Berinvestasilah Sejak Dini - PERSIAPKAN MASA PENSIUN

PERSIAPKAN MASA PENSIUN

Berinvestasilah Sejak Muda

 

Masa indah yang diidamkan jika orang memasuki masa pensiun adalah punya banyak waktu menimang cucu, atau makin rajin menjalankan ibadah dan selalu dekat dengan masjid. Bisa juga beralih profesi seperti menjadi ‘guru’ atau dosen agar bisa berbagi ilmu.

 

Karena, sebelumnya tak punya banyak waktu bersama keluarga, beribadah secara khusuk, akibat sibuk dengan tugas rutin di tempat kerja.  Jika dipersiapkan sejak dini, masa pensiun bukanlah hal yang menakutkan, tapi sebaliknya, menyenangkan.

 

“Jadi ketika memasuki masa pensiun, harusnya dirayakan dengan suka cita atau celebration kayak orang barat,” kata Azis Fuedi (54) yang saat ini sudah memasuki masa pensiun, dan tahun depan benar-benar tidak lagi bekerja untuk perusahaannya, yaitu PT Telkomsel.

 

Saat memasuki masa persiapan pensiun (MPP) MPP itu, perusahaan membebastugaskan beban tanggung jawab pekerjaan yang selama ini dipegangnya. Otomatis, kata dia, karyawan yang hendak MPP tersebut juga dibebaskan dari berbagai fasilitas mobil dinas, sekretaris, anak buah, sopir pribadi, dan tunjangan jabatan lainnya.

 

Dalam posisi itu, perusahaan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk mengikuti berbagi persiapan atau katakanlah ‘pelatihan’ untuk mempersiapkan diri keluar dari zona aman bekerja secara rutin. Azis menjelaskan, pensiun adalah masa berakhirnya kontrak bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi intinya berakhirnya hubungan kerja, antara pekerja/pegawai dengan lembaga yang mempekerjakannya.

 

“Saya melihat MPP adalah masa penyesuaian sebelum memasuki masa tidak bekerja hingga ajal menjemput,” kata Corporate Communication  Telkomsel pada 1998-2010 ini. Azis adalah satu contoh dari berjuta-juta orang yang bakal diputus hubungan kerja (PHK) karena telah memasuki masa usia pensiun.

 

 

 

Beruntunglah Azis, karena perusahaannya juga telah memikirkan nasib karyawannya agar saat memasuki masa pensiun memiliki bekal yang cukup. Bekal itu bentuknya dana Jamsostek, dana pensiun,  serta tunjangan kesehatan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu jatuh sakit atau meninggal dunia.  Sebab, masih banyak orang yang tidak siap mengaruhi masa pension. Alasannya beragam, tapi intinya mereka tidak ditunjang kekuatan finansial untuk biaya hidup hingga meninggal dunia.

 

Menurut Azis, persiapan yang harus dilakukan adalah seperti menabung, berinvestasi,  dan berbagai cara lain yang legal dan halal, menjadi salah satu cara mengumpulkan bekal saat menjalani long march  sampai ke masa pensiun.

 

Mantan Direktur SDM dan Kelembagaan Kisel 2010-2012 ini pun sependapat dengan Chief Executive Officer (CEO) Schroders Michael T Tjoajadi. Dalam perbincangannya secara terpisah dengan Neraca, Michael menegaskan, untuk memasuki masa pensiun, yaitu masa tidak bekerja, atau beralih profesi, diperlukan persiapan yang matang.

 

“Yaitu di saat awal kita bekerja, harusnya sudah memikirkan bagaimana jika sudah tidak bekerja lagi,” kata Michael usai menjadi narasumber pada acaar bedah buku ’60 Rahasia Menuju Sejahtera’ karangan Elvyn G Masassya, direktur utama Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Rabu (17/9) di Financial Club, Jakarta.

 

Michael membagi dua kehidupan manusia, yaitu pertama, di saat usia produktif atau bekerja pada umur 25 hingga 55 tahun serta kedua, saat usia 55 hingga saat meninggal yang rata-rata diperkirakan sekitar 80 tahun.  Agar kehidupan financial usia kedua tercukupi, kata dia, maka kita harus mau menyisihkan 35% penghasilan kita di saat menjalani usia produktif. “Sebanyak 35% penghasilan harus kita investasikan, termasuk sebagai passive income,” ujarnya.  

 

Menurut bos Schroders ini, dengan melakukan investasi sejak dini, maka dengan investasi yang tidak besar akan mampu meng-cover  semua risiko selama masa produktif maupun di masa pensiun. Investasi itu di antaranya dalam bentuk seperti asuransi kesehatan dan dana pensiun.

 

“Sebaliknya, jika investasi itu dilakukan sudah menjelang pensiun, untuk bisa meng-cover risiko termasuk gaya hidup yang makin boros itu harus membutuhkan investasi yang jauh lebih besar,” kata dia.

 

Ya benar, kata Kinana, yang kini menjadi pasukan marketing Allianz, sebuah perusahaan asuransi dari luar negeri. “Premi di saat usia muda, jelas lebih murah jika dibandingkan dengan premi para orang tua dan lanjut usia. Lagi pula, nilai manfaatnya juga lebih besar,” ujarnya.

.

Namun, Dian Anggita dari Syailendra, perusahaan pengelola investasi yang tercatat di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), mengingatkan agar masyarakat berhati-hati agar tidak menyesal memilih salah satu produk yang ditawarkan perusahaan pialang investasi. (saksono

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…