Literasi Digital, Masyarakat Makin Sadar Penipuan di Ruang Digital

Urgensi Literasi Digital, Masyarakat Makin Sadar Penipuan di Ruang Digital NERACA Trenggalek – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkolaborasi…

Kemenparekraf : Perputaran Ekonomi Saat Lebaran Capai Rp369,8 Triliun

  NERACA Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkapkan, potensi perputaran ekonomi yang terjadi selama libur Lebaran 2024…

ASN Pindah ke IKN Mulai Agustus 2024

  NERACA Jakarta – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan, ASN pindah ke Ibu Kota Nusantara…